Kortimja Ibu Ibu Paroki St. Paulus Sendangguwo Semarang,
Telah menyelenggarakan kegiatan mengenai Pelatihan Pengembangan Kepribadian dengan mengambil tema “Membangun Kepribadian Yang Menarik”.
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Minggu, 22 Nopember 2009 di Bangsal Paroki Santo Paulus Sendangguwo Semarang, dengan Pembicara / Pembimbing dari Pakar Psikolog, Bapak Kuriake Kharismawan, S.Psi, Dosen dari Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang,
Tim Kerja Komunikasi Sosial
Dewan Paroki Gereja Santo Paulus Sendangguwo Semarang
jalan Dr.Muwardi 7, Sendangguwo
Semarang - Indonesia
telp. +62 024 - 6711509
Rabu, 09 Desember 2009
Senin, 23 November 2009
Asal-mula Masa Adven
Label:
bina iman
Asal-mula Masa Adven
oleh: Romo William P. Saunders *
Masa Liturgi Adven menandai masa persiapan rohani umat beriman sebelum Natal. Adven dimulai pada hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas Rasul (30 November). Masa Adven berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal.
Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja.
oleh: Romo William P. Saunders *
Masa Liturgi Adven menandai masa persiapan rohani umat beriman sebelum Natal. Adven dimulai pada hari Minggu terdekat sebelum Pesta St. Andreas Rasul (30 November). Masa Adven berlangsung selama empat hari Minggu dan empat minggu persiapan, meskipun minggu terakhir Adven pada umumnya terpotong dengan tibanya Hari Natal.
Masa Adven mengalami perkembangan dalam kehidupan rohani Gereja.
Memahami pesan lambang korona Adven
Label:
bina iman
Memahami pesan lambang korona Adven
(Bacaan rohani: Rumah Mistik dari Nasaret, Buku Legio Mariae, hlm. 142 – 143)
• Sejak jaman dahulu korona dipandang sebagai lambang kemenangan, yang ditaruh atas kepala sang pemenang. Korona Adven adalah tanda penghormatan kita kepada Yesus Kristus, yang pada akhir jaman akan datang sebagai pemenang yang jaya atas kuasa dosa dan maut. Sehubungan dengan itu korona Adven juga dipandang sebagai tanda kesela-matan yang dihasilkan Kristus bagi kita.
(Bacaan rohani: Rumah Mistik dari Nasaret, Buku Legio Mariae, hlm. 142 – 143)
• Sejak jaman dahulu korona dipandang sebagai lambang kemenangan, yang ditaruh atas kepala sang pemenang. Korona Adven adalah tanda penghormatan kita kepada Yesus Kristus, yang pada akhir jaman akan datang sebagai pemenang yang jaya atas kuasa dosa dan maut. Sehubungan dengan itu korona Adven juga dipandang sebagai tanda kesela-matan yang dihasilkan Kristus bagi kita.
Jumat, 20 November 2009
Doa Bapa Kami, doa yang sempurna
Label:
bina iman
Doa Bapa Kami, doa yang sempurna
Ditulis oleh Ingrid Listiati
Pendahuluan
Ingatan saya melayang ke tahun-tahun yang silam, ketika saya masih bergabung dalam kegiatan mudika. Dalam kegiatan mudika waktu itu, kelihatannya tak banyak orang yang dengan suka cita mau menawarkan diri untuk memimpin doa. Kebanyakan, harus ditanya dahulu, dan jawabannya tak jarang yang seperti ini, “Kamu saja, ah, aku masih belum berani….”
Ditulis oleh Ingrid Listiati
Pendahuluan
Ingatan saya melayang ke tahun-tahun yang silam, ketika saya masih bergabung dalam kegiatan mudika. Dalam kegiatan mudika waktu itu, kelihatannya tak banyak orang yang dengan suka cita mau menawarkan diri untuk memimpin doa. Kebanyakan, harus ditanya dahulu, dan jawabannya tak jarang yang seperti ini, “Kamu saja, ah, aku masih belum berani….”
Rabu, 07 Oktober 2009
PESAN PAUS BENEDIKTUS XVI UNTUK HARI MINGGU MISI SEDUNIA KE 83, 18 OKTOBER 2009
Label:
pastoral
PESAN BAPA SUCI BENEDIKTUS XVI
UNTUK HARI MINGGU MISI KE 83, 18 OKTOBER 2009
Saudara-Saudari Terkasih,
Pada hari Minggu ini, yang secara khusus dipersembahkan untuk karya misi, saya mengajak pertama-tama, saudara-saudaraku sekalian dalam pelayanan selaku uskup dan pastor, saudara dan saudari sekalian, umat Allah, untuk membangkitkan dalam diri kita kesadaran akan amanat misioner Kristus untuk “menjadikan semua bangsa murid-Nya” (Mat 28:19), dengan mengikuti jejak kaki Santo Paulus, Rasul Bangsa-bangsa agar “semua bangsa berjalan dalam cahaya-Nya” (Why 21:24).
Tujuan misi Gereja adalah menerangi semua umat manusia yang sedang mengarungi sejarah kehidupan menuju Allah
Kamis, 01 Oktober 2009
Rosarium Virginis Mariae [surat apostolik Pope JPII]
Rosario
doa yang sesungguhnya berpusat kepada KRISTUS.
Doa rosario sangat mengagumkan karena kesederhanaan
dan kedalamannya.
Dengan doa rosario, orang kristiani berguru di sekolah Maria.
Mereka dilatih untuk menatap keindahan wajah
Kristus, bersama-sama dengan bunda-Nya yang amat kudus.
Mengapa Maria?
doa yang sesungguhnya berpusat kepada KRISTUS.
Doa rosario sangat mengagumkan karena kesederhanaan
dan kedalamannya.
Dengan doa rosario, orang kristiani berguru di sekolah Maria.
Mereka dilatih untuk menatap keindahan wajah
Kristus, bersama-sama dengan bunda-Nya yang amat kudus.
Mengapa Maria?
Selasa, 29 September 2009
Surga, Neraka dan Api Penyucian
Label:
bina iman
Dalam Pertemuan BKSN 2009 yang keempat dibahas tentang Surga-Api penyucian dan Neraka. Semoga informasi di bawah ini menambah khasanah pemahaman tentang tema tersebut
--------------------
Surga, Neraka dan Api Penyucian
oleh: Paus Yohanes Paulus II
Dalam tiga audiensinya yang kontroversial, Bapa Suci Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa karakteristik utama dari surga, neraka ataupun api penyucian adalah bahwa ketiganya lebih merupakan keadaan makhluk rohani (malaikat / iblis) atau jiwa manusia, daripada tempat, seperti yang pada umumnya dimengerti dan digambarkan dalam bahasa manusia. Istilah `tempat', menurut Paus, kurang sesuai untuk menggambarkan realitas sebenarnya, karena tempat terikat pada keadaan duniawi di mana dunia ini dan kita berada. Dalam hal ini beliau mempergunakan kategori-kategori filsafat yang dipergunakan Gereja dalam teologinya dan mengatakan apa yang dikatakan St Thomas Aquinas jauh sebelumnya.
“Makhluk-makhluk rohani tidak berada di suatu tempat seperti yang kita ketahui atau kita kenal, sebagaimana kita dapat mengatakan bahwa tubuh manusia ada di sini atau di sana; tetapi keberadaan mereka sesuai bagi kodrat rohani, yang tak dapat sepenuhnya diungkapkan kepada kita.” [St Thomas Aquinas, Summa Theologiae, Supplement, Q69, a1, reply 1]
Surga adalah Persekutuan Penuh dengan Tuhan
Surga sebagai persekutuan penuh dengan Tuhan adalah tema katekese Bapa Suci pada Audiensi Umum tanggal 21 Juli 1999. Surga “bukanlah suatu tempat abstrak ataupun fisik di awan-awan, melainkan suatu hubungan pribadi yang hidup dengan Tritunggal Mahakudus. Surga adalah perjumpaan kita dengan Bapa yang terjadi dalam Kristus yang bangkit melalui persekutuan Roh Kudus,” demikian kata Paus.
1. Ketika tubuh duniawi ini berakhir, mereka yang menyambut Tuhan dalam hidup mereka dan dengan tulus hati membuka diri terhadap kasih-Nya, setidak-tidaknya pada saat ajal, akan menikmati persekutuan penuh dengan Tuhan yang adalah tujuan hidup manusia.
Seperti diajarkan dalam Katekismus Gereja Katolik, “Kehidupan yang sempurna bersama Tritunggal Mahakudus ini, persekutuan kehidupan dan cinta bersama Allah, bersama Perawan Maria, bersama para malaikat dan orang kudus, dinamakan `surga'. Surga adalah tujuan terakhir dan pemenuhan kerinduan terdalam manusia, keadaan bahagia tertinggi dan definitif.” (no. 1024)
Pada hari ini kita akan berusaha memahami arti biblis dari “surga”, guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik akan realitas yang dimaksudkan di dalamnya.
2. Dalam bahasa biblis “surga” atau terkadang disebut “langit”, apabila dipadukan dengan “bumi”, menyatakan bagian dari alam semesta. Kitab Suci mencatat tentang penciptaan, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej 1:1).
Surga adalah Tempat Kediaman Allah yang Hidup
Dalam bahasa kiasan, “surga / langit” dimengerti sebagai tempat kediaman Allah, yang dengan demikian berbeda dari manusia (bdk. Mzm 104:2dst; 115:16; Yes 66:1). Allah melihat dan mengadili dari ketinggian langit (bdk. Mzm 113:4-9) dan turun apabila orang berseru kepada-Nya (bdk. Mzm 18:10, 11; 144:5). Namun demikian, kiasan biblis menjadikan jelas bahwa Tuhan tidak mengidentifikasikan Diri-Nya sebagai surga / langit, ataupun Ia termuat di dalamnya (bdk. 1Raj 8:27); dan memang benarlah demikian, meskipun dalam beberapa ayat dalam Kitab Pertama Makabe “surga” merupakan salah satu nama bagi Tuhan (1Mak 3:18, 19, 50, 60; 4:24,55).
Gambaran surga sebagai tempat kediaman mengagumkan dari Allah yang hidup dihubungkan dengan tempat di mana umat beriman, melalui rahmat Tuhan, dapat juga naik, seperti kita lihat dalam Perjanjian Lama tentang kisah Henokh (bdk. Kej 5:24) dan kisah Elia (bdk 2Raj 2:11). Dengan demikian, surga menjadi suatu gambaran akan hidup dalam Tuhan. Mengenai hal ini, Yesus berbicara tentang “upah di sorga” (Mat 5:12) dan mendorong kita untuk “mengumpulkan harta di surga” (Mat 6:20; 19:21).
3. Perjanjian Baru mempertegas gagasan akan surga dalam hubungannya dengan misteri Kristus. Guna menunjukkan bahwa kurban Sang Penebus memiliki nilai yang sempurna dan definitif, Surat kepada Jemaat di Ibrani mengatakan bahwa Yesus “telah melintasi semua langit” (Ibr 4:14), dan “bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri” (Ibr 9:24). Karena umat beriman dikasihi secara istimewa oleh Bapa, mereka diangkat bersama Kristus dan dijadikan warga surgawi. Pantaslah kita mendengarkan apa yang dikatakan Rasul Paulus kepada kita tentang hal ini dalam suatu ayat yang sangat mantap, “Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita --oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus” (Ef 2:4-7). Kebapaan Allah, yang kaya dengan belas kasih, dialami makhluk ciptaan melalui kasih Putra Allah yang disalibkan dan bangkit, yang duduk di surga di sebelah kanan Bapa sebagai Raja.
4. Setelah masa hidup kita di dunia, partisipasi dalam persekutuan penuh dengan Bapa menjadi nyata melalui keikutsertaan kita dalam misteri paskah Kristus. St. Paulus menekankan perjumpaan kita dengan Kristus di surga pada akhir jaman dengan suatu gambaran tempat yang jelas, “sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini” (1Tes 4:17-18).
Kehidupan Sakramental Merupakan Antisipasi Surga
Dalam konteks Wahyu, kita tahu bahwa “surga” atau “kebahagiaan” yang akan menjadi milik kita bukan merupakan suatu tempat abstrak ataupun fisik di awan-awan, melainkan suatu hubungan pribadi yang hidup dengan Tritunggal Mahakudus. Surga adalah perjumpaan kita dengan Bapa yang terjadi dalam Kristus yang bangkit melalui persekutuan Roh Kudus.
Senantiasa penting untuk menjaga batasan tertentu dalam menjabarkan “realitas-realitas pokok” ini sebab gambaran tentangnya senantiasa tak memuaskan. Sekarang, ahli bahasa dengan lebih tepat menggambarkan keadaan bahagia dan damai yang akan kita nikmati dalam persekutuan definitif kita dengan Tuhan.
Katekismus Gereja Katolik meringkas ajaran Gereja akan kebenaran ini, “Oleh kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah `membuka' surga bagi kita. Kehidupan orang bahagia berarti memiliki secara penuh buah penebusan oleh Kristus. Ia mengundang mereka, yang selalu percaya kepada-Nya dan tetap setia kepada kehendak-Nya, mengambil bagian dalam kemuliaan surgawi-Nya. Surga adalah persekutuan bahagia dari semua mereka yang bergabung sepenuhnya dengan Dia” (no. 1026).
5. Akan tetapi, keadaan akhir ini dapat diantisipasi dengan suatu cara sekarang ini melalui kehidupan sakramental, yang pusatnya adalah Ekaristi, dan melalui rahmat pribadi lewat belas kasih persaudaraan. Jika kita dapat menikmati secara pantas hal-hal baik yang Tuhan limpahkan kepada kita setiap hari, kita telah memulai pengalaman akan sukacita dan damai itu yang suatu hari kelak akan sepenuhnya menjadi milik kita. Kita tahu bahwa di dunia ini segala sesuatu ada batasnya, tetapi pemikiran akan realitas-realitas yang “pokok” akan membantu kita untuk menghayati dengan lebih baik realitas-realitas sebelum keadaan akhir tersebut. Kita tahu bahwa sementara kita melewatkan hidup di dunia ini, kita dipanggil untuk mencari “perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah” (Kol 3:1), agar dapat bersama-Nya dalam kepenuhan akhirat, ketika Roh Kudus akan mendamaikan sepenuhnya dengan Bapa “segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga” (Kol 1:20).
Neraka adalah Keadaan Mereka yang Menolak Tuhan
Dalam Audiensi Umum pada hari Rabu, 28 Juli 1999, Bapa Suci merefleksikan neraka sebagai penolakan definitif terhadap Tuhan. Dalam katekesenya, Paus mengatakan bahwa kita harus berhati-hati dalam menafsirkan secara tepat gambaran-gambaran akan neraka dalam Kitab Suci. Selanjutnya, beliau menjeaskan bahwa “neraka merupakan konsekuensi pokok dari dosa itu sendiri…. Daripada tempat, neraka lebih menyatakan keadaan mereka yang secara bebas dan definitif memisahkan diri dari Tuhan, sumber dari segala kehidupan dan kebahagiaan.”
