JAM  KERJA  SEKRETARIAT  GEREJA :       Selasa ~ Sabtu : 08.00 - 19.00,  Istirahat : 12.00 - 13.00            Minggu   : Pagi 07.00 - 10.00 , Sore 17.00 - 19.00.             LIBUR setiap Hari Senin dan Hari Libur Nasional           Telp : 6711509

Jumat, 15 Februari 2013

Hari 121 KGK

Hari   121

Pasal   3.   GEREJA YANG SATU, KUDUS, KATOLIK, DAN APOSTOLIK

811.  "Itulah satu-satunya Gereja Kristus, yang dalam syahadat iman kita akui sebagai Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik" (LG 8). Keempat sifat ini, yang tidak boleh dipisahkan Bdk. DS 2888. satu dari yang lain, melukiskan ciri-ciri hakikat Gereja dan perutusannya. Gereja tidak memilikinya dari dirinya sendiri. Melalui Roh Kudus, Kristus menjadikan Gereja-Nya itu satu, kudus, katolik, dan apostolik. Ia memanggilnya supaya melaksanakan setiap sifat itu.

812.  Hanya iman dapat mengakui bahwa Gereja menerima sifat-sifat ini dari asal ilahinya. Namun akibat-akibatnya dalam sejarah merupakan tanda yang juga jelas mengesankan akal budi manusia. Seperti yang dikatakan Konsili Vatikan 1, Gereja "oleh penyebar-luasannya yang mengagumkan, oleh kekudusannya yang luar biasa, dan oleh kesuburannya yang tidak habis-habisnya dalam segala sesuatu yang baik, oleh kesatuan katoliknya dan oleh kestabilannya yang tak terkalahkan, adalah alasan yang kuat dan berkelanjutan sehingga pantas dipercaya dan satu kesaksian yang tidak dapat dibantah mengenai perutusan ilahinya" (DS 3013).

I.   Gereja yang Satu

"Rahasia Kudus Kesatuan Gereja" (UR 2)

813.  Gereja itu satu menurut asalnya. "Pola dan prinsip terluhur misteri itu ialah kesatuan Allah tunggal dalam tiga Pribadi, Bapa, Putera, dan Roh Kudus" (UR 2). Gereja itu satu menurut Pendiri-Nya. "Sebab Putera sendiri yang menjelma telah mendamaikan semua orang dengan Allah, dan mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu tubuh" (GS 78,3). Gereja itu satu menurut jiwanya. "Roh Kudus, yang tinggal di hati umat beriman, dan memenuhi serta membimbing seluruh Gereja, menciptakan persekutuan umat beriman yang mengagumkan itu, dan sedemikian erat menghimpun mereka sekalian dalam Kristus, sehingga menjadi prinsip kesatuan Gereja" (UR 2). Dengan demikian, kesatuan termasuk dalam hakikat Gereja:"Sungguh keajaiban yang penuh rahasia! Satu adalah Bapa segala sesuatu, juga satu adalah Logos segala sesuatu, dan Roh Kudus adalah satu dan sama di mana-mana, dan juga ada hanya satu Bunda Perawan; aku mencintainya, dan menamakan dia Gereja" (Klemens dari Aleksandria, paed. 1,6,42).

814.  Namun sejak awal, Gereja yang satu ini memiliki kemajemukan yangluar biasa. Di satu pihak kemajemukan itu disebabkan oleh perbedaan anugerah-anugerab Allah, di lain pihak oleh keanekaan orang yang menerimanya. Dalam kesatuan Umat Allah berhimpunlah perbedaan bangsa dan budaya. Di antara anggota-anggota Gereja ada keaneka-ragaman anugerah, tugas, syarat-syarat hidup dan cara hidup; "maka dalam persekutuan Gereja selayaknya pula terdapat. Gereja-gereja khusus, yang memiliki tradisi mereka sendiri" (LG 13). Kekayaan yang luar biasa akan perbedaan tidak menghalang-halangi kesatuan Gercia, tetapi dosa dan akibat-akibatnya membebani dan mengancam anugerah kesatuan ini secara terus-menerus. Karena itu santo Paulus harus menyampaikan nasihatnya, "supaya memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera" (Ef 4:3).

815.  Manakah ikatan-ikatan kesatuan? Terutama cinta, "ikatan kesempurnaan" (Kol 3:14). Tetapi kesatuan Gereja penziarah juga diamankan oleh ikatan persekutuan yang tampak berikut ini:
pengakuan iman yang satu dan sama, yang diwariskan oleh para Rasul;
perayaan ibadat bersama, terutama Sakramen-sakramen;
suksesi apostolik, yang oleh Sakramen Tahbisan menegakkan kesepakatan sebagai saudara-saudari dalam keluarga Allah Bdk. UR 2; LG 14: CIC. can. 205..

816.  "Itulah satu-satunya Gereja Kristus... Sesudah kebangkitan-Nya, Penebus kita menyerahkan Gereja kepada Petrus untuk digembalakan. Ia mempercayakannya kepada Petrus dan para Rasul lainnya untuk diperluaskan dan dibimbing... Gereja itu, yang di dunia ini disusun dan diatur sebagai serikat, berada dalam [subsistit in] Gereja Katolik, yang dipimpin oleh pengganti Petrus dan para Uskup dalam persekutuan dengannya (LG 8).Dekrit Konsili Vatikan II mengenai ekumene menyatakan: "Hanya melalui Gereja Kristus yang katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh Kristus di dunia. Dalam Tubuh itu harus disatu-ragakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk Umat Allah" (UR 3).

Luka-luka Kesatuan

817.  "Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awal mula telah timbul berbagai perpecahan, yang oleh Rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak dihukum. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, kadang-kadang bukannya tanpa kesalahan kedua pihak" (UR 3). Perpecahan-perpecahan yang melukai kesatuan Tubuh Kristus (perlu dibedakan di sini bidah, apostasi, dan skisma) Bdk. CIC, can. 751., tidak terjadi tanpa dosa manusia:"Di mana ada dosa, di situ ada keaneka-ragaman, di situ ada perpecahan, sekte-sekte dan pertengkaran. Di mana ada kebajikan, di situ ada kesepakatan, di situ ada kesatuan; karena itu semua umat beriman bersatu hati dan bersatu jiwa" (Origenes, hom. in Ezech. 9,1).

818.  "Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan dibesarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja Katolik merangkul mereka dengan sikap bersaudara penuh hormat dan cinta kasih... Sungguhpun begitu, karena mereka dalam Baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disatu-ragakan dalam Kristus. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja Katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan" (UR 3).

819.  Tambahan lagi di luar tapal batas Gereja Katolik yang kelihatan "ditemukan banyak unsur pengudusan dan kebenaran" (LG 8): "Sabda Allah dalam Kitab Suci, kehidupan rahmat, harapan, dan cinta kasih, begitu pula karunia-karunia Roh Kudus lainnya yang bersifat batiniah dan unsur-unsur lahiriah" (UR 3) Bdk. LG 15.. Roh Kudus mempergunakan Gereja-gereja dan persekutuan-persekutuan gerejani ini sebagai sarana demi keselamatan. Kekuatannya berasal dari kepenuhan rahmat dan kebenaran, yang Kristus percayakan kepada Gereja Katolik. Semua hal ini berasal dari Kristus, mengantar menuju Dia Bdk. UR 3. dan dengan sendirinya "mendorong ke arah Kesatuan katolik" (LG 8).

Menuju Kesatuan

820.  "Kesatuan itulah yang sejak semula dianugerahkan oleh Kristus kepada Gereja-Nya. Kita percaya, bahwa kesatuan itu tetap lestari terdapat dalam Gereja Katolik, dan berharap, agar kesatuan itu dari hari ke hari bertambah erat sampai kepenuhan zaman" (UR 4). Kristus selalu memberikan kepada Gereja-Nya anugerah kesatuan, tetapi Gereja harus terus-menerus berdoa dan bekerja untuk mempertahankan, memperkuat dan menyempurnakan kesatuan yang Kristus kehendaki untuk dia. Karena itu, Yesus sendiri berdoa pada saat kesengsaraan-Nya dan selalu kepada Bapa-Nya demi kesatuan murid-murid-Nya. "Semoga mereka semua menjadi satu, seperti Engkau ya Bapa, ada dalam Aku dan Aku dalam Engkau, mereka juga berada di dalam kita, supaya dunia percaya bahwa Engkaulah yang mengutus Aku" (Yoh 17:21). Kerinduan untuk memulihkan kesatuan semua orang Kristen adalah satu anugerah Kristus dan satu panggilan Roh Kudus Bdk. UR 1..

821.  Untuk menjawab panggilan secara tepat, dibutuhkan:

  • satu pembaharuan Gereja secara terus-menerus dalam kesetiaan yang lebih besar terhadap panggilannya.
  • pembaharuan ini adalah daya dorong gerakan menuju kesatuan Bdk. UR 6.;
  • pertobatan hati, untuk mengusahakan satu kehidupan yang murni sesuai dengan Injil, Bdk. UR 7. karena ketidak-setiaan anggota-anggota terhadap anugerah Kristus menyebabkan perpecahan-perpecahan;
  • doa bersama, karena "pertobatan hati dan kesucian hidup itu, disertai doa-doa permohonan perorangan maupun bersama untuk kesatuan umat Kristen, harus dipandang sebagai jiwa seluruh gerakan ekumenis, dan memang tepat juga disebut ekumenisme rohani" (UR 8);
  • pengenalan persaudaraan secara timbal balik Bdk. UR 9.;
  • pembinaan semangat ekumenis pada umat beriman dan terutama para imam Bdk. UR 10.;
  • pembicaraan antara para teolog dan pertemuan antara umat Kristen dari berbagai Gereja dan persekutuan Bdk. UR4; 9; 11.;
  • kerja sama umat Kristen dalam berbagai bidang pelayanan terhadap manusia Bdk. UR 12..

822.  "Keprihatinan untuk memulihkan kesatuan melibatkan segenap Gereja, baik umat beriman, maupun para gembala" (UR 5). Tetapi orang harus sadar juga, "bahwa maksud yang suci untuk mendamaikan segenap umat Kristen menjadi satu dalam Gereja Kristus yang satu dan tunggal melampaui daya kekuatan serta bakat kemampuan manusiawi. Oleh karena itu konsili menaruh harapan sepenuhnya pada doa Kristus bagi Gereja, pada cinta kasih Bapa terhadap kita, dan pada kekuatan Roh Kudus" (UR 24).

dikutip dari Katekismus Gereja Katolik 'KGK 1Thn'