JAM  KERJA  SEKRETARIAT  GEREJA :       Selasa ~ Sabtu : 08.00 - 19.00,  Istirahat : 12.00 - 13.00            Minggu   : Pagi 07.00 - 10.00 , Sore 17.00 - 19.00.             LIBUR setiap Hari Senin dan Hari Libur Nasional           Telp : 6711509

Rabu, 20 Mei 2009

ANJANGSANA KAUM MUDA

ANJANGSANA PANTAP KAUM MUDA 2009
KE PANTI ASUHAN PUTERI ST. THOMAS MARDI RAHAYU
UNGARAN


Hallo, apa kabar semua
Apa kau baik-baik saja
Sebut nama..... Nona....
Hallo, apa kabar semua
Apa kau baik-baik saja
Sebut nama … Nona … Tata …dst

Pukul 10.00 WIB,
Lagu perkenalan yang kami ajarkan pada teman-teman di panti asuhan puteri St. Thomas Ungaran, asuhan susteran AK. Semuanya berjumlah 50 orang ( 47 perempuan, 3 laki-laki masih usia TK ). Kurang lebih 15 menit perkenalan, ada tamu sebuah keluarga, datang membawa bingkisan ulang tahun dan meminta didoakan. Nama anak yang berulang tahun Adit usia 22 tahun, lalu suster meminta saya ( Nona ) untuk memimpin upacara singkat ulang tahun Adit. Setelah selesai, Adit dan keluarga pamit, kami melanjutkan acara yang telah kami rencanakan. Yaitu mengajak teman-teman bermain alias outbound di lapangan, 2 permainan yang kami mainkan yaitu :
- Sarung berantai ( tujuan melatih kerja sama dan pemilihan strategi , alat : sarung )
Kami bagi menjadi 2 kelompok besar, lalu siapa yang melakukan tugas dengan waktu tercepat adalah pemenangnya. Dan hadiahnya sekotak permen.
- Scorpion ( tujuan kerja sama tim, mengenal kekuatan tim dan kekuatan lawan, tanpa alat )
Kami bagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok memiliki kakak pendamping dari Pantap sebagai kepalanya. Setiap kelompok tidak boleh lepas dalam berpegangan, dan pemenangnya adalah yang lebih dulu memegang ekor lawan. Hadiahnya sekotak permen.

Setelah puas bermain dan cukup kepanasan , semua beristirahat minum. Lalu masuk kembali dalam ruangan. Acara kami lanjutkan yaitu :
- lomba Puzzle untuk kategori SD  kelas 1 – 3, kelas 4 – 6 , yang bertanggung jawab Kak Tata
- lomba membuat Essai tentang pertobatan Saulus untuk kategori  SMP dan SMK , penanggung jawab Kak Nona
hasil lomba puzzle langsung dibagikan hadiahnya berupa buku diary dan puzzle Yesus.
Sedangkan hasil lomba Essai Pertobatan Saulus, kami bawa pulang dan akan kami undang pemenangnya pada saat ulang tahun Gereja St. Paulus Sendangguwo.

Pukul 12.30 WIB,
Kegiatan kami lanjutkan dengan ibadat syukur yang dipimpin oleh Kak Tina, kami duduk melingkar, kami bernyanyi dan berdoa bersama, kami saling mendoakan, teman-teman panti asuhan mendoakan kami agar tetap semangat dalam melayani , tetap aktif dalam kegiatan Gereja dan sukses dalam studi dan pekerjaan. Setelah ibadat selesai kak Damar memimpin dalam doa makan, inilah yang sangat ditunggu-tunggu, karena dari tadi sudah bermain, berpikir pula jadinya lapar total, teman-teman semangat lagi.
Kami makan bersama, oh ya.... makanan ini yang lauknya uenak tenan, donatur dari Virgin ( terimakasih Pantap Kaum Muda ucapkan kepada Bapak/Ibu Tejo ).

Pukul 13.30 WIB,
Kami selesai makan , kami telah menyiapkan bingkisan untuk teman-teman panti asuhan dan juga untuk kebutuhan panti asuhan sendiri yaitu berupa :

1. Untuk teman-teman Panti asuhan :
- wadah pinsil boneka, pinsil , pulpen , permainan puzzle
2. Untuk Panti Asuhan :
- softeks ( Pembalut wanita ) ,sabun mandi, odol pepsodent
- sabun colek ,Shampo clear, Celana dalam
- Bawang merah , Bawang putih
- Kemiri, Merica, Ketumbar
- Garam ,Gula ,Masako

Kami serahkan pada teman-teman dan kepala panti asuhan, lalu kami berdoa bersama kembali, mereka berharap agar kami dapat kembali dan bermain bersama lagi.
Lalu kami pamitan pulang.
Ada satu hal yang saya pribadi dapatkan saat bekunjung dan bermain bersama mereka, saya mendapatkan pencerahan kembali, karena sebelumnya beberapa hari saya mengalami kekosongan batin / sahabat saya bilang saya seperti memasukkan tim saya kedalam karung dan tidak tau mau dibawa kemana.di Saat teman-teman panti bergelayutan memeluk saya dan meminta ikut dengan saya, dan mereka bilang kak Nona berbeda dengan pengunjung-pengunjung yang datang kemari, itu membuat saya menemukan roh saya kembali. Apalagi saat didoakan khusus oleh Suster kepala, luar biasa tubuh saya merasakan kekuatan yang luar biasa. Secara tidak langsung merekalah yang membangkitkan semangat saya kembali untuk melaksanakan pelayanan apapun dengan menggunakan hati.
Sahabat yang luar biasa Hanik dan Tata, sangat mensuport saya saat saya sangat exited maupun saat saya sedang kehilangan semangat.
Oh ya hampir lupa, Teman-teman muda yang ikut Pantap ke panti asuhan adalah : Damar, Andi, Gayuh, Yudi, Ayu dan 4 orang dari lingkugan Filipus 1.
Semua berjalan lancar dan teman-teman di panti asuhan senang.
Terima kasih doanya..... semoga aksi sosial kami selanjutnya juga menemukan makna berarti, yang akan semakin menumbuhkan iman dalam hati kami.
Terima kasih Tuhan, Terima kasih teman-teman, terima kasih dewan paroki atas semua dukungannya. Untuk dokumentasi kami lampirkan juga, silahkan lihat...
Sampai ketemu lagi di kegiatan kaum muda lainnya.



Ketua PANTAP Kaum Muda 2009
Nona Theresia Distress Retang

Senin, 18 Mei 2009

Pesan BAPA SUCI HARI KOMSOS SEDUNIA KE-43-2009

Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-43
Pesan Bapa Suci Benediktus XVI
untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-43,
24 Mei 2009

***

Teknologi Baru, Relasi Baru:
Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan

Saudara dan Saudari Terkasih,

1. Mendahului Hari Komunikasi Sedunia yang akan datang, Saya ingin menyampaikan kepada anda beberapa permenungan mengenai tema yang dipilih untuk tahun ini yakni Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan. Sesungguhnya teknologi digital baru sedang membawa pergeseran yang hakiki terhadap perilaku-perilaku komunikasi juga terhadap ragam hubungan manusia. Pergeseran itu secara istimewa dialami oleh kaum muda yang bertumbuh bersama teknologi baru dan telah merasakan dunia digital sebagai rumah sendiri. Mereka berusaha memahami dan memanfaatkan peluang yang diberikan olehnya, sesuatu yang bagi kita orang dewasa seringkali dirasakan cukup asing. Dalam pesan tahun ini, Saya ingat akan mereka yang dikenal sebagai generasi digital, dan Saya ingin berbagi dengan mereka, khususnya tentang gagasan-gagasan menyangkut potensi ulung teknologi baru demi mamajukan pemahaman dan rasa kesetiakawanan manusia. Teknologi baru sesungguhnya merupakan anugerah bagi umat manusia dan kita mesti memberikan jaminan bahwa manfaat yang dimilikinya tentu dipergunakan untuk melayani semua manusia secara pribadi dan komunitas, teristimewa mereka yang kurang beruntung dan menderita.

(Manfaat Media Baru)

2. Akses terhadap telpon seluler dan komputer yang kian mudah disertai dengan jangkauan dan penyebaran internet secara meluas sampai ke wilayah jauh dan terpencil telah menjadikan internet sebagai prasarana jalan bagi penyampaian berbagai jenis pesan. Sungguh sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi-generasi sebelumnya. Daya dasyat media baru ini telah digenggam oleh orang-orang muda dalam mengembangkan jalinan, komunikasi dan pengertian di antara individu maupun secara bersama. Mereka telah beralih ke media baru sebagai sarana berkomunikasi dengan teman-teman, berjumpa dengan teman-teman baru, membangun paguyuban dan jejaring, mencari informasi dan berita, serta sarana berbagi gagasan dan pendapat. Budaya baru ini membawa banyak manfaat bagi komunikasi, antara lain keluarga-keluarga tetap bisa berkomunikasi meski terpisah oleh jarak yang jauh, para pelajar dan peneliti memperoleh peluang lebih cepat dan mudah kepada dokumen, sumber-sumber rujukan dan penemuan-penemuan ilmiah sehingga mereka mampu bekerja secara bersama meski dari tempat yang berbeda. Lebih dari itu, kodrat interaktif yang dihadirkan oleh berbagai media baru mempermudah pembelajaran dan komunikasi dalam bentuk yang lebih dinamis dan pada akhirnya memberikan sumbangsih bagi perkembangan sosial.

(Jangan hanya terpukau dengan kecanggihan teknis media baru. Media baru sebagai jawaban mendasar kerinduan umat manusia untuk berkomunikasi)

3. Kita tidak perlu terlalu terpukau dengan kehebatan media baru dalam menjawab kerinduan manusia dalam berkomunikasi dan berelasi dengan sesama, karena sesungguhnya, hasrat berkomunikasi dan bersahabat ini berakar dari kodrat kita yang paling dalam sebagai manusia dan tak boleh dimengerti sebagai jawaban terhadap berbagai inovasi teknis. Dalam terang amanat Kitab Suci, hasrat untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, pertama-tama harus dimengerti sebagai ungkapan peran-serta kita akan kasih Allah yang komunikatif dan mempersatukan, yang ingin menjadikan seluruh umat manusia sebagai suatu keluarga. Tatkala kita ingin mendekati orang lain, tatkala kita ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka dan membuat kita dikenal oleh mereka maka saat itulah kita sedang menjawab panggilan Allah, yakni panggilan yang terpatri dalam kodrat kita sebagai mahkluk yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, Allah komunikasi dan persekutuan.

( Hasrat mendasar manusia adalah berkomunikasi)

4. Hasrat saling berhubungan dan naluri komunikasi yang melekat dalam kebudayaan masa kini sungguh dipahami sebagai ungkapan kecenderungan mendasar dan berkelanjutan manusia modern untuk menjangkau keluar serta mengupayakan persekutuan dengan orang lain. Tatkala kita membuka diri terhadap orang lain, kita sedang memenuhi hasrat kita yang terdalam dan menjadi lebih sungguh manusia. Pada dasarnya, mengasihi adalah hal yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam hal ini, Saya tidak berbicara tentang hubungan sekilas dan dangkal, tetapi tentang kasih yang sesungguhnya, yang menjadi inti ajaran moral Yesus: "Kasihilah TuhanAllahmu dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa raga, dengan seluruh akal budimu dan dengan seluruh kekuatanmu" dan " kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" (bdk. Mrk 12:30-31). Dalam terang pemahaman ini, merenungi makna teknologi baru sungguh penting, agar kita tidak sekadar menaruh pehatian pada kemampuannya yang tak dapat diragukan itu, tetapi terutama pada kwalitas isi yang disebarkan melalui media tersebut. Saya ingin mendorong semua orang yang berkehendak baik yang sedang bergiat di lingkungan komunikasi digital masa kini untuk sungguh membaktikan diri dalam memajukan budaya menghomati, dialog dan persahabatan.

Oleh karena itu, mereka yang bergiat dalam pembuatan dan penyebaran isi media baru harus benar-benar menghormati martabat dan nilai pribadi manusia. Apabila teknologi baru dipergunakan untuk melayani kebaikan pribadi dan masyarakat, semua penggunanya akan mengelakkan tukar menukar kata dan gambar yang merendahkan umat manusia, keintiman hubungan seksual, atau yang mengeksploitasi orang lemah dan menderita.

( Media baru sebagai gelanggang berdialog)

5. Teknologi baru juga membuka jalan untuk dialog di antara orang-orang dari berbagai negara, budaya dan agama. Gelanggang digital baru yang disebut jagat maya, memungkinkan mereka untuk bertemu dan saling mengenal kebiasaan dan nilai-nilai mereka masing-masing. Perjumpaan-perjumpa an yang demikian, jika ingin berhasil guna, menuntut bentuk pengungkapan bersama yang jujur dan tepat disertai sikap mendengar dengan penuh perhatian dan penghargaan. Bila dialog bertujuan untuk memajukan pertumbuhan pengertian dan sikap setia kawan, ia harus berakar pada ikhtiar mencari kebenaran sejati dan bersama. Hidup bukanlah sekadar rangkaian peristiwa dan pengalaman. Hidup adalah sebuah pencarian kebenaran, kebaikan dan keindahan. Untuk maksud inilah maka kita membuat pilihan; untuk maksud inilah maka kita meragakan kebebasan kita, dengan maksud inilah-yakni dalam kebenaran, dalam kebaikan dan dalam keindahan-kita menemukan kebahagiaan dan sukacita. Kita tidak boleh membiarkan diri diperdaya oleh orang-orang yang memandang kita semata-mata sebagai konsumen sebuah pasar, yang dijejali dengan aneka ragam kemungkinan, yang mengubah pilihan menjadi barang, kebaruan mengganti keindahan dan pengalaman sukyektif menggantikan kebenaran.

(Persahabatan 'on-line' dan persahabatan riil)

6. Gagasan tentang persahabatan telah mendapat pemahaman baru oleh munculnya kosa kata jaringan sosial digital dalam beberapa tahun belakangan ini. Gagasan ini merupakan suatu pencapaian yang paling luhur dalam budaya manusia. Dalam dan melalui persahabatan, kita bertumbuh dan berkembang sebagai manusia. Karena itu, persahabatan yang benar harus selalu dilihat sebagai kekayaan paling besar yang dapat dialami oleh pribadi manusia. Dengan ini, kita mestinya hati-hati memandang remeh gagasan atau pengalaman persahabatan. Sungguh menyedihkan apabila hasrat untuk mempertahankan dan mengembangkan persahabatan 'on-line' mengorbankan kesempatan untuk keluarga, tetangga serta mereka yang kita jumpai dalam keseharian di tempat kerja, di tempat pendidikan dan tempat rekreasi. Apabila hasrat akan jalinan maya berubah menjadi obsesi, maka hasrat itu akan memarjinalkan pribadi dari interaksi sosial sehari-hari sekaligus menghambat pola istirahat, keheningan dan permenungan yang berguna bagi perkembangan kesehatan manusia.

7. Persahabatan adalah kekayaan terbesar manusia, tetapi nilai ulungnya bisa hilang apabila persahabatan itu dipahami sebagai tujuan itu sendiri. Sahabat harus saling mendukung dan saling memberi dorongan dalam mengembangkan bakat dan pembawaan mereka serta memanfaatkannya demi pelayanan umat manusia. Dalam konteks ini, sungguh membanggakan bila jejaring digital baru beriktiar memajukan kesetiakawanan umat manusia, damai dan keadilan, hak asasi manusia dan penghargaan terhadap hidup manusia serta kebaikan ciptaan. Jejaring ini dapat mempermudah bentuk-bentuk kerjasama antar manusia dari konteks geografis dan budaya yang berbeda serta membuat mereka mampu memperdalam rasa sepenanggungan demi kebaikan untuk semua. Karena itu, secara tegas kita harus menjamin bahwa dunia digital, dimana jejaring serupa itu dapat dibangun, adalah dunia yang sungguh terbuka untuk semua orang. Sungguh menjadi tragedi masa depan umat manusia apabila sarana baru komunikasi yang memungkinkan orang berbagi pengetahuan dan informasi dengan cara yang lebih cepat dan berdayaguna, tidak terakses oleh mereka yang terpinggirkan secara ekonomi dan sosial, atau apabila ia hanya membantu memperbesar kesenjangan yang memisahkan orang miskin dari jejaringan baru itu yang justru dikembangkan bagi pelayanan sosialisasi manusia dan penyebaran informasi.

(Pesan khusus untuk kaum muda: menginjil di dunia digital)

8. Saya bermaksud menyimpulkan pesan ini dengan menyampaikan secara khusus kepada orang muda katolik untuk mendorong mereka memberikan kesaksian iman dalam dunia digital. Saudara dan Saudari terkasih, Saya meminta kepada anda sekalian untuk memperkenalkan nilai-nilai yang melandasi hidup anda ke dalam lingkungan budaya baru yakni budaya teknologi komunikasi dan informasi. Pada awal kehidupan gereja, para rasul bersama murid-muridnya mewartakan kabar gembira tentang Yesus kepada dunia orang Yunani dan Romawi. Sudah sejak masa itu, keberhasilan karya evangelisasi menuntut perhatian yang seksama dalam memahami kebudayaan dan kebiasaan bangsa-bangsa kafir sehingga kebenaran Injil dapat menjamah hati dan pikiran mereka. Demikian juga pada masa kini, karya pewartaan Kristus dalam dunia teknologi baru menuntut suatu pengetahuan yang mendalam tentang dunia jika teknologi itu dipergunakan untuk melayani perutusan kita secara berdayaguna.

9. Kepada anda kalian, orang-orang muda, yang memiliki hubungan spontan terhadap sarana baru komunikasi, supaya bertanggungjawab terhadap evangelisasi 'benua digital' ini. Pastikan untuk mewartakan Injil ke dalam dunia jaman sekarang dengan penuh semangat. Kamu mengetahui kecemasan dan harapan mereka, cita-cita dan kekecewaan mereka. Hadiah terbesar yang dapat kalian berikan kepada mereka adalah berbagi dengan mereka "kabar gembira" Allah yang telah menjadi manusia, yang menderita, wafat dan bangkit kembali untuk menyelamatkan semua orang. Hati umat manusia sedang haus akan sebuah dunia dimana kasih meraja, dimana anugerah dibagikan dan dimana jati diri ditemukan dalam bentuk persekutuan yang saling menghargai. Iman kita mampu menjawab harapan-harapan itu. Semoga kamu menjadi bentaraNya! Ketahuilah, Bapa Suci memberkati anda dengan doa dan berkatnya

Vatikan, 24 Januari 2009, pesta Santo Fransiskus de Sales

Paus Benediktus XVI

Jumat, 15 Mei 2009

Chatting dengan Tuhan

Diambil dari Milis KAS


Sign in......
TUHAN : Kamu memanggilKu?
AKU : Memanggilmu? Tidak... Ini siapa ya?
TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.
AKU : Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN : Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.
AKU : Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikitpun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.
TUHAN : Benar sekali. Aktivitas memberimu kesibukan Tapi produktivitas memberimu hasil. Aktivitas memakan waktu, produktivitas membebaskan waktu.
AKU : Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghindarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.
TUHAN : Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu beberapa petunjuk. Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.
AKU : OKE, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisalah yang membuatnya jadi rumit.
AKU : Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?
TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
AKU : Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyak ketidakpastian.
TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.
AKU : Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.
TUHAN : Rasa sakit tidak bisa dihindari, tetapi penderitaan adalah sebuah pilihan.
AKU : Jika penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu menderita?
TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat dimurnikan tanpa api. Orang baik melewati rintangan, tanpa menderita. Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik, bukan sebaliknya.
AKU : Maksudnya pengalaman pahit itu berguna?
TUHAN : Ya. Dari segala sisi, pengalaman adalah guru yang keras. Guru pengalaman memberi ujian dulu, baru pemahamannya.
AKU : Tetapi, mengapa kami harus melalui semua ujian itu? Mengapa kami tidak dapat hidup bebas dari masalah?
TUHAN : Masalah adalah rintangan yang ditujukan untuk meningkatkan kekuatan mental. Kekuatan dari dalam diri bisa keluar melalui perjuangan dan rintangan, bukan dari berleha-leha.
AKU : Sejujurnya, di tengah segala persoalan ini, kami tidak tahu kemana harus melangkah...
TUHAN : Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah . Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi. Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati memberimu arah.
AKU : Kadang-kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan?
TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain. Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain berkejaran dengan waktu.
AKU : Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?
TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada masih berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau syukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.
AKU : Apa yang menarik dari manusia?
TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya, "Mengapa harus aku?". Jika mereka bahagia, tidak ada yang bernah bertanya, "Mengapa harus aku?"
AKU : Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya ada disini?
TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya disini. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.
AKU : Bagaimana saya bisa mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini?
TUHAN : Hadapilah masa lalumu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.
AKU : Pertanyaan terakhir, Tuhan. Seringkali saya merasa doa-doaku tidak dijawab.
TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab. Seringkali jawabannya adalah TIDAK.
AKU : Terimakasih Tuhan atas chatting yang indah ini.
TUHAN : Oke... Teguhlah dalam iman, dan buanglah rasa takut. Hidup adalah misteri untuk dipecahkan, bukan masalah untuk diselesaikan. Percayalah padaKu. Hidup itu indah jika kamu tahu cara untuk hidup.