1. Tuhan adalah Bapa yang mahabaik dan belas kasihan-Nya tak terbatas. Tetapi manusia, yang dipanggil untuk menanggapi kasih-Nya secara bebas, sayangnya dapat memilih untuk menolak kasih dan pengampunan-Nya sekali untuk selama-lamanya, dengan demikian memisahkan diri selamanya dari persekutuan bahagia dengan-Nya. Situasi tragis inilah yang dijelaskan ajaran kristiani ketika Gereja berbicara mengenai siksa abadi atau neraka. Neraka bukanlah suatu penghukuman yang ditetapkan secara sepihak oleh Tuhan, melainkan kelanjutan dari penolakan yang dilakukan manusia semasa hidupnya. Dahsyatnya ketidakbahagiaan yang terjadi akibat kondisi yang tak kita pahami ini, dengan suatu cara dapat dimengerti dalam terang pengalaman-pengalaman buruk yang kita alami, yang biasa disebut sebagai hidup dalam “neraka”.
Namun demikian, dalam arti teologis, neraka merupakan sesuatu yang lain: yaitu konsekuensi pokok dari dosa itu sendiri, yang berbalik melawan orang yang melakukannya. Neraka adalah keadaan mereka yang secara definitif menolak belas kasih Bapa, bahkan pada saat akhir hidup mereka.
Neraka adalah Keadaan Siksa Abadi
2. Guna menggambarkan realitas ini, Kitab Suci mempergunakan bahasa simbolik yang secara perlahan-lahan akan dijelaskan kemudian. Dalam Perjanjian Lama, kondisi mereka yang meninggal belum sepenuhnya diungkapkan dengan Wahyu. Lagipula, dianggap bahwa mereka yang meninggal dihimpun dalam Sheol, suatu daerah kegelapan (bdk Yeh 28:8; 31:14; Ayb 10:21-22; 38:17; Mzm 30:10; 88:7,13), suatu jurang di mana tak seorang pun dapat naik (bdk. Ayb 7:9), suatu tempat di mana tak mungkin memuliakan Allah (bdk. Yes 38:18; Mzm 6:6).
Perjanjian Baru memberi terang baru pada kondisi mereka yang meninggal, mewartakan di atas segalanya bahwa Kristus dengan kebangkitan-Nya telah mengalahkan maut dan meluaskan kuasa-Nya hingga ke kerajaan maut.
Namun demikian, Penebusan tetap merupakan suatu tawaran keselamatan yang adalah merupakan pilihan bebas manusia untuk menerimanya. Itulah sebabnya mengapa mereka semua akan dihakimi “menurut perbuatannya” (Why 20:13). Dengan menggunakan gambaran-gambaran, Perjanjian Baru menghadirkan tempat yang ditetapkan bagi mereka yang jahat sebagai api yang bernyala-nyala, di mana akan terdapat “ratapan dan kertakan gigi” (Mat 13:42; bdk. 25:30, 41), atau seperti Gehenna dengan “api yang tak terpadamkan” (Mrk 9:43). Semuanya ini dikisahkan dalam perumpamaan tentang orang kaya, di mana dijelaskan bahwa neraka merupakan suatu tempat siksa abadi, tanpa kemungkinan untuk kembali, ataupun mendapatkan keringanan atas sengsara mereka (Luk 16:19-31).
Kitab Wahyu juga secara simbolik menggambarkan suatu “lautan api” di mana mereka yang memisahkan diri dari kitab kehidupan akan menemui “kematian yang kedua” (Why 20:13 dst). Oleh sebab itu, mereka yang terus menutup diri terhadap Injil mempersiapkan bagi dirinya sendiri “kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” (2Tes 1:9).
3. Gambaran akan neraka yang dihadirkan Kitab Suci bagi kita haruslah ditafsirkan secara benar. Gambaran-gambaran tersebut menunjukkan keputusasaan yang ngeri dan kehampaan hidup tanpa Tuhan. Daripada* tempat, neraka lebih menyatakan keadaan mereka yang secara bebas dan definitif memisahkan diri dari Tuhan, sumber segala kehidupan dan kebahagiaan. Katekismus Gereja Katolik meringkas kebenaran iman ini, “Mati dalam dosa berat, tanpa menyesalkannya dan tanpa menerima cinta Allah yang berbelaskasihan, berarti tinggal terpisah dari-Nya untuk selama-lamanya oleh keputusan sendiri secara bebas. Keadaan pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus ini, dinamakan `neraka'” (no. 1033).
Karenanya, “siksa abadi” tidak berasal dari kehendak Allah, sebab dalam cinta-Nya yang berbelas kasihan, Ia hanya menghendaki keselamatan dari makhluk-makhuk yang diciptakan-Nya. Dalam kenyataannya, makhluk ciptaan itu sendirilah yang menutup diri terhadap kasih-Nya. Kutuk secara tepat merupakan perpisahan definitif dari Tuhan, yang dipilih manusia secara bebas dan dipertegas dengan kematiannya yang memeteraikan pilihannya untuk selamanya. Pengadilan Tuhan mengesahkan keadaan ini.
Kita diselamatkan dari neraka oleh Yesus yang mengalahkan Setan
4. Iman Kristiani mengajarkan bahwa dalam mengambil resiko mengatakan “ya” atau “tidak”, yang menandai kebebasan makhluk ciptaan, sebagian ciptaan telah mengatakan tidak. Mereka adalah makhluk-makhluk rohani yang berontak melawan kasih Allah dan disebut setan (bdk. Konsili Lateran IV, DS 800-801). Apa yang terjadi terhadap mereka merupakan peringatan bagi kita: suatu panggilan terus-menerus untuk menghindari tragedi yang menghantar kepada dosa dan menyesuaikan hidup kita dengan hidup Yesus yang menghayati hidup-Nya dengan suatu jawaban “ya” terhadap Tuhan.
Siksa abadi tetap merupakan suatu kemungkinan yang nyata, namun demikian kita tidak dianugerahi, tanpa wahyu Ilahi khusus, pengetahuan apakah seseorang atau orang manakah yang terlibat secara efektif di dalamnya. Pemikiran tentang neraka - dan bahkan tanpa penggunaan gambar-gambar biblis yang kurang sesuai - janganlah sampai menimbulkan kecemasan ataupun keputusasaan, melainkan sebagai suatu pengingat yang penting dan sehat akan kebebasan, dalam mewartakan bahwa Kristus yang bangkit telah mengalahkan setan dan menganugerahkan kepada kita Roh Allah yang memungkinkan kita berseru, “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15; Gal 4:6).
Gagasan ini, yang kaya akan pengharapan, berlaku dalam pewartaan kristiani dan secara efektif direfleksikan dalam tradisi liturgi Gereja seperti ditegaskan dalam kata-kata Kanon Romawi ini, “Terimalah dengan rela persembahan umat-Mu. Bimbinglah jalan hidup kami, dan selamatkanlah kami dari hukuman abadi agar tetap menjadi umat kesayangan-Mu.”
* [Catatan: dalam bahasa aslinya, Italia, disebutkan “(Più che) Daripada tempat, neraka lebih menyatakan …” Pernyataan ini mengemukakan dengan tepat bahwa meskipun neraka pada dasarnya bukanlah “suatu tempat”, melainkan lebih merupakan kehilangan Allah secara definitif, tercakup juga di dalamnya kurungan / penjara. Dengan demikian, setelah kebangkitan umum tubuh para terkutuk, dalam rupa tubuh dan bukan roh, mereka tentunya berada di “suatu tempat” di mana mereka akan menerima siksa api.
Api Penyucian adalah Pemurnian yang Diperlukan
Sebelum kita masuk dalam persekutuan penuh dengan Tuhan, setiap noda dosa dalam diri kita harus dihapuskan dan setiap ketidaksempurnaan jiwa harus disempurnakan.
Dalam Audiensi Umum pada hari Rabu, 4 Agustus 1999, sebagai kelanjutan dari katekese beliau mengenai surga dan neraka, Bapa Suci merefleksikan api penyucian. Beliau menjelaskan bahwa integritas fisik diperlukan untuk masuk dalam persekutuan sempurna dengan Tuhan. Oleh sebab itu, “istilah api penyucian tidak menyatakan suatu tempat, melainkan suatu kondisi keadaan”, di mana Kristus “menghapus… sisa-sisa ketidaksempurnaan.”
1. Seperti telah kita lihat dalam kedua katekese terdahulu, atas dasar pilihan definitif menerima atau menolak Tuhan, manusia mendapati dirinya menghadapi salah satu dari alternatif berikut: hidup bersama Tuhan dalam kebahagiaan kekal, atau tetap jauh dari hadirat-Nya.
Bagi mereka yang mendapati diri dalam kondisi terbuka terhadap Tuhan, namun masih belum sempurna, ziarah menuju kebahagiaan penuh menuntut suatu pemurnian, yang dijelaskan iman Gereja dalam doktrin “Purgatorium” (bdk. Katekismus Gereja Katolik no. 1030-1032).
Agar dapat ikut serta dalam kehidupan Ilahi, kita harus sepenuhnya dimurnikan
2. Dalam Kitab Suci, kita dapat menangkap bagian-bagian tertentu yang membantu kita memahami arti ajaran ini, meskipun tidak digambarkan secara formal. Bagian-bagian tersebut mengungkapkan keyakinan bahwa kita tak dapat datang kepada Tuhan tanpa melewati semacam pemurnian.
Menurut hukum agama Perjanjian Lama, apa yang diperuntukkan bagi Tuhan haruslah sempurna. Sebab itu, integritas fisik juga dituntut secara khusus dari hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan pada tingkat persembahan seperti, misalnya, binatang-binatang kurban (bdk. Im 22:22) atau pada tingkat kelembagaan, seperti pada kasus para imam ataupun pelayan mezbah (bdk. Im 21:17-23). Pengabdian total terhadap Allah Perjanjian, senantiasa diajarkan seperti didapati dalam Kitab Ulangan (bdk. Ul 6:5), dan yang harus sesuai dengan integritas fisik ini, dituntut dari masing-masing individu dan masyarakat sebagai suatu komunitas (bdk 1Raj 8:61), yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN (bdk. Ul 10;12 dst).
Perlunya integritas tak pelak lagi menjadi sangat penting sesudah kematian, agar dapat masuk ke dalam persekutuan sempurna dan sepenuhnya dengan Tuhan. Mereka yang tidak memiliki integritas ini harus menjalani pemurnian. Hal ini dijelaskan dalam tulisan St Paulus. Rasul Paulus berbicara mengenai nilai pekerjaan tiap-tiap orang yang akan dinyatakan pada hari pengadilan dan mengatakan, “Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api” (1Kor 3:14-15).
3. Adakalanya, guna mencapai keadaan integritas yang sempurna, dibutuhkan perantaraan seseorang. Sebagai contoh, Musa memperolehkan pengampunan bagi bangsanya dengan doa di mana ia mengingatkan kembali karya penyelamatan yang dilakukan Tuhan di masa lampau, dan berdoa mohon kesetiaan Tuhan atas sumpah-Nya kepada nenek-moyangnya (bdk. Kel 32:30, 11-13). Sosok Hamba Tuhan, seperti dilukiskan dalam Kitab Yesaya, juga digambarkan bahwa dengan peran pengantaraannya dan penebusannya bagi banyak orang, pada akhir sengsaranya ia “akan melihat terang” dan “akan membenarkan banyak orang”, kejahatan mereka dia pikul (bdk. Yes 52:13-53:12, khususnya ay 53:11).
Mazmur 51 dapat dianggap, menurut sudut pandang Perjanjian Lama, sebagai suatu perpaduan dari proses menuju kesempurnaan: pendosa mengakui dan sadar akan kesalahannya (ay 5), mohon dengan sangat agar dimurnikan atau “dibersihkan” (ay 4, 9, 11-12, 19) agar dapat mewartakan puji-pujian kepada Allah (ay 17).
Purgatorium bukan suatu tempat, melainkan suatu kondisi keadaan.
4. Dalam Perjanjian Baru, Kristus ditampilkan sebagai Pengantara yang menjabat peran Imam Agung pada hari pengadilan (Ibr 5:6; 7:25). Tetapi, dalam Dia, imamat dihadirkan dalam bentuk yang baru dan definitif. Ia masuk ke dalam sorga sekali saja untuk selamanya, untuk menjadi pengantara kita kepada Allah (bdk. Ibr 9:23-26, khususnya ay 24). Ia sekaligus Imam Agung dan “korban silih” bagi dosa-dosa seluruh dunia (1Yoh 2:2).
Yesus, sebagai pengantara agung yang menebus kita, akan sepenuhnya menyatakan diri pada akhir hidup kita ketika Ia akan mengungkapkan Diri-Nya dengan tawaran belas kasihan, tetapi juga dengan pengadilan yang tak terelakkan bagi mereka yang menolak kasih dan pengampunan Bapa.
Tawaran belas kasihan ini tidak meniadakan kewajiban kita untuk menghadirkan diri di hadirat Allah dengan murni dan seutuhnya, penuh dengan kasih yang disebut Paulus sebagai “pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kol 3:14).
5. Dalam mengikuti dorongan Injil untuk menjadi sempurna seperti Bapa Surgawi (bdk. Mat 5;48) semasa kita hidup di dunia, kita dipanggil untuk bertumbuh dalam kasih, untuk tak bercacat dan kudus di hadapan Allah Bapa “pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya. (1Tes 3:12 dst). Lagipula, kita diundang untuk “menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani” (2Kor 2:1; bdk. 1Yoh 3:3), sebab perjumpaan dengan Allah menuntut kesucian sepenuhnya.
Setiap kelekatan terhadap kejahatan harus dihapuskan, setiap ketidaksempurnaan jiwa harus disempurnakan. Pemurnian harus dilaksanakan sepenuhnya, dan sungguh, inilah yang dimaksudkan dengan ajaran Gereja mengenai api penyucian. Istilah api penyucian tidak menyatakan suatu tempat, melainkan suatu kondisi keadaan. Mereka yang, setelah kematian, berada dalam keadaan pemurnian, telah berada dalam kasih Kristus yang menghapuskan dari diri mereka segala sisa-sisa ketidaksempurnaan (bdk. Konsili Ekumenis Firense, Decretum pro Graecis: DS 1304; Konsili Ekumenis Trente, Decretum de iustificatione: DS 1580; Decretum de purgatorio: DS 1820).
Penting dijelaskan bahwa keadaan pemurnian bukanlah suatu perpanjangan dari kondisi duniawi, hampir seakan-akan setelah kematian orang diberi kesempatan lain untuk mengubah nasibnya. Ajaran Gereja dalam hal ini tegas, dipertegas lagi oleh Konsili Vatikan II yang mengajarkan, “Tetapi karena kita tidak mengetahui hari maupun jamnya, atas anjuran Tuhan kita wajib berjaga terus-menerus, agar setelah mengakhiri perjalanan hidup kita di dunia hanya satu kali saja (bdk. Ibr 9:27), kita bersama dengan-Nya memasuki pesta pernikahan, dan pantas digolongkan pada mereka yang diberkati, dan supaya janganlah kita seperti hamba yang jahat dan malas diperintahkan enyah ke dalam api yang kekal, ke dalam kegelapan di luar, di tempat `ratapan dan kertakan gigi' (Mat 22:13 dan 25:30)” (Lumen Gentium no. 48)
6. Satu aspek penting terakhir yang senantiasa ditunjukkan oleh tradisi Gereja hendaknya kini digiatkan kembali: dimensi “communio”. Sesungguhnya, mereka yang mendapati diri berada dalam keadaan pemurnian, dipersatukan baik dengan para kudus yang telah menikmati kepenuhan kehidupan kekal, dan dengan kita di bumi yang sedang dalam perjalanan menuju rumah Bapa (bdk. CCC, no. 1032).
Sama seperti dalam kehidupan mereka di dunia umat beriman dipersatukan dalam satu Tubuh Mistik, demikian pula setelah kematian, mereka yang berada dalam keadaan pemurnian menikmati kesetiakawanan gerejani yang sama, yang bekerja melalui doa, doa-doa silih dan kasih bagi sesama saudara dan saudari dalam iman. Pemurnian berada dalam ikatan pokok yang tercipta antara mereka yang hidup di dunia ini dan mereka yang telah menikmati kebahagiaan kekal.
sumber : “Heaven, Hell and Purgatory” by Pope John Paul II; L'Osservatore Romano, Weekly Edition in English
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
--------------------
Surga, Neraka dan Api Penyucian
oleh: Paus Yohanes Paulus II
Dalam tiga audiensinya yang kontroversial, Bapa Suci Yohanes Paulus II menjelaskan bahwa karakteristik utama dari surga, neraka ataupun api penyucian adalah bahwa ketiganya lebih merupakan keadaan makhluk rohani (malaikat / iblis) atau jiwa manusia, daripada tempat, seperti yang pada umumnya dimengerti dan digambarkan dalam bahasa manusia. Istilah `tempat', menurut Paus, kurang sesuai untuk menggambarkan realitas sebenarnya, karena tempat terikat pada keadaan duniawi di mana dunia ini dan kita berada. Dalam hal ini beliau mempergunakan kategori-kategori filsafat yang dipergunakan Gereja dalam teologinya dan mengatakan apa yang dikatakan St Thomas Aquinas jauh sebelumnya.
“Makhluk-makhluk rohani tidak berada di suatu tempat seperti yang kita ketahui atau kita kenal, sebagaimana kita dapat mengatakan bahwa tubuh manusia ada di sini atau di sana; tetapi keberadaan mereka sesuai bagi kodrat rohani, yang tak dapat sepenuhnya diungkapkan kepada kita.” [St Thomas Aquinas, Summa Theologiae, Supplement, Q69, a1, reply 1]
Surga adalah Persekutuan Penuh dengan Tuhan
Surga sebagai persekutuan penuh dengan Tuhan adalah tema katekese Bapa Suci pada Audiensi Umum tanggal 21 Juli 1999. Surga “bukanlah suatu tempat abstrak ataupun fisik di awan-awan, melainkan suatu hubungan pribadi yang hidup dengan Tritunggal Mahakudus. Surga adalah perjumpaan kita dengan Bapa yang terjadi dalam Kristus yang bangkit melalui persekutuan Roh Kudus,” demikian kata Paus.
1. Ketika tubuh duniawi ini berakhir, mereka yang menyambut Tuhan dalam hidup mereka dan dengan tulus hati membuka diri terhadap kasih-Nya, setidak-tidaknya pada saat ajal, akan menikmati persekutuan penuh dengan Tuhan yang adalah tujuan hidup manusia.
Seperti diajarkan dalam Katekismus Gereja Katolik, “Kehidupan yang sempurna bersama Tritunggal Mahakudus ini, persekutuan kehidupan dan cinta bersama Allah, bersama Perawan Maria, bersama para malaikat dan orang kudus, dinamakan `surga'. Surga adalah tujuan terakhir dan pemenuhan kerinduan terdalam manusia, keadaan bahagia tertinggi dan definitif.” (no. 1024)
Pada hari ini kita akan berusaha memahami arti biblis dari “surga”, guna mendapatkan pemahaman yang lebih baik akan realitas yang dimaksudkan di dalamnya.
2. Dalam bahasa biblis “surga” atau terkadang disebut “langit”, apabila dipadukan dengan “bumi”, menyatakan bagian dari alam semesta. Kitab Suci mencatat tentang penciptaan, “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi” (Kej 1:1).
Surga adalah Tempat Kediaman Allah yang Hidup
Dalam bahasa kiasan, “surga / langit” dimengerti sebagai tempat kediaman Allah, yang dengan demikian berbeda dari manusia (bdk. Mzm 104:2dst; 115:16; Yes 66:1). Allah melihat dan mengadili dari ketinggian langit (bdk. Mzm 113:4-9) dan turun apabila orang berseru kepada-Nya (bdk. Mzm 18:10, 11; 144:5). Namun demikian, kiasan biblis menjadikan jelas bahwa Tuhan tidak mengidentifikasikan Diri-Nya sebagai surga / langit, ataupun Ia termuat di dalamnya (bdk. 1Raj 8:27); dan memang benarlah demikian, meskipun dalam beberapa ayat dalam Kitab Pertama Makabe “surga” merupakan salah satu nama bagi Tuhan (1Mak 3:18, 19, 50, 60; 4:24,55).
Gambaran surga sebagai tempat kediaman mengagumkan dari Allah yang hidup dihubungkan dengan tempat di mana umat beriman, melalui rahmat Tuhan, dapat juga naik, seperti kita lihat dalam Perjanjian Lama tentang kisah Henokh (bdk. Kej 5:24) dan kisah Elia (bdk 2Raj 2:11). Dengan demikian, surga menjadi suatu gambaran akan hidup dalam Tuhan. Mengenai hal ini, Yesus berbicara tentang “upah di sorga” (Mat 5:12) dan mendorong kita untuk “mengumpulkan harta di surga” (Mat 6:20; 19:21).
3. Perjanjian Baru mempertegas gagasan akan surga dalam hubungannya dengan misteri Kristus. Guna menunjukkan bahwa kurban Sang Penebus memiliki nilai yang sempurna dan definitif, Surat kepada Jemaat di Ibrani mengatakan bahwa Yesus “telah melintasi semua langit” (Ibr 4:14), dan “bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri” (Ibr 9:24). Karena umat beriman dikasihi secara istimewa oleh Bapa, mereka diangkat bersama Kristus dan dijadikan warga surgawi. Pantaslah kita mendengarkan apa yang dikatakan Rasul Paulus kepada kita tentang hal ini dalam suatu ayat yang sangat mantap, “Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita --oleh kasih karunia kamu diselamatkan-- dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus” (Ef 2:4-7). Kebapaan Allah, yang kaya dengan belas kasih, dialami makhluk ciptaan melalui kasih Putra Allah yang disalibkan dan bangkit, yang duduk di surga di sebelah kanan Bapa sebagai Raja.
4. Setelah masa hidup kita di dunia, partisipasi dalam persekutuan penuh dengan Bapa menjadi nyata melalui keikutsertaan kita dalam misteri paskah Kristus. St. Paulus menekankan perjumpaan kita dengan Kristus di surga pada akhir jaman dengan suatu gambaran tempat yang jelas, “sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini” (1Tes 4:17-18).
Kehidupan Sakramental Merupakan Antisipasi Surga
Dalam konteks Wahyu, kita tahu bahwa “surga” atau “kebahagiaan” yang akan menjadi milik kita bukan merupakan suatu tempat abstrak ataupun fisik di awan-awan, melainkan suatu hubungan pribadi yang hidup dengan Tritunggal Mahakudus. Surga adalah perjumpaan kita dengan Bapa yang terjadi dalam Kristus yang bangkit melalui persekutuan Roh Kudus.
Senantiasa penting untuk menjaga batasan tertentu dalam menjabarkan “realitas-realitas pokok” ini sebab gambaran tentangnya senantiasa tak memuaskan. Sekarang, ahli bahasa dengan lebih tepat menggambarkan keadaan bahagia dan damai yang akan kita nikmati dalam persekutuan definitif kita dengan Tuhan.
Katekismus Gereja Katolik meringkas ajaran Gereja akan kebenaran ini, “Oleh kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah `membuka' surga bagi kita. Kehidupan orang bahagia berarti memiliki secara penuh buah penebusan oleh Kristus. Ia mengundang mereka, yang selalu percaya kepada-Nya dan tetap setia kepada kehendak-Nya, mengambil bagian dalam kemuliaan surgawi-Nya. Surga adalah persekutuan bahagia dari semua mereka yang bergabung sepenuhnya dengan Dia” (no. 1026).
5. Akan tetapi, keadaan akhir ini dapat diantisipasi dengan suatu cara sekarang ini melalui kehidupan sakramental, yang pusatnya adalah Ekaristi, dan melalui rahmat pribadi lewat belas kasih persaudaraan. Jika kita dapat menikmati secara pantas hal-hal baik yang Tuhan limpahkan kepada kita setiap hari, kita telah memulai pengalaman akan sukacita dan damai itu yang suatu hari kelak akan sepenuhnya menjadi milik kita. Kita tahu bahwa di dunia ini segala sesuatu ada batasnya, tetapi pemikiran akan realitas-realitas yang “pokok” akan membantu kita untuk menghayati dengan lebih baik realitas-realitas sebelum keadaan akhir tersebut. Kita tahu bahwa sementara kita melewatkan hidup di dunia ini, kita dipanggil untuk mencari “perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah” (Kol 3:1), agar dapat bersama-Nya dalam kepenuhan akhirat, ketika Roh Kudus akan mendamaikan sepenuhnya dengan Bapa “segala sesuatu dengan diri-Nya, baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga” (Kol 1:20).
Neraka adalah Keadaan Mereka yang Menolak Tuhan
Dalam Audiensi Umum pada hari Rabu, 28 Juli 1999, Bapa Suci merefleksikan neraka sebagai penolakan definitif terhadap Tuhan. Dalam katekesenya, Paus mengatakan bahwa kita harus berhati-hati dalam menafsirkan secara tepat gambaran-gambaran akan neraka dalam Kitab Suci. Selanjutnya, beliau menjeaskan bahwa “neraka merupakan konsekuensi pokok dari dosa itu sendiri…. Daripada tempat, neraka lebih menyatakan keadaan mereka yang secara bebas dan definitif memisahkan diri dari Tuhan, sumber dari segala kehidupan dan kebahagiaan.”
1. Tuhan adalah Bapa yang mahabaik dan belas kasihan-Nya tak terbatas. Tetapi manusia, yang dipanggil untuk menanggapi kasih-Nya secara bebas, sayangnya dapat memilih untuk menolak kasih dan pengampunan-Nya sekali untuk selama-lamanya, dengan demikian memisahkan diri selamanya dari persekutuan bahagia dengan-Nya. Situasi tragis inilah yang dijelaskan ajaran kristiani ketika Gereja berbicara mengenai siksa abadi atau neraka. Neraka bukanlah suatu penghukuman yang ditetapkan secara sepihak oleh Tuhan, melainkan kelanjutan dari penolakan yang dilakukan manusia semasa hidupnya. Dahsyatnya ketidakbahagiaan yang terjadi akibat kondisi yang tak kita pahami ini, dengan suatu cara dapat dimengerti dalam terang pengalaman-pengalaman buruk yang kita alami, yang biasa disebut sebagai hidup dalam “neraka”.
Namun demikian, dalam arti teologis, neraka merupakan sesuatu yang lain: yaitu konsekuensi pokok dari dosa itu sendiri, yang berbalik melawan orang yang melakukannya. Neraka adalah keadaan mereka yang secara definitif menolak belas kasih Bapa, bahkan pada saat akhir hidup mereka.
Neraka adalah Keadaan Siksa Abadi
2. Guna menggambarkan realitas ini, Kitab Suci mempergunakan bahasa simbolik yang secara perlahan-lahan akan dijelaskan kemudian. Dalam Perjanjian Lama, kondisi mereka yang meninggal belum sepenuhnya diungkapkan dengan Wahyu. Lagipula, dianggap bahwa mereka yang meninggal dihimpun dalam Sheol, suatu daerah kegelapan (bdk Yeh 28:8; 31:14; Ayb 10:21-22; 38:17; Mzm 30:10; 88:7,13), suatu jurang di mana tak seorang pun dapat naik (bdk. Ayb 7:9), suatu tempat di mana tak mungkin memuliakan Allah (bdk. Yes 38:18; Mzm 6:6).
Perjanjian Baru memberi terang baru pada kondisi mereka yang meninggal, mewartakan di atas segalanya bahwa Kristus dengan kebangkitan-Nya telah mengalahkan maut dan meluaskan kuasa-Nya hingga ke kerajaan maut.
Namun demikian, Penebusan tetap merupakan suatu tawaran keselamatan yang adalah merupakan pilihan bebas manusia untuk menerimanya. Itulah sebabnya mengapa mereka semua akan dihakimi “menurut perbuatannya” (Why 20:13). Dengan menggunakan gambaran-gambaran, Perjanjian Baru menghadirkan tempat yang ditetapkan bagi mereka yang jahat sebagai api yang bernyala-nyala, di mana akan terdapat “ratapan dan kertakan gigi” (Mat 13:42; bdk. 25:30, 41), atau seperti Gehenna dengan “api yang tak terpadamkan” (Mrk 9:43). Semuanya ini dikisahkan dalam perumpamaan tentang orang kaya, di mana dijelaskan bahwa neraka merupakan suatu tempat siksa abadi, tanpa kemungkinan untuk kembali, ataupun mendapatkan keringanan atas sengsara mereka (Luk 16:19-31).
Kitab Wahyu juga secara simbolik menggambarkan suatu “lautan api” di mana mereka yang memisahkan diri dari kitab kehidupan akan menemui “kematian yang kedua” (Why 20:13 dst). Oleh sebab itu, mereka yang terus menutup diri terhadap Injil mempersiapkan bagi dirinya sendiri “kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatan-Nya” (2Tes 1:9).
3. Gambaran akan neraka yang dihadirkan Kitab Suci bagi kita haruslah ditafsirkan secara benar. Gambaran-gambaran tersebut menunjukkan keputusasaan yang ngeri dan kehampaan hidup tanpa Tuhan. Daripada* tempat, neraka lebih menyatakan keadaan mereka yang secara bebas dan definitif memisahkan diri dari Tuhan, sumber segala kehidupan dan kebahagiaan. Katekismus Gereja Katolik meringkas kebenaran iman ini, “Mati dalam dosa berat, tanpa menyesalkannya dan tanpa menerima cinta Allah yang berbelaskasihan, berarti tinggal terpisah dari-Nya untuk selama-lamanya oleh keputusan sendiri secara bebas. Keadaan pengucilan diri secara definitif dari persekutuan dengan Allah dan dengan para kudus ini, dinamakan `neraka'” (no. 1033).
Karenanya, “siksa abadi” tidak berasal dari kehendak Allah, sebab dalam cinta-Nya yang berbelas kasihan, Ia hanya menghendaki keselamatan dari makhluk-makhuk yang diciptakan-Nya. Dalam kenyataannya, makhluk ciptaan itu sendirilah yang menutup diri terhadap kasih-Nya. Kutuk secara tepat merupakan perpisahan definitif dari Tuhan, yang dipilih manusia secara bebas dan dipertegas dengan kematiannya yang memeteraikan pilihannya untuk selamanya. Pengadilan Tuhan mengesahkan keadaan ini.
Kita diselamatkan dari neraka oleh Yesus yang mengalahkan Setan
4. Iman Kristiani mengajarkan bahwa dalam mengambil resiko mengatakan “ya” atau “tidak”, yang menandai kebebasan makhluk ciptaan, sebagian ciptaan telah mengatakan tidak. Mereka adalah makhluk-makhluk rohani yang berontak melawan kasih Allah dan disebut setan (bdk. Konsili Lateran IV, DS 800-801). Apa yang terjadi terhadap mereka merupakan peringatan bagi kita: suatu panggilan terus-menerus untuk menghindari tragedi yang menghantar kepada dosa dan menyesuaikan hidup kita dengan hidup Yesus yang menghayati hidup-Nya dengan suatu jawaban “ya” terhadap Tuhan.
Siksa abadi tetap merupakan suatu kemungkinan yang nyata, namun demikian kita tidak dianugerahi, tanpa wahyu Ilahi khusus, pengetahuan apakah seseorang atau orang manakah yang terlibat secara efektif di dalamnya. Pemikiran tentang neraka - dan bahkan tanpa penggunaan gambar-gambar biblis yang kurang sesuai - janganlah sampai menimbulkan kecemasan ataupun keputusasaan, melainkan sebagai suatu pengingat yang penting dan sehat akan kebebasan, dalam mewartakan bahwa Kristus yang bangkit telah mengalahkan setan dan menganugerahkan kepada kita Roh Allah yang memungkinkan kita berseru, “ya Abba, ya Bapa!” (Rm 8:15; Gal 4:6).
Gagasan ini, yang kaya akan pengharapan, berlaku dalam pewartaan kristiani dan secara efektif direfleksikan dalam tradisi liturgi Gereja seperti ditegaskan dalam kata-kata Kanon Romawi ini, “Terimalah dengan rela persembahan umat-Mu. Bimbinglah jalan hidup kami, dan selamatkanlah kami dari hukuman abadi agar tetap menjadi umat kesayangan-Mu.”
* [Catatan: dalam bahasa aslinya, Italia, disebutkan “(Più che) Daripada tempat, neraka lebih menyatakan …” Pernyataan ini mengemukakan dengan tepat bahwa meskipun neraka pada dasarnya bukanlah “suatu tempat”, melainkan lebih merupakan kehilangan Allah secara definitif, tercakup juga di dalamnya kurungan / penjara. Dengan demikian, setelah kebangkitan umum tubuh para terkutuk, dalam rupa tubuh dan bukan roh, mereka tentunya berada di “suatu tempat” di mana mereka akan menerima siksa api.
Api Penyucian adalah Pemurnian yang Diperlukan
Sebelum kita masuk dalam persekutuan penuh dengan Tuhan, setiap noda dosa dalam diri kita harus dihapuskan dan setiap ketidaksempurnaan jiwa harus disempurnakan.
Dalam Audiensi Umum pada hari Rabu, 4 Agustus 1999, sebagai kelanjutan dari katekese beliau mengenai surga dan neraka, Bapa Suci merefleksikan api penyucian. Beliau menjelaskan bahwa integritas fisik diperlukan untuk masuk dalam persekutuan sempurna dengan Tuhan. Oleh sebab itu, “istilah api penyucian tidak menyatakan suatu tempat, melainkan suatu kondisi keadaan”, di mana Kristus “menghapus… sisa-sisa ketidaksempurnaan.”
1. Seperti telah kita lihat dalam kedua katekese terdahulu, atas dasar pilihan definitif menerima atau menolak Tuhan, manusia mendapati dirinya menghadapi salah satu dari alternatif berikut: hidup bersama Tuhan dalam kebahagiaan kekal, atau tetap jauh dari hadirat-Nya.
Bagi mereka yang mendapati diri dalam kondisi terbuka terhadap Tuhan, namun masih belum sempurna, ziarah menuju kebahagiaan penuh menuntut suatu pemurnian, yang dijelaskan iman Gereja dalam doktrin “Purgatorium” (bdk. Katekismus Gereja Katolik no. 1030-1032).
Agar dapat ikut serta dalam kehidupan Ilahi, kita harus sepenuhnya dimurnikan
2. Dalam Kitab Suci, kita dapat menangkap bagian-bagian tertentu yang membantu kita memahami arti ajaran ini, meskipun tidak digambarkan secara formal. Bagian-bagian tersebut mengungkapkan keyakinan bahwa kita tak dapat datang kepada Tuhan tanpa melewati semacam pemurnian.
Menurut hukum agama Perjanjian Lama, apa yang diperuntukkan bagi Tuhan haruslah sempurna. Sebab itu, integritas fisik juga dituntut secara khusus dari hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan pada tingkat persembahan seperti, misalnya, binatang-binatang kurban (bdk. Im 22:22) atau pada tingkat kelembagaan, seperti pada kasus para imam ataupun pelayan mezbah (bdk. Im 21:17-23). Pengabdian total terhadap Allah Perjanjian, senantiasa diajarkan seperti didapati dalam Kitab Ulangan (bdk. Ul 6:5), dan yang harus sesuai dengan integritas fisik ini, dituntut dari masing-masing individu dan masyarakat sebagai suatu komunitas (bdk 1Raj 8:61), yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati dan dengan segenap jiwa dan dengan berpegang pada perintah dan ketetapan TUHAN (bdk. Ul 10;12 dst).
Perlunya integritas tak pelak lagi menjadi sangat penting sesudah kematian, agar dapat masuk ke dalam persekutuan sempurna dan sepenuhnya dengan Tuhan. Mereka yang tidak memiliki integritas ini harus menjalani pemurnian. Hal ini dijelaskan dalam tulisan St Paulus. Rasul Paulus berbicara mengenai nilai pekerjaan tiap-tiap orang yang akan dinyatakan pada hari pengadilan dan mengatakan, “Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian, tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api” (1Kor 3:14-15).
3. Adakalanya, guna mencapai keadaan integritas yang sempurna, dibutuhkan perantaraan seseorang. Sebagai contoh, Musa memperolehkan pengampunan bagi bangsanya dengan doa di mana ia mengingatkan kembali karya penyelamatan yang dilakukan Tuhan di masa lampau, dan berdoa mohon kesetiaan Tuhan atas sumpah-Nya kepada nenek-moyangnya (bdk. Kel 32:30, 11-13). Sosok Hamba Tuhan, seperti dilukiskan dalam Kitab Yesaya, juga digambarkan bahwa dengan peran pengantaraannya dan penebusannya bagi banyak orang, pada akhir sengsaranya ia “akan melihat terang” dan “akan membenarkan banyak orang”, kejahatan mereka dia pikul (bdk. Yes 52:13-53:12, khususnya ay 53:11).
Mazmur 51 dapat dianggap, menurut sudut pandang Perjanjian Lama, sebagai suatu perpaduan dari proses menuju kesempurnaan: pendosa mengakui dan sadar akan kesalahannya (ay 5), mohon dengan sangat agar dimurnikan atau “dibersihkan” (ay 4, 9, 11-12, 19) agar dapat mewartakan puji-pujian kepada Allah (ay 17).
Purgatorium bukan suatu tempat, melainkan suatu kondisi keadaan.
4. Dalam Perjanjian Baru, Kristus ditampilkan sebagai Pengantara yang menjabat peran Imam Agung pada hari pengadilan (Ibr 5:6; 7:25). Tetapi, dalam Dia, imamat dihadirkan dalam bentuk yang baru dan definitif. Ia masuk ke dalam sorga sekali saja untuk selamanya, untuk menjadi pengantara kita kepada Allah (bdk. Ibr 9:23-26, khususnya ay 24). Ia sekaligus Imam Agung dan “korban silih” bagi dosa-dosa seluruh dunia (1Yoh 2:2).
Yesus, sebagai pengantara agung yang menebus kita, akan sepenuhnya menyatakan diri pada akhir hidup kita ketika Ia akan mengungkapkan Diri-Nya dengan tawaran belas kasihan, tetapi juga dengan pengadilan yang tak terelakkan bagi mereka yang menolak kasih dan pengampunan Bapa.
Tawaran belas kasihan ini tidak meniadakan kewajiban kita untuk menghadirkan diri di hadirat Allah dengan murni dan seutuhnya, penuh dengan kasih yang disebut Paulus sebagai “pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kol 3:14).
5. Dalam mengikuti dorongan Injil untuk menjadi sempurna seperti Bapa Surgawi (bdk. Mat 5;48) semasa kita hidup di dunia, kita dipanggil untuk bertumbuh dalam kasih, untuk tak bercacat dan kudus di hadapan Allah Bapa “pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya. (1Tes 3:12 dst). Lagipula, kita diundang untuk “menyucikan diri kita dari semua pencemaran jasmani dan rohani” (2Kor 2:1; bdk. 1Yoh 3:3), sebab perjumpaan dengan Allah menuntut kesucian sepenuhnya.
Setiap kelekatan terhadap kejahatan harus dihapuskan, setiap ketidaksempurnaan jiwa harus disempurnakan. Pemurnian harus dilaksanakan sepenuhnya, dan sungguh, inilah yang dimaksudkan dengan ajaran Gereja mengenai api penyucian. Istilah api penyucian tidak menyatakan suatu tempat, melainkan suatu kondisi keadaan. Mereka yang, setelah kematian, berada dalam keadaan pemurnian, telah berada dalam kasih Kristus yang menghapuskan dari diri mereka segala sisa-sisa ketidaksempurnaan (bdk. Konsili Ekumenis Firense, Decretum pro Graecis: DS 1304; Konsili Ekumenis Trente, Decretum de iustificatione: DS 1580; Decretum de purgatorio: DS 1820).
Penting dijelaskan bahwa keadaan pemurnian bukanlah suatu perpanjangan dari kondisi duniawi, hampir seakan-akan setelah kematian orang diberi kesempatan lain untuk mengubah nasibnya. Ajaran Gereja dalam hal ini tegas, dipertegas lagi oleh Konsili Vatikan II yang mengajarkan, “Tetapi karena kita tidak mengetahui hari maupun jamnya, atas anjuran Tuhan kita wajib berjaga terus-menerus, agar setelah mengakhiri perjalanan hidup kita di dunia hanya satu kali saja (bdk. Ibr 9:27), kita bersama dengan-Nya memasuki pesta pernikahan, dan pantas digolongkan pada mereka yang diberkati, dan supaya janganlah kita seperti hamba yang jahat dan malas diperintahkan enyah ke dalam api yang kekal, ke dalam kegelapan di luar, di tempat `ratapan dan kertakan gigi' (Mat 22:13 dan 25:30)” (Lumen Gentium no. 48)
6. Satu aspek penting terakhir yang senantiasa ditunjukkan oleh tradisi Gereja hendaknya kini digiatkan kembali: dimensi “communio”. Sesungguhnya, mereka yang mendapati diri berada dalam keadaan pemurnian, dipersatukan baik dengan para kudus yang telah menikmati kepenuhan kehidupan kekal, dan dengan kita di bumi yang sedang dalam perjalanan menuju rumah Bapa (bdk. CCC, no. 1032).
Sama seperti dalam kehidupan mereka di dunia umat beriman dipersatukan dalam satu Tubuh Mistik, demikian pula setelah kematian, mereka yang berada dalam keadaan pemurnian menikmati kesetiakawanan gerejani yang sama, yang bekerja melalui doa, doa-doa silih dan kasih bagi sesama saudara dan saudari dalam iman. Pemurnian berada dalam ikatan pokok yang tercipta antara mereka yang hidup di dunia ini dan mereka yang telah menikmati kebahagiaan kekal.
sumber : “Heaven, Hell and Purgatory” by Pope John Paul II; L'Osservatore Romano, Weekly Edition in English
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
Kamis, 11 Juni 2009
TAHUN IMAM
Kongregasi Klerus tentang Tahun Imam
19 June 2009 – 19 June 2010
Para imam yang terkasih,
Tahun Imam, yang diumumkan oleh Paus Benediktus XVI untuk merayakan
peringatan 150 tahun kematian Pastor yang saleh dari Ars, St. Yohanes Maria
Vianney, telah semakin dekat. Perayaan pembukaan Tahun Imam ini akan
diselenggarakan dan dipimpin oleh Bapa Suci pada 19 Juni yang akan datang,
bertepatan dengan Pesta Hati Kudus dan Hari Doa Sedunia demi Kesucian Hidup
Para Imam. Pengumuman Tahun Imam ini telah mendapat sambutan yang hangat,
khususnya dari para imam sendiri. Setiap imam ingin menjalani hidup mereka
dengan penuh komitmen, ketulusan dan semangat sehingga tahun itu pantas
dirayakan di seluruh paroki dan setiap komunitas local – di mana semua umat
Katolik dapat berpartisipasi dengan penuh kegembiraan. Umat sangat mencintai
para imamnya dan ingin melihat mereka bahagia, hidup suci dan penuh
kegembiraan dalam karya pelayanan mereka setiap hari.
Tahun khusus bagi para imam ini amat penting dan bermanfaat di mana Gereja
berbicara kepada para imam, secara khusus, dan juga kepada semua umat
beriman serta masyarakat luas melalui media masa bahwa Gereja berbangga
dengan para imamnya, mencintai mereka, menghormati mereka, mengagumi cara
hidup dan bahwa Gereja mengakui dengan penuh syukur karya pastoral dan
kesaksian hidup para imamnya. Sungguh, para imam memiliki arti penting
bukan hanya karena apa yang mereka kerjakan tetapi juga karena keberadaan
mereka. Dengan perasaan sedih harus diakui bahwa pada masa ini beberapa imam
terlibat dalam kasus-kasus yang tidak sepantasnya. Adalah penting untuk
melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus semacam itu, melalui proses hukum
dan memberikan hukuman yang sesuai dengan kesalahan mereka. Akan tetapi,
haruslah tetap diingat bahwa kasus-kasus ini terjadi pada segelintir kecil
saja dari para imam. Sebagian besar para imam adalah orang-orang memiliki
integritas pribadi, yang mengabdikan hidup mereka pada pelayanan suci,
manusia pendoa dan semangat kasih pastoral, yang mencurahkan seluruh diri
mereka untuk menjalani tugas panggilan dan misi mereka, sering kali dengan
penuh pengorbanan diri, tetapi selalu atas dasar cinta sejati kepada Yesus
Kristus, Gereja dan umat, dalam solidaritas dengan orang miskin dan
menderita. Dengan alasan itulah, Gereja merasa bangga dengan para imamnya di
mana pun mereka berada.
Semoga Tahun Imam ini merupakan penghargaan yang mendalam terhadap
panggilan hidup imamat, teologi imamat Katolik , dan terhadap arti penting
panggilan dan misi para imam dalam gereja dan masyarakat. Penghargaan ini
akan menuntut banyak waktu untuk melakukan kajian dan studi,
rekoleksi, latihan-latihan
spiritual yang merefleksikan tentang keimaman, konferensi dan
seminari-seminar teologis di fakultas-fakultas gerejani, riset ilmiah serta
publikasinya.
Bapa Suci, yang mengumumkan Tahun Imam ini dalam sambutannya pada 16 Maret
2009, di hadapan Kongregasi Klerus selama Sidang Umum, mengatakan bahwa
tahun khusus ini dimaksudkan untuk “mendorong para imam dalam menggapai
kesempurnaan rohani, sebagai landasan keberhasilan pelayanan mereka.” Dengan
alasan inilah, perlu diadakan waktu khusus selama setahun untuk berdoa yang
dilakukan oleh para imam sendiri, bersama para imam dan bagi para imam,
waktu setahun untuk pembaruan spiritualitas keimaman dan spiritualitas
setiap imam. Perayaan Ekaristi, dalam perspektif ini, merupakan jantung dari
spiritualitas keimaman. Adorasi Ekaristi demi kesucian hidup para imam dan
keibuan rohani para biarawati, hidup bakti dan wanita awam kepada para imam,
seperti sudah diusulkan beberapa waktu yang lalu oleh Kongregasi Klerus,
dapat dikembangkan lebih lanjut dan akan menghasilkan buah kekudusan.
Semoga pada tahun ini, keadaan nyata dan kebutuhan material para imam
diperhatikan, karena para imam, kadang-kadang hidup dalam situasi yang
sangat miskin dan sulit.
Semoga perayaan Tahun Imam ini, menjadi kesempatan bagi para
biarawan-biarawati dan masyarakat umum, mengajak umat – komunitas Katolik lo
kal – untuk berdoa, merenungkan, dan secara sepantasnya menghormati para
imamnya. Dalam komunitas gerejani, suatu perayaan merupakan peristiwa yang
sangat menyentuh hati yang mengungkapkan dan memberikan kegembiraan
Kristiani, suatu kegembiraan yang lahir dari keyakinan bahwa Allah mencintai
kita dan merayakan bersama kita. Semoga tahun ini menjadi kesempatan untuk
mengembangkan persekutuan dan persaudaraan di antara para imam dan umat yang
dipercayakan kepada penggembalaan mereka.
Banyak hal dan prakarsa lain dapat dilakukan untuk memperkaya perayaan Tahun
Imam ini, tetapi di sini diharapkan Gereja-gereja lokal melakukannya dengan
cara-cara yang menarik dan khas menurut cara mereka sendiri. Karena itu,
sejak awal diharapkan bahwa setiap Keuskupan dan Paroki serta komunitas lokal
menyiapkan suatu rencana kerja yang efektif untuk perayaan tahun khusus
ini. Jelas, sangatlah penting untuk memulai Tahun ini dengan satu kegiatan
yang menghargai para Imam. Gereja-gerja local diajak pada 19 Juni nanti,
pada hari yang sama ketika Bapa Suci membuka perayaan Tahun Imam di Roma,
untuk turut serta juga mengawali Tahun Khusus. Semoga juga ada orang yang
bisa datang ke Roma untuk mengikuti perayaan pembukaan Tahun khusus ini,
untuk menyatakan partisipasi mereka dalam peristiwa yang berbahagia ini.
Allah senantiasa memberkati upaya ini dengan cinta yang besar dan Santa
Perawan Maria, Ratu para imam, berdoa buat saudara sekalian, para imam yang
terkasih.
Claudio Cardinal Hummes
Uskup Agung Emeritus Sao Paolo
Prefek Kongregasi Klerus
19 June 2009 – 19 June 2010
Para imam yang terkasih,
Tahun Imam, yang diumumkan oleh Paus Benediktus XVI untuk merayakan
peringatan 150 tahun kematian Pastor yang saleh dari Ars, St. Yohanes Maria
Vianney, telah semakin dekat. Perayaan pembukaan Tahun Imam ini akan
diselenggarakan dan dipimpin oleh Bapa Suci pada 19 Juni yang akan datang,
bertepatan dengan Pesta Hati Kudus dan Hari Doa Sedunia demi Kesucian Hidup
Para Imam. Pengumuman Tahun Imam ini telah mendapat sambutan yang hangat,
khususnya dari para imam sendiri. Setiap imam ingin menjalani hidup mereka
dengan penuh komitmen, ketulusan dan semangat sehingga tahun itu pantas
dirayakan di seluruh paroki dan setiap komunitas local – di mana semua umat
Katolik dapat berpartisipasi dengan penuh kegembiraan. Umat sangat mencintai
para imamnya dan ingin melihat mereka bahagia, hidup suci dan penuh
kegembiraan dalam karya pelayanan mereka setiap hari.
Tahun khusus bagi para imam ini amat penting dan bermanfaat di mana Gereja
berbicara kepada para imam, secara khusus, dan juga kepada semua umat
beriman serta masyarakat luas melalui media masa bahwa Gereja berbangga
dengan para imamnya, mencintai mereka, menghormati mereka, mengagumi cara
hidup dan bahwa Gereja mengakui dengan penuh syukur karya pastoral dan
kesaksian hidup para imamnya. Sungguh, para imam memiliki arti penting
bukan hanya karena apa yang mereka kerjakan tetapi juga karena keberadaan
mereka. Dengan perasaan sedih harus diakui bahwa pada masa ini beberapa imam
terlibat dalam kasus-kasus yang tidak sepantasnya. Adalah penting untuk
melakukan penyelidikan terhadap kasus-kasus semacam itu, melalui proses hukum
dan memberikan hukuman yang sesuai dengan kesalahan mereka. Akan tetapi,
haruslah tetap diingat bahwa kasus-kasus ini terjadi pada segelintir kecil
saja dari para imam. Sebagian besar para imam adalah orang-orang memiliki
integritas pribadi, yang mengabdikan hidup mereka pada pelayanan suci,
manusia pendoa dan semangat kasih pastoral, yang mencurahkan seluruh diri
mereka untuk menjalani tugas panggilan dan misi mereka, sering kali dengan
penuh pengorbanan diri, tetapi selalu atas dasar cinta sejati kepada Yesus
Kristus, Gereja dan umat, dalam solidaritas dengan orang miskin dan
menderita. Dengan alasan itulah, Gereja merasa bangga dengan para imamnya di
mana pun mereka berada.
Semoga Tahun Imam ini merupakan penghargaan yang mendalam terhadap
panggilan hidup imamat, teologi imamat Katolik , dan terhadap arti penting
panggilan dan misi para imam dalam gereja dan masyarakat. Penghargaan ini
akan menuntut banyak waktu untuk melakukan kajian dan studi,
rekoleksi, latihan-latihan
spiritual yang merefleksikan tentang keimaman, konferensi dan
seminari-seminar teologis di fakultas-fakultas gerejani, riset ilmiah serta
publikasinya.
Bapa Suci, yang mengumumkan Tahun Imam ini dalam sambutannya pada 16 Maret
2009, di hadapan Kongregasi Klerus selama Sidang Umum, mengatakan bahwa
tahun khusus ini dimaksudkan untuk “mendorong para imam dalam menggapai
kesempurnaan rohani, sebagai landasan keberhasilan pelayanan mereka.” Dengan
alasan inilah, perlu diadakan waktu khusus selama setahun untuk berdoa yang
dilakukan oleh para imam sendiri, bersama para imam dan bagi para imam,
waktu setahun untuk pembaruan spiritualitas keimaman dan spiritualitas
setiap imam. Perayaan Ekaristi, dalam perspektif ini, merupakan jantung dari
spiritualitas keimaman. Adorasi Ekaristi demi kesucian hidup para imam dan
keibuan rohani para biarawati, hidup bakti dan wanita awam kepada para imam,
seperti sudah diusulkan beberapa waktu yang lalu oleh Kongregasi Klerus,
dapat dikembangkan lebih lanjut dan akan menghasilkan buah kekudusan.
Semoga pada tahun ini, keadaan nyata dan kebutuhan material para imam
diperhatikan, karena para imam, kadang-kadang hidup dalam situasi yang
sangat miskin dan sulit.
Semoga perayaan Tahun Imam ini, menjadi kesempatan bagi para
biarawan-biarawati dan masyarakat umum, mengajak umat – komunitas Katolik lo
kal – untuk berdoa, merenungkan, dan secara sepantasnya menghormati para
imamnya. Dalam komunitas gerejani, suatu perayaan merupakan peristiwa yang
sangat menyentuh hati yang mengungkapkan dan memberikan kegembiraan
Kristiani, suatu kegembiraan yang lahir dari keyakinan bahwa Allah mencintai
kita dan merayakan bersama kita. Semoga tahun ini menjadi kesempatan untuk
mengembangkan persekutuan dan persaudaraan di antara para imam dan umat yang
dipercayakan kepada penggembalaan mereka.
Banyak hal dan prakarsa lain dapat dilakukan untuk memperkaya perayaan Tahun
Imam ini, tetapi di sini diharapkan Gereja-gereja lokal melakukannya dengan
cara-cara yang menarik dan khas menurut cara mereka sendiri. Karena itu,
sejak awal diharapkan bahwa setiap Keuskupan dan Paroki serta komunitas lokal
menyiapkan suatu rencana kerja yang efektif untuk perayaan tahun khusus
ini. Jelas, sangatlah penting untuk memulai Tahun ini dengan satu kegiatan
yang menghargai para Imam. Gereja-gerja local diajak pada 19 Juni nanti,
pada hari yang sama ketika Bapa Suci membuka perayaan Tahun Imam di Roma,
untuk turut serta juga mengawali Tahun Khusus. Semoga juga ada orang yang
bisa datang ke Roma untuk mengikuti perayaan pembukaan Tahun khusus ini,
untuk menyatakan partisipasi mereka dalam peristiwa yang berbahagia ini.
Allah senantiasa memberkati upaya ini dengan cinta yang besar dan Santa
Perawan Maria, Ratu para imam, berdoa buat saudara sekalian, para imam yang
terkasih.
Claudio Cardinal Hummes
Uskup Agung Emeritus Sao Paolo
Prefek Kongregasi Klerus
Senin, 08 Juni 2009
AYO GABUNG DI LEGIO MARIA
IKUT LEGIO MARIAE, SIAPA TAKUT ???
Banyak umat yang belum mengetahui apa itu Legio Mariae, terutama umat di Paroki Santo Paulus Sendangguwo ini. Legio Mariae Ratu Rosario lahir karena kerinduan untuk melayani Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria. Semua terjadi karena rencana Tuhan, tanpa Dia, kita tidak akan terbentuk, juga atas dorongan Romo Agus (Romo Kepala Paroki kita ytc). Beliau memberi semangat pada sdri Odilia untuk segera membentuk pasukan Maria. Sebenarnya sdri Odilia merasa berat dengan tugas ini dan kurang yakin apakah bisa mengaktifkan kembali Legio Mariae di gereja St. Paulus, tetapi ya itulah atas semangat dari Romo Agus (yang mantan legioner Lampersari), maka ia memberanikan diri untuk mengumpulkan para mantan legioner dari berbagai paroki (Atmodirono, Kebon Dalem, Karangpanas) yang sekarang ada di paroki St. Paulus untuk mengaktifkan Legio Mariae kembali. Walaupun mereka sudah berumah tangga, ternyata tanggapan mereka untuk aktif kembali di Legio Mariae cukup positif. Dengan segala keterbatasan waktu karena kesibukan mereka masing-masing, lahirlah Legio Mariae Ratu Rosario pada tanggal 2 Mei 2008, yang pada saat itu dihadiri 6 orang anggota, 2 orang tamu dari Komisium Semarang (sekarang Regia) dan Romo Agus. Hari itu juga terbentuklah susunan pengurus yang di dalam Legio Mariae disebut Perwira, yaitu Pemimpin Rohani: Romo Albertus Agus Ariestyanto MSF, Ketua: Odilia Hartuti, Wakil Ketua: FX.Suparjo, Sekretaris: Anastasia RAJ dan Bendahara FX.Lily I (dahulu MA.Pratiwi) untuk masa jabatan 3 tahun. Dalam perkembangannya kami telah menambah anggota menjadi 11 orang yang usianya beraneka ragam dari 3 generasi dan profesi yang berbeda. Tak ketinggalan juga Fr. Adrianus Adi Nugroho, MSF yang sedang menjalani TOP (Tahun Orientasi Pastoral) dan Sr. Bernadetta Rini, BKK bergabung menjadi Asisten Pemimpin Rohani (APR).
Kami aktif di Legio Mariae karena ingin membalas Cinta Tuhan yang begitu besar yang telah diberikan kepada kami semua melalui karya kerasulan Legio Mariae antara lain dengan kunjungan umat di lingkungan, kunjungan orang sakit, lansia, Rumah Sakit, mengirim komuni (ada anggota yang prodiakon) dan membantu sie sosial Karitatif. Tujuan yang ingin dicapai Legio Mariae adalah memuliakan Tuhan dengan pengudusan diri para anggotanya dan orang lain melalui doa dan karya kerasulan.
Pertemuan rutin diadakan setiap hari Jumat pk.17.30 (dahulu pk.18.00) kecuali Jumat pertama dimulai pk.18.30.
Puji Tuhan, pada tanggal 6 Mei 2009, kami telah merayakan ultah pertama dengan Misa Syukur bersama Rm.Agus di bangsal pastoran dengan mengundang umat dan kaum muda. Harapan kami, ingin mengajak kaum muda untuk aktif bersama dalam karya kerasulan ini, karena Legio Mariae juga terbuka untuk kaum muda dengan membentuk presidium baru usia 18 th – 35 th atau presidium yunior yang anggotanya terdiri dari para remaja berusia 13 th – 18 th. Hal ini sesuai dengan Nota Pastoral KAS 2009 sebagai Tahun Kaum Muda.
Marilah Orang Muda Katolik di Paroki St.Paulus Sendangguwo Semarang, bergabunglah dalam kegiatan Legio Mariae untuk menjadi Katolik Militan dengan perantaraan Bunda Maria.
SIAPA TAKUT ??? kami tunggu ...
Sekretaris Legio Mariae RATU ROSARIO
Anastasia RAJ (HP.08122825040)
Banyak umat yang belum mengetahui apa itu Legio Mariae, terutama umat di Paroki Santo Paulus Sendangguwo ini. Legio Mariae Ratu Rosario lahir karena kerinduan untuk melayani Tuhan melalui perantaraan Bunda Maria. Semua terjadi karena rencana Tuhan, tanpa Dia, kita tidak akan terbentuk, juga atas dorongan Romo Agus (Romo Kepala Paroki kita ytc). Beliau memberi semangat pada sdri Odilia untuk segera membentuk pasukan Maria. Sebenarnya sdri Odilia merasa berat dengan tugas ini dan kurang yakin apakah bisa mengaktifkan kembali Legio Mariae di gereja St. Paulus, tetapi ya itulah atas semangat dari Romo Agus (yang mantan legioner Lampersari), maka ia memberanikan diri untuk mengumpulkan para mantan legioner dari berbagai paroki (Atmodirono, Kebon Dalem, Karangpanas) yang sekarang ada di paroki St. Paulus untuk mengaktifkan Legio Mariae kembali. Walaupun mereka sudah berumah tangga, ternyata tanggapan mereka untuk aktif kembali di Legio Mariae cukup positif. Dengan segala keterbatasan waktu karena kesibukan mereka masing-masing, lahirlah Legio Mariae Ratu Rosario pada tanggal 2 Mei 2008, yang pada saat itu dihadiri 6 orang anggota, 2 orang tamu dari Komisium Semarang (sekarang Regia) dan Romo Agus. Hari itu juga terbentuklah susunan pengurus yang di dalam Legio Mariae disebut Perwira, yaitu Pemimpin Rohani: Romo Albertus Agus Ariestyanto MSF, Ketua: Odilia Hartuti, Wakil Ketua: FX.Suparjo, Sekretaris: Anastasia RAJ dan Bendahara FX.Lily I (dahulu MA.Pratiwi) untuk masa jabatan 3 tahun. Dalam perkembangannya kami telah menambah anggota menjadi 11 orang yang usianya beraneka ragam dari 3 generasi dan profesi yang berbeda. Tak ketinggalan juga Fr. Adrianus Adi Nugroho, MSF yang sedang menjalani TOP (Tahun Orientasi Pastoral) dan Sr. Bernadetta Rini, BKK bergabung menjadi Asisten Pemimpin Rohani (APR).
Kami aktif di Legio Mariae karena ingin membalas Cinta Tuhan yang begitu besar yang telah diberikan kepada kami semua melalui karya kerasulan Legio Mariae antara lain dengan kunjungan umat di lingkungan, kunjungan orang sakit, lansia, Rumah Sakit, mengirim komuni (ada anggota yang prodiakon) dan membantu sie sosial Karitatif. Tujuan yang ingin dicapai Legio Mariae adalah memuliakan Tuhan dengan pengudusan diri para anggotanya dan orang lain melalui doa dan karya kerasulan.
Pertemuan rutin diadakan setiap hari Jumat pk.17.30 (dahulu pk.18.00) kecuali Jumat pertama dimulai pk.18.30.
Puji Tuhan, pada tanggal 6 Mei 2009, kami telah merayakan ultah pertama dengan Misa Syukur bersama Rm.Agus di bangsal pastoran dengan mengundang umat dan kaum muda. Harapan kami, ingin mengajak kaum muda untuk aktif bersama dalam karya kerasulan ini, karena Legio Mariae juga terbuka untuk kaum muda dengan membentuk presidium baru usia 18 th – 35 th atau presidium yunior yang anggotanya terdiri dari para remaja berusia 13 th – 18 th. Hal ini sesuai dengan Nota Pastoral KAS 2009 sebagai Tahun Kaum Muda.
Marilah Orang Muda Katolik di Paroki St.Paulus Sendangguwo Semarang, bergabunglah dalam kegiatan Legio Mariae untuk menjadi Katolik Militan dengan perantaraan Bunda Maria.
SIAPA TAKUT ??? kami tunggu ...
Sekretaris Legio Mariae RATU ROSARIO
Anastasia RAJ (HP.08122825040)
Seminar : Seks Pranikah - Apa kata dunia??!!
SEKS PRANIKAH : Apa kata dunia!
Seminar dan temu kaum muda Paroki Santo Paulus, Minggu, 14 Juni 2009 di Bangsal Pastoran.
Pembicara :
1. Romo Carolus Suharyanto, MSF
2. Drs. Siswanto, M. Psi
3. Dr. dr. MC. Inge Hartini, M.Kes
SEKS?
Seks mengandung pengertian kelamin secara biologis, yaitu alat kelamin pria dan wanita. Seksualitas mengandung pengertian segala sesuatu yang berhubungan dengan seks, termasuk nilai, orientasi, dan perilaku seksual.
Perkembangan seksual sebenarnya telah dimulai sejak masa sangat awal dalam perkembangan hidup manusia. Seorang bayi saat dilahirkan telah dapat dibedakan menjadi pria atau wanita secara biologis/fisik.
Perkembangan seksual para pria dan wanita mempunyai tanda-tanda khusus, yang melibatkan aspek fisik maupun aspek psikis. Masalah yang sering timbul pada tahap ini antaa lain disebabkan factor ketidaktahuan dan keinginan mencoba.
PERKEMBANGAN SEKSUAL
Perkembangan seksuaal dibedakan menjadi perkembangan fisikoseksual dan perkembangan psikoseksual.
PERKEMBANGAN FISIKOSEKSUAL
Pada pria maupun wanita dipengaruhi oleh hormon seks (testoteron, estrogen, dan progesterone), meliputi perkembangan biologis dan fisiologis
Pada wanita ditandai dengan perkembangan payudara, diikuti tumbuhnya rambut dibagian pubis, sekitar kelamin, dan terjadinya menstruasi. Juga terjadi pada perubahan suara dan pelebaran panggul.
Pada pria ditandai dfengan bertambah besarnya buah pelir dan penis, tumbuhnya kumis dan bulu ketiak, serta suara menjadi besar, kecuali itu pada pria juga terjadi noctumal ejaculation.
PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL
Perkembangan fisikoseksual harus disertai oleh perkembangan psikoseksual agar kehidupan sekseual menjadi normal. Sigmund Freud membagi perkembangan psikoseksual pada anak-anak menjadi 4 (empat) stadium : fase oral, fase anak, fase falus dan fase laten. Setiap stadium mempunyai ciri yang berbeda dan khas.
Pada masa remaja muncul dorongan seksual, perasaan cinta dan ketertarikan pada lawan jenis.
DORONGAN SEKSUAL
1. Disebut juga gairah seksual. Dorongan seksual pada Pria dan Wanita pada dasarnya sama.
2. Bentuk keinginan yang bersifat EROTIS yang mendorong orang untuk melakukan aktivitas seksual dan hubungan seksual.
3. Dipengaruhi oleh :
a. Hormon seks
b. Rangsang seksual yang diterima
c. Keadaan kesehatan tubuh
d. Faktor psikoseksual
e. Pengalaman seksual sebelumnya
ROMANTISASI MASA REMAJA
Akibat perkembangan seksual pada masa remaja, secara alamiah timbul dorongan-dorongan heteroseksual yang mempengaruhi hubungan sosialnya secara umum.
Pola perilaku remaja yang gemar bereksperimentasi, keinginan menikmati kesenangan sesaat, ketidaksabaran dan ketidaktahuan sering menimbulkan masalah seksual, yaitu hubungan seksual di luar nikah, ataupun perkawinan muda usia karena “terpaksa” . Akibatnya dapat terjadi perkawinan hamil dahulu (Phd) atau married by accident (MBA)
EKSPRESI SEKSUAL REMAJA
Perkembangan seksual dan dorongan seksual yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagi ekspresi seksual. Ekspresi seksual yang berlebihan dapat menimbulkan akibat buruk, terutama kehamilan yang tidak diinginkan.
SEKS PRANIKAH
a. Dilakukan pasangan yang belum menikah di luar ikatan perkawinan disebut juga ZINAH
b. Yang paling dirugikan Wanita
c. Resiko Hamil, perkawinan dini
d. Resiko lain PMS (Penyakit menular seksual)
TANDA-TANDA KEHAMILAN
1. Tidak menstruasi
2. Payudara membesar
3. Mual dan muntah di pagi hari
4. Tes kehamilan positif
MENGENAL PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
PMS adalah suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal, atau per vaginam). Dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai penyakit kelamin.
JENIS-JENIS PMS
Gonore = kencing nanah – GO
Klamida
Sifilis = raja singa
Konkroid = ulcus molle
HIV-AIDS
(hepatitis dapat juga ditularkan melalui hubungan seksual)
Tidak semua PMS disertai gejala, sehingga orang tidak tahu bahwa dia terinfeksi.
SIKAP MENGHADAPI GODAAN
Mempertinggi penghayatan nilai-nilai moral dan agama
Menghargai dan setia menjaga kemurnian
Mempunyai prinsip pribadi, tidak perlu ikut arus/mode
Hindari pengaruh lingkungan yang kurang baik
Pahami pola perkembangan seksual. Dorongan dengan segelas niat baik, tambahkan ekstra vitamin iman, telur doa dan sepiring kesadaran meraih hari depan yang indah dan cerah.
ORANG YANG SALING MENCITAI BERARTI :
1. Bersama menjaga kesucian
2. Saling menghormati
3. Saling mengingatkan
4. Tidak egois
5. Mempersiapkan masa depan
Seminar dan temu kaum muda Paroki Santo Paulus, Minggu, 14 Juni 2009 di Bangsal Pastoran.
Pembicara :
1. Romo Carolus Suharyanto, MSF
2. Drs. Siswanto, M. Psi
3. Dr. dr. MC. Inge Hartini, M.Kes
SEKS?
Seks mengandung pengertian kelamin secara biologis, yaitu alat kelamin pria dan wanita. Seksualitas mengandung pengertian segala sesuatu yang berhubungan dengan seks, termasuk nilai, orientasi, dan perilaku seksual.
Perkembangan seksual sebenarnya telah dimulai sejak masa sangat awal dalam perkembangan hidup manusia. Seorang bayi saat dilahirkan telah dapat dibedakan menjadi pria atau wanita secara biologis/fisik.
Perkembangan seksual para pria dan wanita mempunyai tanda-tanda khusus, yang melibatkan aspek fisik maupun aspek psikis. Masalah yang sering timbul pada tahap ini antaa lain disebabkan factor ketidaktahuan dan keinginan mencoba.
PERKEMBANGAN SEKSUAL
Perkembangan seksuaal dibedakan menjadi perkembangan fisikoseksual dan perkembangan psikoseksual.
PERKEMBANGAN FISIKOSEKSUAL
Pada pria maupun wanita dipengaruhi oleh hormon seks (testoteron, estrogen, dan progesterone), meliputi perkembangan biologis dan fisiologis
Pada wanita ditandai dengan perkembangan payudara, diikuti tumbuhnya rambut dibagian pubis, sekitar kelamin, dan terjadinya menstruasi. Juga terjadi pada perubahan suara dan pelebaran panggul.
Pada pria ditandai dfengan bertambah besarnya buah pelir dan penis, tumbuhnya kumis dan bulu ketiak, serta suara menjadi besar, kecuali itu pada pria juga terjadi noctumal ejaculation.
PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL
Perkembangan fisikoseksual harus disertai oleh perkembangan psikoseksual agar kehidupan sekseual menjadi normal. Sigmund Freud membagi perkembangan psikoseksual pada anak-anak menjadi 4 (empat) stadium : fase oral, fase anak, fase falus dan fase laten. Setiap stadium mempunyai ciri yang berbeda dan khas.
Pada masa remaja muncul dorongan seksual, perasaan cinta dan ketertarikan pada lawan jenis.
DORONGAN SEKSUAL
1. Disebut juga gairah seksual. Dorongan seksual pada Pria dan Wanita pada dasarnya sama.
2. Bentuk keinginan yang bersifat EROTIS yang mendorong orang untuk melakukan aktivitas seksual dan hubungan seksual.
3. Dipengaruhi oleh :
a. Hormon seks
b. Rangsang seksual yang diterima
c. Keadaan kesehatan tubuh
d. Faktor psikoseksual
e. Pengalaman seksual sebelumnya
ROMANTISASI MASA REMAJA
Akibat perkembangan seksual pada masa remaja, secara alamiah timbul dorongan-dorongan heteroseksual yang mempengaruhi hubungan sosialnya secara umum.
Pola perilaku remaja yang gemar bereksperimentasi, keinginan menikmati kesenangan sesaat, ketidaksabaran dan ketidaktahuan sering menimbulkan masalah seksual, yaitu hubungan seksual di luar nikah, ataupun perkawinan muda usia karena “terpaksa” . Akibatnya dapat terjadi perkawinan hamil dahulu (Phd) atau married by accident (MBA)
EKSPRESI SEKSUAL REMAJA
Perkembangan seksual dan dorongan seksual yang terjadi pada masa remaja menimbulkan berbagi ekspresi seksual. Ekspresi seksual yang berlebihan dapat menimbulkan akibat buruk, terutama kehamilan yang tidak diinginkan.
SEKS PRANIKAH
a. Dilakukan pasangan yang belum menikah di luar ikatan perkawinan disebut juga ZINAH
b. Yang paling dirugikan Wanita
c. Resiko Hamil, perkawinan dini
d. Resiko lain PMS (Penyakit menular seksual)
TANDA-TANDA KEHAMILAN
1. Tidak menstruasi
2. Payudara membesar
3. Mual dan muntah di pagi hari
4. Tes kehamilan positif
MENGENAL PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
PMS adalah suatu infeksi atau penyakit yang kebanyakan ditularkan melalui hubungan seksual (oral, anal, atau per vaginam). Dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai penyakit kelamin.
JENIS-JENIS PMS
Gonore = kencing nanah – GO
Klamida
Sifilis = raja singa
Konkroid = ulcus molle
HIV-AIDS
(hepatitis dapat juga ditularkan melalui hubungan seksual)
Tidak semua PMS disertai gejala, sehingga orang tidak tahu bahwa dia terinfeksi.
SIKAP MENGHADAPI GODAAN
Mempertinggi penghayatan nilai-nilai moral dan agama
Menghargai dan setia menjaga kemurnian
Mempunyai prinsip pribadi, tidak perlu ikut arus/mode
Hindari pengaruh lingkungan yang kurang baik
Pahami pola perkembangan seksual. Dorongan dengan segelas niat baik, tambahkan ekstra vitamin iman, telur doa dan sepiring kesadaran meraih hari depan yang indah dan cerah.
ORANG YANG SALING MENCITAI BERARTI :
1. Bersama menjaga kesucian
2. Saling menghormati
3. Saling mengingatkan
4. Tidak egois
5. Mempersiapkan masa depan
Rabu, 20 Mei 2009
ANJANGSANA KAUM MUDA
ANJANGSANA PANTAP KAUM MUDA 2009
KE PANTI ASUHAN PUTERI ST. THOMAS MARDI RAHAYU
UNGARAN
Hallo, apa kabar semua
Apa kau baik-baik saja
Sebut nama..... Nona....
Hallo, apa kabar semua
Apa kau baik-baik saja
Sebut nama … Nona … Tata …dst
Pukul 10.00 WIB,
Lagu perkenalan yang kami ajarkan pada teman-teman di panti asuhan puteri St. Thomas Ungaran, asuhan susteran AK. Semuanya berjumlah 50 orang ( 47 perempuan, 3 laki-laki masih usia TK ). Kurang lebih 15 menit perkenalan, ada tamu sebuah keluarga, datang membawa bingkisan ulang tahun dan meminta didoakan. Nama anak yang berulang tahun Adit usia 22 tahun, lalu suster meminta saya ( Nona ) untuk memimpin upacara singkat ulang tahun Adit. Setelah selesai, Adit dan keluarga pamit, kami melanjutkan acara yang telah kami rencanakan. Yaitu mengajak teman-teman bermain alias outbound di lapangan, 2 permainan yang kami mainkan yaitu :
- Sarung berantai ( tujuan melatih kerja sama dan pemilihan strategi , alat : sarung )
Kami bagi menjadi 2 kelompok besar, lalu siapa yang melakukan tugas dengan waktu tercepat adalah pemenangnya. Dan hadiahnya sekotak permen.
- Scorpion ( tujuan kerja sama tim, mengenal kekuatan tim dan kekuatan lawan, tanpa alat )
Kami bagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok memiliki kakak pendamping dari Pantap sebagai kepalanya. Setiap kelompok tidak boleh lepas dalam berpegangan, dan pemenangnya adalah yang lebih dulu memegang ekor lawan. Hadiahnya sekotak permen.
Setelah puas bermain dan cukup kepanasan , semua beristirahat minum. Lalu masuk kembali dalam ruangan. Acara kami lanjutkan yaitu :
- lomba Puzzle untuk kategori SD kelas 1 – 3, kelas 4 – 6 , yang bertanggung jawab Kak Tata
- lomba membuat Essai tentang pertobatan Saulus untuk kategori SMP dan SMK , penanggung jawab Kak Nona
hasil lomba puzzle langsung dibagikan hadiahnya berupa buku diary dan puzzle Yesus.
Sedangkan hasil lomba Essai Pertobatan Saulus, kami bawa pulang dan akan kami undang pemenangnya pada saat ulang tahun Gereja St. Paulus Sendangguwo.
Pukul 12.30 WIB,
Kegiatan kami lanjutkan dengan ibadat syukur yang dipimpin oleh Kak Tina, kami duduk melingkar, kami bernyanyi dan berdoa bersama, kami saling mendoakan, teman-teman panti asuhan mendoakan kami agar tetap semangat dalam melayani , tetap aktif dalam kegiatan Gereja dan sukses dalam studi dan pekerjaan. Setelah ibadat selesai kak Damar memimpin dalam doa makan, inilah yang sangat ditunggu-tunggu, karena dari tadi sudah bermain, berpikir pula jadinya lapar total, teman-teman semangat lagi.
Kami makan bersama, oh ya.... makanan ini yang lauknya uenak tenan, donatur dari Virgin ( terimakasih Pantap Kaum Muda ucapkan kepada Bapak/Ibu Tejo ).
Pukul 13.30 WIB,
Kami selesai makan , kami telah menyiapkan bingkisan untuk teman-teman panti asuhan dan juga untuk kebutuhan panti asuhan sendiri yaitu berupa :
1. Untuk teman-teman Panti asuhan :
- wadah pinsil boneka, pinsil , pulpen , permainan puzzle
2. Untuk Panti Asuhan :
- softeks ( Pembalut wanita ) ,sabun mandi, odol pepsodent
- sabun colek ,Shampo clear, Celana dalam
- Bawang merah , Bawang putih
- Kemiri, Merica, Ketumbar
- Garam ,Gula ,Masako
Kami serahkan pada teman-teman dan kepala panti asuhan, lalu kami berdoa bersama kembali, mereka berharap agar kami dapat kembali dan bermain bersama lagi.
Lalu kami pamitan pulang.
Ada satu hal yang saya pribadi dapatkan saat bekunjung dan bermain bersama mereka, saya mendapatkan pencerahan kembali, karena sebelumnya beberapa hari saya mengalami kekosongan batin / sahabat saya bilang saya seperti memasukkan tim saya kedalam karung dan tidak tau mau dibawa kemana.di Saat teman-teman panti bergelayutan memeluk saya dan meminta ikut dengan saya, dan mereka bilang kak Nona berbeda dengan pengunjung-pengunjung yang datang kemari, itu membuat saya menemukan roh saya kembali. Apalagi saat didoakan khusus oleh Suster kepala, luar biasa tubuh saya merasakan kekuatan yang luar biasa. Secara tidak langsung merekalah yang membangkitkan semangat saya kembali untuk melaksanakan pelayanan apapun dengan menggunakan hati.
Sahabat yang luar biasa Hanik dan Tata, sangat mensuport saya saat saya sangat exited maupun saat saya sedang kehilangan semangat.
Oh ya hampir lupa, Teman-teman muda yang ikut Pantap ke panti asuhan adalah : Damar, Andi, Gayuh, Yudi, Ayu dan 4 orang dari lingkugan Filipus 1.
Semua berjalan lancar dan teman-teman di panti asuhan senang.
Terima kasih doanya..... semoga aksi sosial kami selanjutnya juga menemukan makna berarti, yang akan semakin menumbuhkan iman dalam hati kami.
Terima kasih Tuhan, Terima kasih teman-teman, terima kasih dewan paroki atas semua dukungannya. Untuk dokumentasi kami lampirkan juga, silahkan lihat...
Sampai ketemu lagi di kegiatan kaum muda lainnya.
Ketua PANTAP Kaum Muda 2009
Nona Theresia Distress Retang
KE PANTI ASUHAN PUTERI ST. THOMAS MARDI RAHAYU
UNGARAN
Hallo, apa kabar semua
Apa kau baik-baik saja
Sebut nama..... Nona....
Hallo, apa kabar semua
Apa kau baik-baik saja
Sebut nama … Nona … Tata …dst
Pukul 10.00 WIB,
Lagu perkenalan yang kami ajarkan pada teman-teman di panti asuhan puteri St. Thomas Ungaran, asuhan susteran AK. Semuanya berjumlah 50 orang ( 47 perempuan, 3 laki-laki masih usia TK ). Kurang lebih 15 menit perkenalan, ada tamu sebuah keluarga, datang membawa bingkisan ulang tahun dan meminta didoakan. Nama anak yang berulang tahun Adit usia 22 tahun, lalu suster meminta saya ( Nona ) untuk memimpin upacara singkat ulang tahun Adit. Setelah selesai, Adit dan keluarga pamit, kami melanjutkan acara yang telah kami rencanakan. Yaitu mengajak teman-teman bermain alias outbound di lapangan, 2 permainan yang kami mainkan yaitu :
- Sarung berantai ( tujuan melatih kerja sama dan pemilihan strategi , alat : sarung )
Kami bagi menjadi 2 kelompok besar, lalu siapa yang melakukan tugas dengan waktu tercepat adalah pemenangnya. Dan hadiahnya sekotak permen.
- Scorpion ( tujuan kerja sama tim, mengenal kekuatan tim dan kekuatan lawan, tanpa alat )
Kami bagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok memiliki kakak pendamping dari Pantap sebagai kepalanya. Setiap kelompok tidak boleh lepas dalam berpegangan, dan pemenangnya adalah yang lebih dulu memegang ekor lawan. Hadiahnya sekotak permen.
Setelah puas bermain dan cukup kepanasan , semua beristirahat minum. Lalu masuk kembali dalam ruangan. Acara kami lanjutkan yaitu :
- lomba Puzzle untuk kategori SD kelas 1 – 3, kelas 4 – 6 , yang bertanggung jawab Kak Tata
- lomba membuat Essai tentang pertobatan Saulus untuk kategori SMP dan SMK , penanggung jawab Kak Nona
hasil lomba puzzle langsung dibagikan hadiahnya berupa buku diary dan puzzle Yesus.
Sedangkan hasil lomba Essai Pertobatan Saulus, kami bawa pulang dan akan kami undang pemenangnya pada saat ulang tahun Gereja St. Paulus Sendangguwo.
Pukul 12.30 WIB,
Kegiatan kami lanjutkan dengan ibadat syukur yang dipimpin oleh Kak Tina, kami duduk melingkar, kami bernyanyi dan berdoa bersama, kami saling mendoakan, teman-teman panti asuhan mendoakan kami agar tetap semangat dalam melayani , tetap aktif dalam kegiatan Gereja dan sukses dalam studi dan pekerjaan. Setelah ibadat selesai kak Damar memimpin dalam doa makan, inilah yang sangat ditunggu-tunggu, karena dari tadi sudah bermain, berpikir pula jadinya lapar total, teman-teman semangat lagi.
Kami makan bersama, oh ya.... makanan ini yang lauknya uenak tenan, donatur dari Virgin ( terimakasih Pantap Kaum Muda ucapkan kepada Bapak/Ibu Tejo ).
Pukul 13.30 WIB,
Kami selesai makan , kami telah menyiapkan bingkisan untuk teman-teman panti asuhan dan juga untuk kebutuhan panti asuhan sendiri yaitu berupa :
1. Untuk teman-teman Panti asuhan :
- wadah pinsil boneka, pinsil , pulpen , permainan puzzle
2. Untuk Panti Asuhan :
- softeks ( Pembalut wanita ) ,sabun mandi, odol pepsodent
- sabun colek ,Shampo clear, Celana dalam
- Bawang merah , Bawang putih
- Kemiri, Merica, Ketumbar
- Garam ,Gula ,Masako
Kami serahkan pada teman-teman dan kepala panti asuhan, lalu kami berdoa bersama kembali, mereka berharap agar kami dapat kembali dan bermain bersama lagi.
Lalu kami pamitan pulang.
Ada satu hal yang saya pribadi dapatkan saat bekunjung dan bermain bersama mereka, saya mendapatkan pencerahan kembali, karena sebelumnya beberapa hari saya mengalami kekosongan batin / sahabat saya bilang saya seperti memasukkan tim saya kedalam karung dan tidak tau mau dibawa kemana.di Saat teman-teman panti bergelayutan memeluk saya dan meminta ikut dengan saya, dan mereka bilang kak Nona berbeda dengan pengunjung-pengunjung yang datang kemari, itu membuat saya menemukan roh saya kembali. Apalagi saat didoakan khusus oleh Suster kepala, luar biasa tubuh saya merasakan kekuatan yang luar biasa. Secara tidak langsung merekalah yang membangkitkan semangat saya kembali untuk melaksanakan pelayanan apapun dengan menggunakan hati.
Sahabat yang luar biasa Hanik dan Tata, sangat mensuport saya saat saya sangat exited maupun saat saya sedang kehilangan semangat.
Oh ya hampir lupa, Teman-teman muda yang ikut Pantap ke panti asuhan adalah : Damar, Andi, Gayuh, Yudi, Ayu dan 4 orang dari lingkugan Filipus 1.
Semua berjalan lancar dan teman-teman di panti asuhan senang.
Terima kasih doanya..... semoga aksi sosial kami selanjutnya juga menemukan makna berarti, yang akan semakin menumbuhkan iman dalam hati kami.
Terima kasih Tuhan, Terima kasih teman-teman, terima kasih dewan paroki atas semua dukungannya. Untuk dokumentasi kami lampirkan juga, silahkan lihat...
Sampai ketemu lagi di kegiatan kaum muda lainnya.
Ketua PANTAP Kaum Muda 2009
Nona Theresia Distress Retang
Senin, 18 Mei 2009
Pesan BAPA SUCI HARI KOMSOS SEDUNIA KE-43-2009
Label:
pastoral
Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-43
Pesan Bapa Suci Benediktus XVI
untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-43,
24 Mei 2009
***
Teknologi Baru, Relasi Baru:
Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan
Saudara dan Saudari Terkasih,
1. Mendahului Hari Komunikasi Sedunia yang akan datang, Saya ingin menyampaikan kepada anda beberapa permenungan mengenai tema yang dipilih untuk tahun ini yakni Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan. Sesungguhnya teknologi digital baru sedang membawa pergeseran yang hakiki terhadap perilaku-perilaku komunikasi juga terhadap ragam hubungan manusia. Pergeseran itu secara istimewa dialami oleh kaum muda yang bertumbuh bersama teknologi baru dan telah merasakan dunia digital sebagai rumah sendiri. Mereka berusaha memahami dan memanfaatkan peluang yang diberikan olehnya, sesuatu yang bagi kita orang dewasa seringkali dirasakan cukup asing. Dalam pesan tahun ini, Saya ingat akan mereka yang dikenal sebagai generasi digital, dan Saya ingin berbagi dengan mereka, khususnya tentang gagasan-gagasan menyangkut potensi ulung teknologi baru demi mamajukan pemahaman dan rasa kesetiakawanan manusia. Teknologi baru sesungguhnya merupakan anugerah bagi umat manusia dan kita mesti memberikan jaminan bahwa manfaat yang dimilikinya tentu dipergunakan untuk melayani semua manusia secara pribadi dan komunitas, teristimewa mereka yang kurang beruntung dan menderita.
