PESAN NATAL 2012
Keprihatinan saya menjelang setiap ada perayaan hari besar, juga yang menyangkut hari-hari besar umat beragama, termasuk perayaan Natal 2012, hati saya menjadi was-was. Sekarang ini saya sedang mengadakan retret di Rumah Retret Santa Maria Tawangmangu. Saya masih ingat peristiwa yang terjadi menjelang Natal 2011 yang lalu, yaitu peristiwa vandalisme, pemenggalan patung Maria Pawitra, Tawangmangu oleh beberapa orang yang sampai sekarang belum diketahui siapa mereka itu. Ancaman kekerasan semacam itu terjadi lagi, bahkan diperkeruh dengan fatwa yang tidak bersahabat dari sejumlah pemuka agama. Itulah yang menyebabkan aparat keamanan dan seluruh masyarakat meningkatkan kewaspadaannya, agar situasi aman dan terkendali.
Dalam negara Pancasila yang seharusnya terjadi adalah perayaan keagamaan merupakan suatu yang wajar dilakukan oleh umat beragama sesuai dengan kepercayaan dan keyakinan. Bila itu tidak terjadi, bisa kita katakan, bahwa masyarakat kita sekarang ini sedang sakit, sakit secara rohani. Maksud saya, pengalaman rohani akan Allah tidak kita miliki secara benar. Bahkan ekspresi pengalaman itu dalam beragama mengalami deviasi, penyimpangan. Bagaimana mungkin terjadi orang berseru "Tuhan, Tuhan", tetapi perilakunya bertentangan dengan seruannya itu, dengan membenci orang-orang yang berbeda agamanya.
Dari deviasi beragama tersebut terjadilah kondisi masyarakat yang tuna adab. Penyakit rohani itu berdampak pada segala segi kehidupan masyarakat kita. Etika dan moral sosial rusak, sangatlah lemah sikap saling mengasihi dan menghormati satu sama lain. Orang menjadi mati rasa terhadap nasib orang lain. Penyakit masyarakat dewasa ini diperparah oleh karena keserakahan yang tampak pada merajalelanya korupsi yang seperti kanker merusak seluruh jaringan tubuh masyarakat kita. Orang mengatakan, terjadi dalam masyarakat kita "homo homini lupus", manusia menjadi serigala bagi manusia lain. Ah, sungguh mengerikan!
Pesan pokok Natal ialah dalam situasi yang mengerikan tersebut lahirlah seorang anak manusia, yang bersedia hadir sebagai keselamatan bagi manusia lain. Ia adalah Firman yang menjadi manusia, yang bersedia menjadi keselamatan bagi manusia lain, menjadi "homo homini salus". Anak Manusia itu lahir di Bethlehem, yang artinya 'rumah roti". Sekarang ini saya sedang mengadakan retret, yang saya beri judul "Retret menuju Bethlehem". Maksud saya, dengan mengundurkan diri dari kesibukan sehari-hari, saya bisa menemukan makna hidup saya, dan menemukan dalam diri saya sendiri "Bethlehem", tempat Anak Manusia menjadi roti hidup, yang sedia dipecah-pecah demi keselamatan dunia. Dengan demikian saya berharap bisa menjadi keselamatan bagi manusia lain, "homo homini salus".
Saya berharap dan berdoa, agar setiap orang bisa berlaku demikian, karena Anak Manusia datang bukan untuk sekelompok tetapi untuk semua orang. Dengan mengutus Putera-Nya itu, Allah telah mengasihi kita, tanpa pandang bulu. Kasih-Nya adalah kasih tanpa syarat. Maka, kita pun juga dipanggil dan diutus untuk berlaku yang sama, mengasih sesama dan dunia tanpa syarat juga.
Semoga dimuliakanlah Allah di tempat yang mahatinggi, dan terjadilah damai sejahtera di bumi seperti di dalam surga, di antara manusia yang berkenan kepada-Nya (bdk. Luk. 2: 14).
Saya haturkan selamat Natal, dan selamat Tahun Baru 2013.
Salam, doa 'n Berkah Dalem,
+ Johannes Pujasumarta,
Uskup Agung Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar