JAM  KERJA  SEKRETARIAT  GEREJA :       Selasa ~ Sabtu : 08.00 - 19.00,  Istirahat : 12.00 - 13.00            Minggu   : Pagi 07.00 - 10.00 , Sore 17.00 - 19.00.             LIBUR setiap Hari Senin dan Hari Libur Nasional           Telp : 6711509

Sabtu, 05 Januari 2013

MOTU PROPRIO




MOTU PROPRIO
Untuk Pengesahan dan Penyebarluasan
Kompendium
Katekismus Gereja Katolik


Kepada Saudara-Saudaraku yang terhormat, para Kardinal, Patriark, Uskup Agung, Imam, Diakon, dan kepada semua Umat Allah.

Dua puluh tahun lalu, pekerjaan untuk membuat Katekismus Gereja Katolik dimulai atas permintaan Pertemuan Istimewa Sinode para Uskup yang dilaksanakan pada kesempatan peringatan dua puluh tahun penutupan Konsili Vatikan Kedua.

Saya sangat berterima kasih kepada Allah yang telah menganugerahkan kepada Gereja Katekismus ini, yang telah disahkan pada tahun 1992 oleh pendahulu saya yang tercinta, Paus Yohanes Paulus II.

Nilai tak terhingga dan keindahan anugerah ini dikukuhkan terutama karena penerimaan yang positif dan luas terhadap Katekismus di kalangan para Uskup, yang menjadi sasaran utama Katekismus ini, agar dijadikan acuan teks yang pasti dan autentik untuk pengajaran Katolik, dan secara khusus untuk merumuskan katekese lokal. Nilai tadi juga diperkuat oleh penerimaan secara luas dari berbagai kelompok Umat Allah yang bisa mengenal dan menghargainya melalui lebih dari lima puluh terjemahan yang sudah diterbitkan sampai sekarang.

Dengan sangat gembira, sekarang saya mengesahkan dan mengumumkan Kompendium dari Katekismus itu.

Kompendium ini sungguh sangat dirindukan oleh peserta Kongres Internasional Kateketik pada Oktober 2002, yang merupakan ungkapan kebutuhan yang dirasakan secara luas di dalam Gereja. Pendahulu saya yang tercinta, setelah mengetahui kerinduan ini, pada bulan Februari 2003 memutuskan untuk memulai persiapan teksnya dengan mempercayakan pekerjaan itu kepada sebuah Komisi para Kardinal, tempat saya sebagai ketua, dan dibantu berbagai macam ahli. Dalam proses pengerjaannya, sebuah draf Kompendium diserahkan kepada semua Kardinal dan Ketua Konferensi para Uskup. Mayoritas luas dari mereka memberikan evaluasi terhadap teks tersebut dan mendukungnya.

Kompendium, yang sekarang saya persembahkan kepada Gereja Universal ini, merupakan sintesis yang cermat dan pasti dari Katekismus Gereja Katolik. Kompendium ini berisi semua unsur esensial dan dasariah dari iman Gereja dalam bentuk yang ringkas. Jadi, seperti yang diinginkan Pendahulu saya, semacam pegangan yang memungkinkan, baik orang-orang beriman maupun tidak, untuk mendapatkan keseluruhan panorama iman Katolik.

Dalam struktur, isi, dan bahasanya, Kompendium ini dengan setia mengacu pada Katekismus Gereja Katolik, dan karenanya membantu Katekismus semakin dikenal lebih luas dan semakin dimengerti lebih dalam.

Saya mempercayakan Kompendium ini terutama kepada seluruh Gereja, dan secara khusus kepada setiap pengikut Kristus agar di dalam Gereja, pada milenium ketiga ini, bangkit semangat baru evangelisasi dan pendidikan iman, yang seharusnya menjadi ciri khas setiap komunitas dalam Gereja dan setiap orang Kristen, tanpa memandang umur dan kebangsaan.

Kompendium ini, yang ringkas, jelas, dan menyeluruh, dimaksudkan untuk setiap manusia yang rindu untuk mencari Jalan Kehidupan dan Kebenaran yang dipercayakan Allah kepada Gereja Putra-Nya di tengah-tengah dunia yang penuh kebingungan dan berbagai macam tawaran.

Semoga, melalui perantaraan Santa Maria, Bunda Kristus dan Bunda Gereja, setiap orang yang membaca Kompendium ini dapat mengenal dan menerima secara lebih penuh Anugerah yang indah, unik, dan tak ternilai yang sudah diberikan oleh Allah kepada bangsa manusia dalam Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus, Sang ”Jalan, Kebenaran, dan Kehidupan” (Yoh 14:6).

Diberikan pada 28 Juni 2005, malam Pesta Rasul Santo Petrus dan Paulus, dalam tahun pertama Pontifikat saya.





diambil dari Santo Santa gereja, KGK 1Thn.



PENGANTAR


1. Pada tanggal 11 Oktober 1992, Paus Yohanes Paulus II menyerahkan Katekismus Gereja Katolik kepada umat beriman dari seluruh penjuru dunia. Paus menjelaskan buku itu sebagai ”teks acuan” untuk katekese yang bersumber pada hidup iman. Tiga puluh tahun sesudah pembukaan Konsili Vatikan II (1962-1965), akhirnya terwujudlah kerinduan akan sebuah Katekismus yang lengkap mengenai ajaran-ajaran Katolik tentang iman dan moral. Keinginan ini pernah diungkapkan pada tahun 1985 oleh Sinode luar biasa para Uskup sedunia.

Lima tahun kemudian, pada tanggal 15 Agustus 1997, Paus mengesahkan edisi khusus Katekismus Gereja Katolik dan menandaskan tujuannya yang mendasar ”sebagai sarana yang penuh dan lengkap untuk mengomunikasikan ajaran Katolik tentang iman dan moral sehingga setiap orang dapat mengetahui apa yang sesungguhnya diimani, dirayakan, dihayati, dan didoakan oleh Gereja dalam kehidupannya sehari-hari.”

2. Dalam rangka merealisasikan potensi Katekismus sehingga lebih berguna, dan untuk memenuhi permintaan yang muncul pada Kongres Kateketik Internasional pada bulan Oktober 2002, pada tahun 2003 Paus Yohanes Paulus II menetapkan sebuah Komisi yang diketuai Kardinal Joseph Ratzinger, Prefek Kongregasi Ajaran Iman, untuk membuat draf Kompendium dari Katekismus Gereja Katolik, sebagai rumusan isi iman yang lebih ringkas. Sesudah bekerja selama dua tahun, draf Kompendium itu dibagikan kepada para Kardinal dan Ketua-Ketua Konferensi Para Uskup untuk mengetahui pandangan dan komentar serta kritik-kritik mereka. Secara keseluruhan, draf itu dinilai positif oleh mayoritas responden. Karena itu, Komisi segera melanjutkan pekerjaan mereka, merevisi, dan mempertimbangkan usul-usul yang masuk demi perbaikan. Kemudian, Komisi mempersiapkan teks finalnya.

3. Ada tiga ciri khas Kompendium ini, yaitu acuannya yang erat pada Katekismus Gereja Katolik, bentuknya yang dialogis, dan penggunaan lukisan-lukisan artistik dalam katekesenya. Kompendium ini bukanlah buku yang berdiri sendiri, bukan pula dimaksudkan untuk menggantikan Katekismus Gereja Katolik, melainkan justru secara konstan mengacu pada Katekismus itu dengan mencantumkan nomor-nomor acuan yang tertera pada tepi halaman, dan secara konsisten mengikuti struktur, perkembangan, dan isinya. Jadi, Kompendium ini dimaksudkan untuk menimbulkan kembali minat dan antusiasme kepada Katekismus yang selalu merupakan teks dasar untuk katekese dalam Gereja sekarang ini. Seperti dalam Katekismus, Kompendium ini terdiri dari empat bagian, sesuai dengan dinamika dasar hidup dalam Kristus.

Bagian Satu berjudul ”Pengakuan Iman”, berisi sintesis dari lex credendi (hukum iman), yaitu iman yang diakui oleh Gereja Katolik, yang diungkapkan dalam Pengakuan Iman para Rasul yang kemudian dikembangkan oleh Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel. Dalam Pengakuan Iman liturgis, umat Kristen menghidupkan kebenaran-kebenaran pokok iman mereka dalam ingatan.

Bagian Dua berjudul ”Perayaan Misteri Kristen”, menyajikan unsur-unsur esensial dari lex celebrandi (hukum perayaan liturgi). Pewartaan Injil mendapatkan jawabannya yang autentik dalam hidup Sakramental. Melalui hal ini, para pengikut Kristus mengalami dan memberikan kesaksian setiap saat dalam hidup mereka tentang daya penyelamatan misteri Paskah yang telah dilaksanakan oleh Kristus untuk penebusan kita.

Bagian Tiga berjudul ”Hidup dalam Kristus”, menjelaskan lex vivendi (hukum kehidupan), orang-orang yang dipermandikan mewujudkan komitmen mereka terhadap iman yang sudah mereka akui dan rayakan melalui tindakan dan pilihan etis dalam hidup mereka. Umat Kristen dipanggil oleh Yesus untuk bertindak sesuai dengan martabat mereka sebagai anak-anak Bapa dalam kasih Roh Kudus.

Bagian Empat berjudul ”Doa Kristen”, meringkaskan lex orandi (hukum doa). Dengan mengikuti teladan Yesus, model sempurna bagi orang yang berdoa, orang-orang Kristen juga dipanggil untuk berdialog dengan Allah dalam doa. Ungkapan doa yang istimewa ialah Bapa Kami, doa yang diajarkan oleh Yesus sendiri.

4. Ciri khas kedua Kompendium ini ialah bentuk dialogisnya yang mengingatkan kita akan bentuk literer tanya-jawab dari katekese lama. Ide yang ada di belakangnya untuk menggambarkan dialog imajinatif antara guru dan murid, dan melalui pertanyaan-pertanyaan yang menggelitik pembaca dibawa masuk lebih dalam untuk menemukan aspek-aspek imannya yang selalu baru. Bentuk dialogis ini juga membuat teksnya menjadi ringkas dengan mengatakan apa yang esensial. Hal ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk memahami isinya, dan kalau mungkin menghafalkannya.

5. Ciri khas ketiga Kompendium ini memuat lukisan-lukisan artistik yang diambil dari khazanah ikonografi Kristen. Tradisi konsili-konsili dari abad-abad yang lampau mengajarkan kepada kita bahwa lukisan-lukisan itu juga merupakan bentuk pewartaan Injil. Para seniman dalam setiap zaman menyajikan fakta-fakta pokok misteri keselamatan lewat keindahan lukisan mereka yang kemudian menjadi bahan permenungan dan kekaguman umat beriman. Hal ini menjadi indikasi terutama pada zaman sekarang, dalam kebudayaan gambar, bagaimana sebuah lukisan suci dapat menjadi sebentuk ungkapan yang jauh melebihi apa yang dapat diungkapkan lewat kata-kata dan dapat menjadi cara yang dinamis, juga sangat efektif untuk menyampaikan pesan Injil.

6. Empat puluh tahun sesudah Konsili Vatikan Kedua dan pada tahun Ekaristi, Kompendium ini menyajikan sumber tambahan untuk memuaskan dahaga akan kebenaran di antara umat Kristen dari segala macam umur dan kondisi, dan juga pemuas dahaga akan kebenaran dan keadilan bagi mereka yang menyebut diri tidak beriman. Publikasi Kompendium ini akan bertepatan dengan Hari Raya Rasul Santo Petrus dan Paulus, tiang penyangga Gereja universal dan penginjil teladan dari zaman kuno. Para Rasul ini mewartakan dan menjadi saksi kebenaran Kristus, bahkan sampai pada kemartiran. Marilah kita meneladan semangat misioner mereka dan berdoa kepada Allah agar Gereja selalu mengikuti pengajaran para Rasul, orang-orang yang pertama kali menyampaikan pewartaan iman.

20 Maret 2005, Minggu Palma


Kardinal Joseph Ratzinger
Ketua Komisi Khusus





Ikon Kristus, sang Pantokrator (Maharaja), mempunyai keindahan artistik yang jarang ditemui, mengingatkan kata-kata pemazmur: ”Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu” (Mzm 45:3).

Santo Yohanes Krisostomus menggunakan pujian ini kepada Yesus ketika dia menulis:
”Kristus sedang berada pada tahap pertama hidup-Nya ketika dilengkapi dengan kekuatan Roh, dan dari sana bersinarlah dalam diri-Nya sebuah keindahan rangkap, yaitu keindahan jiwa dan badan” (PG 52, 479).

Dengan ekspresi figuratifnya, ikon ini menampilkan sintesis dari konsili ekumenis yang pertama lewat keberhasilannya menampilkan kemuliaan kemanusiaan Yesus dan kemilau keilahian-Nya.

Kristus mengenakan baju berwarna merah ditutup dengan sebuah mantel berwarna biru tua. Kedua warna itu mengingatkan kedua kodrat-Nya, sedangkan pantulan emasnya melambangkan pribadi ilahi dari Sang Sabda. Wajah-Nya, anggun dan tenang, dibingkai dengan rambut kepala yang tebal, dikelilingi dengan sebuah salib yang memancarkan halo, membawa tiga huruf Yunani ”O Ω N” (Dia yang ada), merujuk pada pewahyuan Nama Allah dalam Kitab Keluaran 3:14. Di sisi atas kiri dan kanan, terdapat dua huruf Yunani ”IC – XC”
(”Yesus” – ”Kristus”) yang menunjukkan judul lukisan ini.

Tangan kanan, dengan ibu jari dan jari manis melengkung sampai saling menyentuh (melambangkan dua kodrat Kristus yang menyatu dalam pribadi-Nya), berada dalam posisi khas memberkati. Tangan kiri memegang buku Injil yang dihiasi dengan tiga kancing, mutiara-mutiara, dan batu-batu permata. Injil, simbol, dan sintesis Sabda Allah, juga mempunyai makna liturgis karena dalam perayaan Ekaristi perikop Injil dibacakan dan kata-kata Yesus sendiri diucapkan pada saat konsekrasi.

Gambar itu, sebentuk sintesis luhur dari unsur-unsur natural dan simbolis, merupakan ajakan untuk berkontemplasi dan mengikuti Yesus melalui Gereja, mempelai-Nya dan tubuh mistik-Nya, yang sampai sekarang masih terus memberkati keluarga manusia dan memancarkan sinar ke dalamnya, melalui Injil-Nya yang merupakan buku autentik tentang kebenaran, kebahagiaan, dan keselamatan bagi manusia.

Pada bulan Agustus tahun 386, Agustinus mendengar suara yang berkata: ”Ambil dan bacalah, ambil dan bacalah” (Confessiones, 8, 12, 29). Kompendium dari Katekismus Gereja Katolik, sebagai sebuah sintesis Injil Yesus Kristus yang diajarkan oleh katekese Gereja, menjadi undangan untuk membuka buku tentang kebenaran dan membacanya, bahkan menelannya sebagaimana dilakukan oleh Nabi Yehezkiel (bdk. Yeh 3:14).

______________
Theophanos of Creta (1546), The Icon of Christ, Stavronikita Monastery (Mount Athos).






Penyembahan Para Majus (bdk. Mat 2:1-12) merupakan karya pokok yang indah, yang melukiskan pewahyuan Yesus kepada semua manusia. Penjelmaan merupakan anugerah yang tidak hanya ditujukan bagi iman Maria, Yosef, para wanita, para gembala, dan umat Israel yang sederhana, tetapi juga bagi iman orang-orang asing ini yang datang dari Timur untuk menyembah Mesias yang baru lahir dan membawa persembahan-persembahan mereka bagi-Nya. ”Maka, masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan, dan mur” (Mat 2:11).

Para Majus adalah buah-buah pertama para bangsa yang dipanggil untuk beriman, dan mereka datang kepada Yesus bukan dengan tangan kosong, tetapi dengan segala kekayaan dari tanah dan budaya mereka.

Injil Yesus adalah sabda keselamatan bagi semua manusia. Santo Leo Agung mengatakan: ”Biarkanlah semua manusia, yang diwakili oleh tiga Majus ini, menyembah Pencipta semesta alam, dan semoga Allah tidak hanya dikenal di Yudea, tetapi juga di seluruh muka bumi karena agunglah nama-Nya di seluruh tanah Israel (bdk. Mzm 75:2)” (Pembicaraan 3 untuk Epifani). Bagian satu Kompendium menggambarkan perjumpaan antara Allah dengan manusia dan jawaban iman yang diberikan oleh Gereja atas nama seluruh umat manusia, terhadap anugerah penjelmaan Putra Allah yang menebus dan pewahyuan ilahi-Nya.


_________
Gentile Da Fabiano (1423), Adoration of the Magi, Uffizi Gallery, Florence.



diambil dari archive_compendium-ccc_id.pdf / www.vatican.va

Tidak ada komentar: