JAM  KERJA  SEKRETARIAT  GEREJA :       Selasa ~ Sabtu : 08.00 - 19.00,  Istirahat : 12.00 - 13.00            Minggu   : Pagi 07.00 - 10.00 , Sore 17.00 - 19.00.             LIBUR setiap Hari Senin dan Hari Libur Nasional           Telp : 6711509

Jumat, 25 Mei 2012

MENJADI ORANG KATOLIK SEJATI

MENJADI ORANG KATOLIK SEJATI
Pendidikan dan Iman Katolik


Menjadi orang Katolik sejati, bukanlah sesuatu hal yang mudah, jika kita tidak pernah mengimaninya dalam hidup sehari-hari, khususnya bagi para generasi muda Katolik yang kita kenal dengan sebutan Orang Muda Katolik (OMK), dimana mereka adalah harapan gereja di masa mendatang.
Hidup dan berkarya di tempat yang heterogen dalam keagamaan , merupakan tantangan tersendiri untuk menguji seberapa besar iman yang kita miliki akan Yesus Kristus.
Uskup Agung Semarang, Mgr. Johannes Pujasumarta, lewat Surat Gembala yang disampaikan pada Hari Pendidikan Nasional Tahun 2012 mengungkapkan bahwa pendidikan Katolik, meskipun tetap menekankan kedisiplinan, dirasa menjadi mahal, sehingga beberapa sekolah Katolik sudah tidak menjadi pilihan utama. Di lain sisi, muncullah beberapa sekolah baru yang menawarkan nilai-nilai baru, mengikuti kurikulum asing, tetapi lemah dalam pendidikan iman dan karakter. Meskipun mahal, tetapi untuk mencari prestige, banyak orang tua rela mencari uang untuk menyekolahkan anaknya di tempat tersebut.
Berkembangnya iman dan karakter seseorang tidak hanya tergantung pada tempat dimana kita berkarya, akan tetapi juga tergantung pada kemauan dan niat dari dalam diri individu itu sendiri.
Bukanlah suatu jaminan, bahwa siswa-siswi yang belajar di sekolah Katolik memiliki pendidikan iman yang mendalam tentang Katolik yang jauh lebih baik dibandingkan dengan siswa-siswi yang belajar di sekolah non-Katolik. Itu semua tergantung dari sikap mereka dalam menghadapi setiap pergulatan iman.
Bagi beberapa orang tertentu, hidup di tempat heterogen adalah sesuatu hal yang menyenangkan, karena dapat mengenal perbedaan satu sama lain. Selain itu, iman mereka juga semakin terasah untuk dapat menjadi pribadi yang tetap setia dan militan.Sebagai contoh, salah satu SMA Negeri yang berada dalam wilayah paroki Santo Paulus Sendangguwo, lebih tepatnya SMAN 2 Semarang. Di sini, saya (penulis, red.) akan berbagi pengalaman iman selama saya mengenyam pendidikan di sekolah ini.
Perkumpulan siswa-siswi Katolik SMAN 2 Semarang, yang biasa disebut Pendalaman Iman Katolik (PIK) mempunyai cara tersendiri untuk membina iman mereka akan Kristus, sekalipun jumlah mereka keseluruhan tidak lebih dari 45 orang. Tidak hanya melalui kegiatan formal seperti pelajaran agama yang masuk dalam rutinitas intrakurikuler, akan tetapi juga melalui kegiatan-kegiatan non-formal yang bersifat rohani.
Satu hal yang paling menarik bagi siswa-siswi Katolik di sekolah ini, adalah kegiatan Misa Jumat Pertama yang rutin diadakan setiap bulan. Semangat anak-anak untuk mengadakan Perayaan Ekaristi setelah pulang sekolah, juga didukung oleh pihak sekolah sendiri. Pihak sekolah tidak keberatan dengan program kerja yang telah dirancang oleh teman-teman Katolik, meskipun Misa Jumat Pertama belangsung bersamaan dengan Jumat’an yang dilangsungkan di Masjid SMAN 2 Semarang.
Tidak tanggung-tanggung, kami pun difasilitasi sebuah ruangan tetap untuk mengadakan Misa Jumat Pertama, kecuali jika dalam keadaan mendesak, ruangan itu tidak bisa digunakan, kami mencari ruangan lain yang sekiranya cocok untuk mengadakan Misa atas ijin dari pihak sekolah.
Adanya Misa yang sudah menjadi rutinitas dan kerinduan ini, membuat iman kami terpelihara. Kehadiran Yesus pun semakin terasa lewat teman-teman yang terlibat aktif dalam mempersiapkan Perayaan Ekaristi ini. Mulai dari mengundang Romo Paroki, membuat lembaran teks misa, membuat daftar lagu, sampai pada pelayanan saat Misa berlangsung, semuanya terlaksana dengan baik, berkat dukungan dan antusiasme dari teman-teman sekalian.
Sebagai generasi muda Katolik, kita merasa bisa berbuat sesuatu yang berbeda dengan yang lain, di tempat dimana kita adalah kaum minoritas. Sikap militan yang ada pada diri teman-teman ini, membuat penyelenggaraan Tuhan juga terasa sungguh nyata lewat pimpinan sekolah yang mendukung kegitan ini sepenuhnya dengan memfasilitasi kami, sebuah ruangan dan keyboard untuk mengiringi musik.
Tidak hanya Misa Jumat Pertama saja yang kami selenggarakan, akan tetapi sesekali waktu kami juga menyelenggarakan doa bersama untuk persiapan menghadapi Ujian Nasional, Ujian Semester, maupun persiapan masuk Perguruan Tinggi. Meskipun usulan untuk mengadakan doa malam ini bukan datang dari inisiatif siswa-siswi sendiri, melainkan dari guru agama kami, tetapi antusiasme teman-teman untuk meluangkan waktu berdoa bersama di sekolah pada pukul 19.00-21.00 patut diacungi jempol.
Kegiatan rohani lainnya, antara lain retreat, rekoleksi, kunjungan ke Panti Asuhan, dan lain sebagainya.
Semua acara itu dirancang oleh teman-teman Katolik. Guru agama hanya mengarahkan dan memberi masukan. Lewat pelayanan mereka, secara tidak langsung mereka dididik untuk memelihara dan mengembangkan iman Katolik serta karakter mereka. Pendidikan Iman maupun karakter siswa-siswi Katolik disini, bisa terpelihara lewat kekompakan guru agama, teman-teman, maupun guru atau karyawan lain yang beragama Katolik. Menjadi kaum minoritas, bukanlah alasan untuk tidak mau mengembangkan iman Kristiani. Di tempat seperti itulah, Tuhan menuntun kami untuk dapat menjadi garam dan terang dunia, seperti yang dikutip dari Injil Matius 5: 16 (“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”)

Klaudia Rani,
OMK dari Lingkungan St. Thomas OFM 5, Plamongan Indah




Tidak ada komentar: