JAM  KERJA  SEKRETARIAT  GEREJA :       Selasa ~ Sabtu : 08.00 - 19.00,  Istirahat : 12.00 - 13.00            Minggu   : Pagi 07.00 - 10.00 , Sore 17.00 - 19.00.             LIBUR setiap Hari Senin dan Hari Libur Nasional           Telp : 6711509

Jumat, 07 Desember 2012

Hari 56 KGK

Hari   56

III.   Ia Menciptakan Mereka sebagai Pria dan wanita

Persamaan dan Perbedaan yang Dikehendaki Allah

369.  Pria dan wanita diciptakan, artinya, dikehendaki Allah dalam persamaan yang sempurna di satu pihak sebagai pribadi manusia dan di lain pihak dalam kepriaan dan kewanitaannya. "Kepriaan" dan "kewanitaan" adalah sesuatu yang baik dan dikehendaki Allah: keduanya, pria dan wanita, memiliki martabat yang tidak dapat hilang, yang diberi kepada mereka langsung oleh Allah, Penciptanya Bdk Kej 2:7.22.. Keduanya, pria dan wanita, bermartabat sama "menurut citra Allah". Dalam kepriaan dan kewanitaannya mereka mencerminkan kebijaksanaan dan kebaikan Pencipta.

370.  Allah sendiri sama sekali tidaklah menurut citra manusia. Ia bukan pria, bukan juga wanita. Allah adalah Roh murni, pada-Nya tidak bisa ada perbedaan jenis kelamin. Namun dalam "kesempurnaan-kesempurnaan" pria dan wanita tercermin sesuatu dari kesempurnaan Allah yang tidak terbatas: ciri khas seorang ibu Bdk Yes 49:14-15; 66:13; Mzm 131:2-3. dan ciri khas seorang ayah dan suami Bdk Hos 11: 1-4 Yer 3:4-19..

Untuk Satu sama Lain - Satu "Dwitunggal"

371.  Allah menciptakan pria dan wanita secara bersama dan menghendaki yang satu untuk yang lain. Sabda Allah menegaskan itu bagi kita melalui berbagai tempat dalam Kitab Suci: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya yang sepadan dengan dia" (Kej 2:18). Dari antara binatang-binatang manusia tidak menemukan satu pun yang sepadan dengan dia (Kej 2:19-20). Wanita yang Allah "bentuk" dari rusuk pria, dibawa kepada manusia. Lalu berkatalah manusia yang begitu bahagia karena persekutuan dengannya, "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku" (Kej 2:23). Pria menemukan wanita itu sebagai aku yang lain, sebagai sesama manusia.

372.  Pria dan wanita diciptakan "satu untuk yang lain", bukan seakan-akan Allah membuat mereka sebagai manusia setengah-setengah dan tidak lengkap, melainkan Ia menciptakan mereka untuk satu persekutuan pribadi, sehingga kedua orang itu dapat menjadi "penolong" satu untuk yang lain, karena di satu pihak mereka itu sama sebagai pribadi ("tulang dari tulangku"), sedangkan di lain pihak mereka saling melengkapi dalam kepriaan dan kewanitaannya. Dalam perkawinan Allah mempersatukan mereka sedemikian erat, sehingga mereka "menjadi satu daging" (Kej 2:24) dan dapat meneruskan kehidupan manusia: "Beranak-cuculah dan bertambah banyaklah; penuhilah bumi" (Kej 1:28). Dengan meneruskan kehidupan kepada anak-anaknya, pria dan wanita sebagai suami isteri dan orang-tua bekerja sama dengan karya Pencipta atas cara yang sangat khusus Bdk. GS 50,1..

373.  Menurut rencana Allah, pria dan wanita memiliki panggilan supaya sebagai "wakil" yang ditentukan Allah, "menaklukkan dunia". Keunggulan ini tidak boleh menjadi kelaliman yang merusak. Diciptakan menurut citra Allah, yang "mengasihi segala yang ada" (Keb 11:24), pria dan wanita terpanggil untuk mengambil bagian dalam penyelenggaraan ilahi untuk makhluk-makhluk lain. Karena itu, mereka bertanggung jawab untuk dunia yang dipercayakan Allah kepada mereka.

IV.  Manusia dalam Firdaus

374.  Manusia pertama diciptakan sebagai makhluk yang baik dan ditempatkan dalam persahabatan dengan Penciptanya dan dalam keselarasan dengan diri sendiri dan dengan ciptaan yang berada di sekitamya. Hanya oleh kemuliaan penciptaan baru dalam Kristus, persahabatan dan harmoni ini dapat dilampaui.

375.  Gereja menjelaskan perlambangan bahasa biblis dalam terang Perjanjian Baru dan tradisi secara otentik dan mengajarkan bahwa nenek moyang kita Adam dan Hawa ditempatkan dalam satu keadaan "kekudusan dan keadilan" yang asli (Konsili Trente: DS 1511). Rahmat kekudusan yang asli itu adalah "berpartisipasi dalam kehidupan ilahi" (LG 2).

376.  Oleh sinar rahmat ini kehidupan manusiawi diperkuat menurut segala aspek. Selama manusia tinggal dalam hubungan erat dengan Allah ia tidak perlu mati Bdk. Kej 2:17; 3:19. atau bersengsara Bdk. Kej 3:16., Keselarasan batin dari pribadi manusiawi, keselarasan antara pria dan wanita Bdk. Kej 2:25., dan keselarasan antara pasangan suami isteri pertama dan seluruh ciptaan merupakan keadaan yang dinamakan "keadilan purba".

377.  "Kekuasaan" atas dunia yang diberikan oleh Allah kepada manusia sejak awal, dilaksanakan pada tempat pertama sekali di dalam manusia itu sendiri yaitu kekuasaan atas diri sendiri. Manusia dalam seluruh kodratnya utuh dan teratur, karena ia bebas dari tiga macam hawa nafsu Bdk. 1 Yoh 2:16., yang membuat dia menjadi hamba kenikmatan hawa nafsu, ketamakan akan harta duniawi, dan penonjolan diri yang bertentangan dengan petunjuk akal budi.

378.  Bukti hubungan baik dengan Allah ialah bahwa Allah menempatkan manusia dalam "kebun" Bdk. Kej 2:8.. Ia hidup di dalamnya "untuk mengusahakan dan memelihara" taman itu (Kej 2:15). Pekerjaan itu untuk pria dan wanita bukan kerja paksa Bdk. Kej 3:17-19., melainkan kerja sama dengan Allah demi penyempurnaan ciptaan yang kelihatan.

379.  Seluruh keselarasan keadilan purba, yang rencana Allah persiapkan untuk manusia, hilang karena dosa nenek moyang kita.

dikutip dari Katekismus Gereja Katolik 'KGK 1Thn'