.........TUHAN has signed out

Jumat, 01 Mei 2009

PANGGILAN, INISIATIF ALLAH DAN JAWABAN MANUSIA

"PANGGILAN, INISIATIF ALLAH DAN JAWABAN MANUSIA"
Ditulis Oleh Paus Benediktus XVI.
Thursday, 30 April 2009


Pesan Paus Benediktus XVI
Hari Minggu Doa Panggilan Sedunia ke-46
Mei 2009

Saudara-saudariku terkasih,

Bertepatan dengan Hari Doa untuk Panggilan Sedunia yang akan berlangsung pada Hari Minggu ke-4 Masa Paska, tanggal 3 Mei 2009, izinkanlah saya mengajak seluruh umat kristiani untuk merenungkan tema: "Panggilan, Inisiatif Allah dan Jawaban Manusia". Ajakan Yesus kepada murid-murid- Nya akan senantiasa berkumandang dalam Gereja, "Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Mat 9:38).

Mintalah! (Berdoalah!) . Perintah Tuhan untuk berdoa menandakan bahwa doa untuk panggilan harus dilakukan secara terus-menerus dan dengan penuh harapan. Hanya melalui doa, umat kristiani dapat "memiliki iman dan harapan yang semakin besar kepada penyelenggaraan Allah."(Sacramentum Caritatis 26).


Panggilan untuk menjalani Imamat dan Hidup Bakti merupakan anugerah Ilahi khusus di dalam rencana kasih dan penyelamatan Allah bagi seluruh umat manusia. Rasul Paulus, yang sekarang ini kita peringati 2000 tahun kelahirannya, menulis kepada umat di Efesus, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. "(Ef 1:3-4). Allah memanggil semua orang untuk menjadi kudus. Namun dalam panggilan umum kepada kekudusan itu, Allah mengundang secara khusus dan memilih beberapa orang agar hidup lebih dekat dengan Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk dijadikan pelayan dan saksi-Nya. Sang Guru Ilahi memanggil para rasul satu per satu, "untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan." (Mrk 3:14-15); dan pada gilirannya mereka memanggil murid-murid yang lain sebagai rekan yang setia dalam pelayanan Injil. Dengan cara demikian, terjadilah bahwa sepanjang perjalanan waktu, sejumlah orang yang sudah tak terhitung banyaknya, telah menanggapi panggilan Yesus dan membuka diri terhadap dorongan Roh Kudus, menjadi imam, biarawan-biarawati dan menjadi pelayan Injil seutuhnya dalam Gereja. Marilah kita bersyukur, sebab pada zaman ini pun, Tuhan masih berkenan menghimpun para pekerja untuk kebun anggur-Nya. Harus kita akui bahwa daerah-daerah tertentu di dunia ini mengalami kekurangan tenaga imam yang cukup memprihatinkan, dan aneka ragam rintangan yang menghadang Gereja. Namun kita diteguhkan oleh keyakinan bahwa yang memimpin Gereja adalah Dia, Tuhan, dan Dia mengantar Gereja menuju kepenuhan Kerajaan Allah. Dialah juga yang dengan bebas memilih dan mengajak manusia dari pelbagai budaya dan usia untuk mengikuti-Nya. Ini merupakan rahasia cinta kasih-Nya yang tak terselami.

Tugas pertama kita adalah berdoa dengan tekun sambil berikhtiar agar prakarsa ilahi yang memanggil manusia mendapat lahan yang subur dalam keluarga, dalam paroki, dalam gerakan-gerakan dan perhimpunan- perhimpunan yang aktif dalam kerasulan, dalam komunitas-komunitas religius dan dalam semua jejaring keuskupan. Kita berdoa juga agar seluruh umat kristiani semakin percaya bahwa Tuhan, `Sang Empunya Tuaian', akan terus mengundang para pekerja yang bersedia mengabdikan diri mereka seutuhnya demi keselamatan umat manusia. Sedangkan tugas orang-orang yang terpanggil ialah tetap peka terhadap suara Tuhan dan mencermati betul kehendak Allah dalam dirinya; siap mengabdikan diri pada rencana ilahi, dan memahami secara benar tuntutan panggilan Imamat dan Hidup Bakti serta menghayatinya dengan penuh rasa tanggung jawab dan penuh keyakinan.

Katekismus Gereja Katolik (KGK) dengan tepat mengingatkan bahwa prakarsa bebas dari Allah membutuhkan tanggapan bebas pula dari manusia. Jawaban manusia yang positif terhadap inisiatif Allah yang memanggil, mengandaikan kesadaran manusia akan rencana Allah bagi setiap orang dan jawaban manusia atas prakarsa kasih Tuhan. Kemudian tanggapan itu bertumbuh dan berkembang hingga menjadi suatu kewajiban moral, dan suatu persembahan penuh syukur kepada Allah yang memanggil demi pelaksanaan rencana-Nya dalam sejarah manusia (bdk KGK 2062).

