JAM  KERJA  SEKRETARIAT  GEREJA :       Selasa ~ Sabtu : 08.00 - 19.00,  Istirahat : 12.00 - 13.00            Minggu   : Pagi 07.00 - 10.00 , Sore 17.00 - 19.00.             LIBUR setiap Hari Senin dan Hari Libur Nasional           Telp : 6711509

Jumat, 14 Juni 2013

HARI 164 KGK

Hari   164   KGK

Nyanyian dan Musik

1156.  "Tradisi musik Gereja semesta merupakan kekayaan yang tak terperikan nilainya, lebih gemilang dari ungkapan-ungkapan seni lainnya, terutama karena nyanyian suci yang terikat pada kata-kata merupakan bagian Liturgi meriah yang penting atau integral" (SC 112). Syair-syair dan nyanyian mazmur-mazmur yang diilhami yang sering diiringi oleh alat-alat sudah berkaitan erat dengan perayaan liturgi dalam Pedanjian Lama. Gereja melanjutkan tradisi ini dan mengembangkannya: "Berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian, dan nyanyian rohani. Bernyanyi dan bersoraklah bagi Tuhan dengan segenap hati" (Ef 5:19) Bdk. Kol 3:16-17.. "Yang bermadah, berdoa ganda" Bdk. Agustinus, Psal. 72, 1..

1157.  Lagu dan musik memenuhi fungsinya sebagai tanda semakin baik,"sejauh ia semakin erat dihubungkan dengan kegiatan liturgi" (SC 112). Untuk itu perlu diperhatikan tiga butir berikut ini: keindahan ungkapan doa, keikutsertaan jemaat yang serasi pada waktu yang sudah ditentukan, dan sifat perayaan yang semarak. Dengan demikian nyanyian dan musik melayani tujuan dari perkataan dan kegiatan liturgi: pemuliaan Allah dan pengudusan umat beriman Bdk. SC 11 2..

"Betapa aku menangis karena madah dan nyanyianmu, sangat terharu oleh suara yang merdu dalam gerejamu! Suara-suara itu masuk ke dalam telingaku dan meneteskan kebenaran ke dalam hatiku; perasaan-perasaan saleh bergelora di dalamnya, air mataku mengalir, dan aku memperoleh kepuasan hati yang sejati" (Agustinus,. conf. 9,6,14).
lihat juga no. 2502

1158.  Keserasian tanda-tanda (nyanyian, musik, perkataan, dan kegiatan) akan makin berarti dan berhasil, kalau mereka sernakin dikembangkan dalam kekayaan kebudayaan Umat Allah yang merayakannya Bdk SC 119.. Karena itu, "nyanyian rohani umat hendaknya dikembangkan secara ahli, sehingga kaum beriman dapat bernyanyi dalam kegiatan-kegiatan devosional dan perayaan-perayaan ibadat, menurut kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan rubrik" (SC 118). Tetapi "syair-syair bagi nyanyian liturgi hendaknya selaras dengan ajaran Katolik, bahkan terutama hendaklah ditimba dari Kitab Suci dan sumber-sumber liturgi" (SC 121). lihat juga no. 1201, 1674

Gambar-gambar Kudus

1159.  Gambar kudus, ikon liturgi, menampilkan Kristus pada tempat yang pertama. Ia tidak dapat menggambarkan Allah yang tidak kelihatan dan tidak dapat dimengerti. Inkarnasi Putera Allah telah membuka satu tata gambar baru:

"Pada mulanya Allah, yang bukan badan, bukan juga rupa, tidak dapat dilukiskan sama sekali melalui gambar. Tetapi sekarang, setelah ia kelihatan dalam daging dan hidup, bersama manusia, saya dapat membuat satu gambar dari apa yang saya lihat dari Allah. Kita memandang kemuliaan Tuhan dengan wajah tak terselubung" (Yohanes dari Damaskus, imag. 1,16).
lihat juga no. 476, 477, 2129-2132

1160.  Ikonografi Kristen menampilkan Injil melalui gambar, sama seperti Kitab Suci menyampaikannya melalui sabda. Gambar dan sabda saling menjelaskan:

"Singkatnya, kita mempertahankan segala tradisi Gereja, apakah itu disampaikan kepada kita secara tertulis atau lisan, tanpa merusakkannya dengan pembaharuan. Salah satu tradisi ini adalah lukisan ikon. Karena ia sesuai dengan pewartaan Injil, maka ia berguna bagi kita, untuk memperkuat iman kepada inkarnasi Sabda Allah yang sebenarnya dan bukan khayalan dan untuk menghasilkan keuntungan besar bagi kita. Karena hal-hal yany saling menjelaskan itu... rupa-rupanya mempunyai arti yang sama" (Konsili Nisea II.   787: COD 111)

1161.  Semua tanda dari perayaan liturgi menunjuk kepada Kristus, demikian juga, gambar-gambar Bunda Allah tersuci dan para kudus. Mereka adalah tanda tentang Kristus, yang dimuliakan dalam mereka. Di dalam mereka, kita memandang "jumlah besar saksi-saksi" (Ibr 12:1), yang masih tetap memperhatikan keselamatan dunia, dan bersama siapa kita disatukan, terutama dalam perayaan sakramental. Melalui ikon-ikon iman kita melihat manusia yang "diciptakan menurut citra Allah", dan diubah Bdk. Rm 8:29; 1 Yoh 3:2. menjadi serupa dengan Allah, dan malahan para malaikat, yang juga dihimpun di bawah Kristus, Kepala.

"Sambil mengikuti ajaran bapa-bapa suci kita yang mewartakan Allah dan tradisi Gereja Katolik - karena kami tahu bahwa ia berasal dari Roh Kudus yang hidup di dalamnya - kami memutuskan untuk memasang dengan segala ketelitian dan sikap hati-hati, di dalam gereja-gereja Allah yang kudus, di atas perabot-perabot dan pakaian yang kudus, dinding dan papan, rumah dan jalan, demikian juga penempatan salib yang bernilai dan yang membawa kehidupan, memasang gambar-gambar yang patut dimuliakan dan kudus - biar dari cat, batu, atau salah satu bahan yang sesuai - [ini berlaku juga] untuk gambar Tuhan Allah dan Penebus kita Yesus Kristus, Bunda kita yang tak bemoda dan suci yang melahirkan Allah, para malaikat yang patut dihormati dan segala orang kudus dan saleh" (Konsili Nisea II: DS 600).

1162.  "Keindahan dan warna gambar-gambar merangsang doaku. Mereka merupakan pesta bagi mataku, sebagaimana gambar dari suatu pemandangan alam tnerangsang hatiku, untuk memuja Allah" (Yohanes dari Damaskus, imag. 1,27). Melihat gambar-gambar suci, bersama dengan renungan mengenai Sabda Allah dan dengan nyanyian madah gerejani, membentuk keserasian tanda-tanda liturgi, sehingga misteri yang dirayakan meresap ke dalam kenangan hati, lalu tampak dengan jelas dalam cara hidup baru umat beriman. lihat juga no. 2502



Sumber bahan dari KGK Ekaristi.org