Pasal 3. YANG MAHA KUASA
268. Dari sifat-sifat Allah hanya kemaha-kuasaan yang disebut dalam simbolum; mengakui kemaha-kuasaan itu, mempunyai arti besar bagi kehidupan kita. Kita percaya bahwa kekuasaan itu menyangkut segala sesuatu, karena Allah yang menciptakan segala sesuatu
"Segala Sesuatu yang Berkenan kepada-Nya, Dilaksanakan-Nya"
269. Kitab Suci mengakui berulang kali, bahwa kekuasaan Allah menyangkut segala sesuatu. Ia dinamakan "yang maha kuat pelindung Israel"
"Engkau Berbelas-kasihan kepada Semua Orang, karena Engkau Sanggup Melakukan Segala Sesuatu"
270. Allah adalah Bapa yang maha kuasa. Kebapaan-Nya dan kekuasaan-Nya saling menerangkan. Ia menunjukkan kekuasaan-Nya sebagai Bapa dengan memelihara kita
271. Kemaha-kuasaan ilahi itu sama sekali bukan kesewenang-wenangan: "Dalam Allah kekuasaan dan hakikat dan kehendak dan budi dan kebijaksanaan dan keadilan itu sama. Karena itu tidak mungkin ada sesuatu di dalam kekuasaan Allah yang tidak juga ada dalam kehendak-Nya yang adil dan pikiran-Nya yang bijaksana" (Tomas Aqu., s.th. 1,25,5, ad 1).
Misteri "Ketidakmampuan" Allah
272. Kalau mengalami kejahatan dan penderitaan, iman akan Bapa yang maha kuasa dapat diuji secara serius. Sewaktu-waktu Allah tampaknya tidak hadir dan tidak mampu mencegah kemalangan. Namun Allah Bapa menyatakan kekuasaan-Nya atas cara paling rahasia dalam Penghinaan dan kebangkitan Putera-Nya, yang mengalahkan yang jahat. Dengan demikian, Yesus yang tersalib adalah "kekuatan dan hikmat Allah. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia" (1 Kor 1:24- 25). Dalam pembangkitan dan pengangkatan Kristus, Bapa menunjukkan "kekuatan kuasa-Nya" dan menyatakan betapa "hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya" (Ef 1:19).
273. Hanya iman dapat menerima jalan kekuasaan Allah yang penuh rahasia itu. Iman ini bermegah-megah atas kelemahan dan dengan demikian menarik kekuasaan Kristus
274. "Karena itu, iman kita dan harapan kita dengan paling kuat diteguhkan, kalau kita membawa dalam hati kita keyakinan bahwa Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Apa saja yang harus diimani - meskipun mulia, mengagumkan, dan jauh melampaui segala susunan dan takaran ciptaan - budi manusia akan menyetujuinya dengan mudah dan tanpa ragu-ragu, apabila ia telah memahami kabar mengenai Allah yang maha kuasa (Catech.R. 1,2,13).
dikutip dari Katekismus Gereja Katolik 'KGK 1Thn'