Melalui misteri Ekaristilah, kita memahami bagaimana prakarsa Allah yang memanggil membentuk jawaban manusia. Sebab Ekaristi, pada satu pihak, menyatakan puncak inisiatif Allah Bapa yang menganugerahkan Putra-Nya demi keselamatan manusia dan di pihak lain juga merupakan puncak dari sikap kepatuhan dan kerelaan penuh dari Yesus untuk minum `piala' kehendak Allah Bapa (Mat 26:39). Ekaristi adalah anugerah sempurna yang mewujudkan rencana kasih Allah bagi manusia sebab dalam Ekaristi, Yesus mempersembahkan diri-Nya secara bebas demi keselamatan umat manusia. Pendahulu saya yang terkasih Paus Yohanes Paulus II menulis, "Gereja telah menerima Ekaristi dari Kristus, Tuhannya, bukan sebagai salah satu dari sekian banyak pemberian, betapa pun berharganya, melainkan sebagai anugerah unggulan sebab merupakan penyerahan diri, pribadi-Nya sendiri dari kemanusiaan- Nya yang suci, di samping sebagai hadiah karya penyelamatan- Nya." (Ecclesia de Eucharistia, 11). Dan para imam telah dikaruniai tugas perutusan untuk mempersembahkan Ekaristi sepanjang zaman sebagai misteri penyelamatan sampai Tuhan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Dalam Ekaristi para imam dapat menghadirkan contoh unggul suatu "dialog panggilan" antara inisiatif bebas dari Allah Bapa dan jawaban Yesus, yang dengan penuh kepercayaan menyerahkan seluruh diri kepada kehendak Bapa-Nya. Dalam Perayaan Ekaristi itu, Kristus sendiri hadir dalam diri mereka yang Dia pilih sebagai pelayan-pelayan- Nya. Dia meneguhkan mereka agar jawaban mereka bertumbuh menjadi penyerahan dan ucapan syukur yang melenyapkan rasa takut, terutama ketika pengalaman negatif rasa takut menjadi sekian besar (bdk. Rm 8:26-30), atau ketika mereka tidak dimengerti, bahkan ketika menghadapi penganiayaan (bdk.Rm 8 :35-39).

Setiap Perayaan Ekaristi membangkitkan kesadaran dalam hati kaum beriman, terutama dalam hati para imam bahwa mereka diselamatkan oleh kasih Kristus, dan karena itu mereka memenuhi hati dengan ketaatan Kristus, yang telah menyerahkan diri bagi kita. Percaya pada Tuhan dan membuka hati untuk menerima anugerah-Nya mendorong kita menyerahkan diri kepada-Nya dengan penuh syukur sambil ikut mengambil bagian pada rencana penyelamatan. Kalau pengalaman itu terjadi, maka `orang yang terpanggil' dengan sukarela meninggalkan segalanya dan mengikut Sang Guru Ilahi, dan terjadilah dialog kasih yang mendalam antara Allah dan manusia, suatu perjumpaan yang penuh misteri antara kasih Tuhan dan kebebasan manusia, sehingga manusia menjawab dengan penuh rasa syukur, sambil mengingat sabda Yesus, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap."(Yoh 15:16).

Pengalaman kasih yang timbal balik itu antara inisiatif Allah dan tanggapan manusia menjadi nyata pula secara mengagumkan dalam panggilan untuk Hidup Bakti. Nasihat-nasihat Injil tentang kemurnian yang dipersembahkan kepada Allah, kemiskinan dan ketaatan, didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan Yesus, dan diwariskan oleh para Rasul, para Bapa Gereja, para Pengajar Iman serta Gembala Gereja. Maka nasihat-nasihat Injil itu merupakan karunia ilahi, yang oleh Gereja diterima dari Tuhannya dan selalu dipelihara dengan bantuan rahmat-Nya. (Lumen Gentium 43). Sekali lagi Yesus adalah teladan penyerahan total penuh pasrah kepada kehendak Bapa. Kepada-Nyalah hati setiap orang yang menjalani Hidup Bakti harus diarahkan. Sejak awal masa Kekristenan, banyak lelaki dan perempuan telah meninggalkan keluarga, harta milik, segala kepunyaan, dan juga cita-cita pribadinya karena tertarik oleh Yesus, dan mengikut Kristus dengan sepenuh hati dan menghayati Injil tanpa kompromi. Nasihat Injil itu bagi mereka menjadi pedoman atau tuntunan untuk menghayati hidup suci secara radikal.

Dewasa ini pun banyak orang mengambil jalan hidup menurut kesempurnaan Injili yang penuh tuntutan dan mewujudkan panggilan mereka dengan mengikrarkan nasihat-nasihat Injil. Kesaksian semua saudara-saudari kita itu, baik yang hidup dalam biara kontemplatif maupun dalam lembaga-lembaga dan kongregasi-kongrega si yang aktif dalam kerasulan, menyatakan kepada seluruh umat Allah "misteri kerajaan Allah yang tetap berkarya dalam sejarah manusia, sambil menantikan kepenuhannya di surga" (Vita Consecrata 1).

Siapakah yang merasa pantas menjadi imam? Siapakah yang dapat menjalankan cara Hidup Bakti hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri? Kalau kita sadar bahwa Allahlah yang pertama mengambil inisiatif dan Dialah yang akan menyelesaikan rencana penyelamatan, maka jawaban manusia tidak akan berupa perasaan takut seperti hamba yang malas yang karena ketakutan menguburkan talenta dalam tanah (bdk. Mat 25:14-30). Sebaliknya, dengan segera ia memenuhi panggilan Tuhan, seperti Petrus yang tanpa ragu-ragu menebarkan jala sekali lagi dengan mengandalkan sabda-Nya, sekali pun sepanjang malam ia telah bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa (Luk5:5). Itu tidak berarti melepaskan tanggung jawab pribadi. Sebaliknya jawaban bebas manusia kepada Allah merupakan suatu kerja sama yang artinya, bahwa manusia turut bertanggung jawab dalam Kristus dan bersama Kristus, dan berkat penguatan dari Roh Kristus, jawaban bebas manusia itu dijalani dalam persatuan dengan Dia yang memampukan kita menghasilkan banyak buah (bdk. Yoh 15:5).

Satu contoh jawaban yang paling tepat terhadap prakarsa panggilan dari Allah adalah "Amin" "Jadilah" yang diucapkan Perawan Maria dari Nazaret. Suatu keputusan yang bulat sekaligus penuh kerendahan hati untuk mengambil bagian pada rencana Allah yang disampaikan kepadanya oleh utusan surgawi (Luk 1:38). Berkat jawaban `ya'-nya itu, Ia telah menjadi Bunda Allah, Bunda Penebus kita. Jawaban `ya' yang pertama itu kemudian disusul oleh banyak jawaban `ya' lainnya dan kemudian berpuncak pada jawaban `ya' ketika Maria "berdiri' di bawah kaki salib Yesus" sebagaimana dicatat oleh Penginjil Yohanes. Di situ Maria menjadi `peserta" dalam penderitaan Putranya yang tak berdosa itu. Dari salib itulah, Yesus, menjelang wafat-Nya, menganugerahkan Maria menjadi Bunda kita, dan kepadanyalah Yesus mempercayakan kita sebagai putra-putrinya. (bdk. Yoh 19: 26-27), terutama sebagai Bunda para imam dan biarawan-biarawati. Kepada Bunda Maria pulalah aku ingin mempercayakan semua orang yang merasa terpanggil oleh Allah dalam menjalani hidup Imamat atau Hidup Bakti.

Sahabat-sahabatku yang terkasih, janganlah putus asa bila dihadang oleh rintangan dan keragu-raguan; serahkanlah diri kalian kepada Allah, ikutilah Yesus dengan setia, dan kalian akan menjadi saksi kebahagiaan yang terpancar dari persatuan yang mesra dengan-Nya. Maria disebut bahagia oleh sekalian bangsa karena ia telah percaya (bdk.Luk 1:48). Seturut teladannya bulatkanlah tekadmu untuk mewujudkan rencana penyelamatan Bapa yang ada di surga. Seperti Maria, peliharalah dalam hati kalian rasa hormat dan sikap menyembah kepada Dia yang berkuasa melakukan "hal-hal yang besar", sebab kuduslah nama-Nya! (bdk. Luk. 1,49).

Dari Vatikan, 20 Januari 2009.
Pemutakhiran Terakhir ( Thursday, 30 April 2009 )