(Manfaat Media Baru)
2. Akses terhadap telpon seluler dan komputer yang kian mudah disertai dengan jangkauan dan penyebaran internet secara meluas sampai ke wilayah jauh dan terpencil telah menjadikan internet sebagai prasarana jalan bagi penyampaian berbagai jenis pesan. Sungguh sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi-generasi sebelumnya. Daya dasyat media baru ini telah digenggam oleh orang-orang muda dalam mengembangkan jalinan, komunikasi dan pengertian di antara individu maupun secara bersama. Mereka telah beralih ke media baru sebagai sarana berkomunikasi dengan teman-teman, berjumpa dengan teman-teman baru, membangun paguyuban dan jejaring, mencari informasi dan berita, serta sarana berbagi gagasan dan pendapat. Budaya baru ini membawa banyak manfaat bagi komunikasi, antara lain keluarga-keluarga tetap bisa berkomunikasi meski terpisah oleh jarak yang jauh, para pelajar dan peneliti memperoleh peluang lebih cepat dan mudah kepada dokumen, sumber-sumber rujukan dan penemuan-penemuan ilmiah sehingga mereka mampu bekerja secara bersama meski dari tempat yang berbeda. Lebih dari itu, kodrat interaktif yang dihadirkan oleh berbagai media baru mempermudah pembelajaran dan komunikasi dalam bentuk yang lebih dinamis dan pada akhirnya memberikan sumbangsih bagi perkembangan sosial.
(Jangan hanya terpukau dengan kecanggihan teknis media baru. Media baru sebagai jawaban mendasar kerinduan umat manusia untuk berkomunikasi)
3. Kita tidak perlu terlalu terpukau dengan kehebatan media baru dalam menjawab kerinduan manusia dalam berkomunikasi dan berelasi dengan sesama, karena sesungguhnya, hasrat berkomunikasi dan bersahabat ini berakar dari kodrat kita yang paling dalam sebagai manusia dan tak boleh dimengerti sebagai jawaban terhadap berbagai inovasi teknis. Dalam terang amanat Kitab Suci, hasrat untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, pertama-tama harus dimengerti sebagai ungkapan peran-serta kita akan kasih Allah yang komunikatif dan mempersatukan, yang ingin menjadikan seluruh umat manusia sebagai suatu keluarga. Tatkala kita ingin mendekati orang lain, tatkala kita ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka dan membuat kita dikenal oleh mereka maka saat itulah kita sedang menjawab panggilan Allah, yakni panggilan yang terpatri dalam kodrat kita sebagai mahkluk yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, Allah komunikasi dan persekutuan.
( Hasrat mendasar manusia adalah berkomunikasi)
4. Hasrat saling berhubungan dan naluri komunikasi yang melekat dalam kebudayaan masa kini sungguh dipahami sebagai ungkapan kecenderungan mendasar dan berkelanjutan manusia modern untuk menjangkau keluar serta mengupayakan persekutuan dengan orang lain. Tatkala kita membuka diri terhadap orang lain, kita sedang memenuhi hasrat kita yang terdalam dan menjadi lebih sungguh manusia. Pada dasarnya, mengasihi adalah hal yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam hal ini, Saya tidak berbicara tentang hubungan sekilas dan dangkal, tetapi tentang kasih yang sesungguhnya, yang menjadi inti ajaran moral Yesus: "Kasihilah TuhanAllahmu dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa raga, dengan seluruh akal budimu dan dengan seluruh kekuatanmu" dan " kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" (bdk. Mrk 12:30-31). Dalam terang pemahaman ini, merenungi makna teknologi baru sungguh penting, agar kita tidak sekadar menaruh pehatian pada kemampuannya yang tak dapat diragukan itu, tetapi terutama pada kwalitas isi yang disebarkan melalui media tersebut. Saya ingin mendorong semua orang yang berkehendak baik yang sedang bergiat di lingkungan komunikasi digital masa kini untuk sungguh membaktikan diri dalam memajukan budaya menghomati, dialog dan persahabatan.
Oleh karena itu, mereka yang bergiat dalam pembuatan dan penyebaran isi media baru harus benar-benar menghormati martabat dan nilai pribadi manusia. Apabila teknologi baru dipergunakan untuk melayani kebaikan pribadi dan masyarakat, semua penggunanya akan mengelakkan tukar menukar kata dan gambar yang merendahkan umat manusia, keintiman hubungan seksual, atau yang mengeksploitasi orang lemah dan menderita.
( Media baru sebagai gelanggang berdialog)
5. Teknologi baru juga membuka jalan untuk dialog di antara orang-orang dari berbagai negara, budaya dan agama. Gelanggang digital baru yang disebut jagat maya, memungkinkan mereka untuk bertemu dan saling mengenal kebiasaan dan nilai-nilai mereka masing-masing. Perjumpaan-perjumpa an yang demikian, jika ingin berhasil guna, menuntut bentuk pengungkapan bersama yang jujur dan tepat disertai sikap mendengar dengan penuh perhatian dan penghargaan. Bila dialog bertujuan untuk memajukan pertumbuhan pengertian dan sikap setia kawan, ia harus berakar pada ikhtiar mencari kebenaran sejati dan bersama. Hidup bukanlah sekadar rangkaian peristiwa dan pengalaman. Hidup adalah sebuah pencarian kebenaran, kebaikan dan keindahan. Untuk maksud inilah maka kita membuat pilihan; untuk maksud inilah maka kita meragakan kebebasan kita, dengan maksud inilah-yakni dalam kebenaran, dalam kebaikan dan dalam keindahan-kita menemukan kebahagiaan dan sukacita. Kita tidak boleh membiarkan diri diperdaya oleh orang-orang yang memandang kita semata-mata sebagai konsumen sebuah pasar, yang dijejali dengan aneka ragam kemungkinan, yang mengubah pilihan menjadi barang, kebaruan mengganti keindahan dan pengalaman sukyektif menggantikan kebenaran.
(Persahabatan 'on-line' dan persahabatan riil)
6. Gagasan tentang persahabatan telah mendapat pemahaman baru oleh munculnya kosa kata jaringan sosial digital dalam beberapa tahun belakangan ini. Gagasan ini merupakan suatu pencapaian yang paling luhur dalam budaya manusia. Dalam dan melalui persahabatan, kita bertumbuh dan berkembang sebagai manusia. Karena itu, persahabatan yang benar harus selalu dilihat sebagai kekayaan paling besar yang dapat dialami oleh pribadi manusia. Dengan ini, kita mestinya hati-hati memandang remeh gagasan atau pengalaman persahabatan. Sungguh menyedihkan apabila hasrat untuk mempertahankan dan mengembangkan persahabatan 'on-line' mengorbankan kesempatan untuk keluarga, tetangga serta mereka yang kita jumpai dalam keseharian di tempat kerja, di tempat pendidikan dan tempat rekreasi. Apabila hasrat akan jalinan maya berubah menjadi obsesi, maka hasrat itu akan memarjinalkan pribadi dari interaksi sosial sehari-hari sekaligus menghambat pola istirahat, keheningan dan permenungan yang berguna bagi perkembangan kesehatan manusia.
7. Persahabatan adalah kekayaan terbesar manusia, tetapi nilai ulungnya bisa hilang apabila persahabatan itu dipahami sebagai tujuan itu sendiri. Sahabat harus saling mendukung dan saling memberi dorongan dalam mengembangkan bakat dan pembawaan mereka serta memanfaatkannya demi pelayanan umat manusia. Dalam konteks ini, sungguh membanggakan bila jejaring digital baru beriktiar memajukan kesetiakawanan umat manusia, damai dan keadilan, hak asasi manusia dan penghargaan terhadap hidup manusia serta kebaikan ciptaan. Jejaring ini dapat mempermudah bentuk-bentuk kerjasama antar manusia dari konteks geografis dan budaya yang berbeda serta membuat mereka mampu memperdalam rasa sepenanggungan demi kebaikan untuk semua. Karena itu, secara tegas kita harus menjamin bahwa dunia digital, dimana jejaring serupa itu dapat dibangun, adalah dunia yang sungguh terbuka untuk semua orang. Sungguh menjadi tragedi masa depan umat manusia apabila sarana baru komunikasi yang memungkinkan orang berbagi pengetahuan dan informasi dengan cara yang lebih cepat dan berdayaguna, tidak terakses oleh mereka yang terpinggirkan secara ekonomi dan sosial, atau apabila ia hanya membantu memperbesar kesenjangan yang memisahkan orang miskin dari jejaringan baru itu yang justru dikembangkan bagi pelayanan sosialisasi manusia dan penyebaran informasi.
(Pesan khusus untuk kaum muda: menginjil di dunia digital)
8. Saya bermaksud menyimpulkan pesan ini dengan menyampaikan secara khusus kepada orang muda katolik untuk mendorong mereka memberikan kesaksian iman dalam dunia digital. Saudara dan Saudari terkasih, Saya meminta kepada anda sekalian untuk memperkenalkan nilai-nilai yang melandasi hidup anda ke dalam lingkungan budaya baru yakni budaya teknologi komunikasi dan informasi. Pada awal kehidupan gereja, para rasul bersama murid-muridnya mewartakan kabar gembira tentang Yesus kepada dunia orang Yunani dan Romawi. Sudah sejak masa itu, keberhasilan karya evangelisasi menuntut perhatian yang seksama dalam memahami kebudayaan dan kebiasaan bangsa-bangsa kafir sehingga kebenaran Injil dapat menjamah hati dan pikiran mereka. Demikian juga pada masa kini, karya pewartaan Kristus dalam dunia teknologi baru menuntut suatu pengetahuan yang mendalam tentang dunia jika teknologi itu dipergunakan untuk melayani perutusan kita secara berdayaguna.
9. Kepada anda kalian, orang-orang muda, yang memiliki hubungan spontan terhadap sarana baru komunikasi, supaya bertanggungjawab terhadap evangelisasi 'benua digital' ini. Pastikan untuk mewartakan Injil ke dalam dunia jaman sekarang dengan penuh semangat. Kamu mengetahui kecemasan dan harapan mereka, cita-cita dan kekecewaan mereka. Hadiah terbesar yang dapat kalian berikan kepada mereka adalah berbagi dengan mereka "kabar gembira" Allah yang telah menjadi manusia, yang menderita, wafat dan bangkit kembali untuk menyelamatkan semua orang. Hati umat manusia sedang haus akan sebuah dunia dimana kasih meraja, dimana anugerah dibagikan dan dimana jati diri ditemukan dalam bentuk persekutuan yang saling menghargai. Iman kita mampu menjawab harapan-harapan itu. Semoga kamu menjadi bentaraNya! Ketahuilah, Bapa Suci memberkati anda dengan doa dan berkatnya
Vatikan, 24 Januari 2009, pesta Santo Fransiskus de Sales
Paus Benediktus XVI
Pesan Bapa Suci Benediktus XVI
untuk Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-43,
24 Mei 2009
***
Teknologi Baru, Relasi Baru:
Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan
Saudara dan Saudari Terkasih,
1. Mendahului Hari Komunikasi Sedunia yang akan datang, Saya ingin menyampaikan kepada anda beberapa permenungan mengenai tema yang dipilih untuk tahun ini yakni Teknologi Baru, Relasi Baru: Memajukan Budaya Menghormati, Dialog dan Persahabatan. Sesungguhnya teknologi digital baru sedang membawa pergeseran yang hakiki terhadap perilaku-perilaku komunikasi juga terhadap ragam hubungan manusia. Pergeseran itu secara istimewa dialami oleh kaum muda yang bertumbuh bersama teknologi baru dan telah merasakan dunia digital sebagai rumah sendiri. Mereka berusaha memahami dan memanfaatkan peluang yang diberikan olehnya, sesuatu yang bagi kita orang dewasa seringkali dirasakan cukup asing. Dalam pesan tahun ini, Saya ingat akan mereka yang dikenal sebagai generasi digital, dan Saya ingin berbagi dengan mereka, khususnya tentang gagasan-gagasan menyangkut potensi ulung teknologi baru demi mamajukan pemahaman dan rasa kesetiakawanan manusia. Teknologi baru sesungguhnya merupakan anugerah bagi umat manusia dan kita mesti memberikan jaminan bahwa manfaat yang dimilikinya tentu dipergunakan untuk melayani semua manusia secara pribadi dan komunitas, teristimewa mereka yang kurang beruntung dan menderita.
(Manfaat Media Baru)
2. Akses terhadap telpon seluler dan komputer yang kian mudah disertai dengan jangkauan dan penyebaran internet secara meluas sampai ke wilayah jauh dan terpencil telah menjadikan internet sebagai prasarana jalan bagi penyampaian berbagai jenis pesan. Sungguh sesuatu yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi-generasi sebelumnya. Daya dasyat media baru ini telah digenggam oleh orang-orang muda dalam mengembangkan jalinan, komunikasi dan pengertian di antara individu maupun secara bersama. Mereka telah beralih ke media baru sebagai sarana berkomunikasi dengan teman-teman, berjumpa dengan teman-teman baru, membangun paguyuban dan jejaring, mencari informasi dan berita, serta sarana berbagi gagasan dan pendapat. Budaya baru ini membawa banyak manfaat bagi komunikasi, antara lain keluarga-keluarga tetap bisa berkomunikasi meski terpisah oleh jarak yang jauh, para pelajar dan peneliti memperoleh peluang lebih cepat dan mudah kepada dokumen, sumber-sumber rujukan dan penemuan-penemuan ilmiah sehingga mereka mampu bekerja secara bersama meski dari tempat yang berbeda. Lebih dari itu, kodrat interaktif yang dihadirkan oleh berbagai media baru mempermudah pembelajaran dan komunikasi dalam bentuk yang lebih dinamis dan pada akhirnya memberikan sumbangsih bagi perkembangan sosial.
(Jangan hanya terpukau dengan kecanggihan teknis media baru. Media baru sebagai jawaban mendasar kerinduan umat manusia untuk berkomunikasi)
3. Kita tidak perlu terlalu terpukau dengan kehebatan media baru dalam menjawab kerinduan manusia dalam berkomunikasi dan berelasi dengan sesama, karena sesungguhnya, hasrat berkomunikasi dan bersahabat ini berakar dari kodrat kita yang paling dalam sebagai manusia dan tak boleh dimengerti sebagai jawaban terhadap berbagai inovasi teknis. Dalam terang amanat Kitab Suci, hasrat untuk berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain, pertama-tama harus dimengerti sebagai ungkapan peran-serta kita akan kasih Allah yang komunikatif dan mempersatukan, yang ingin menjadikan seluruh umat manusia sebagai suatu keluarga. Tatkala kita ingin mendekati orang lain, tatkala kita ingin mengetahui lebih banyak tentang mereka dan membuat kita dikenal oleh mereka maka saat itulah kita sedang menjawab panggilan Allah, yakni panggilan yang terpatri dalam kodrat kita sebagai mahkluk yang diciptakan seturut gambar dan rupa Allah, Allah komunikasi dan persekutuan.
( Hasrat mendasar manusia adalah berkomunikasi)
4. Hasrat saling berhubungan dan naluri komunikasi yang melekat dalam kebudayaan masa kini sungguh dipahami sebagai ungkapan kecenderungan mendasar dan berkelanjutan manusia modern untuk menjangkau keluar serta mengupayakan persekutuan dengan orang lain. Tatkala kita membuka diri terhadap orang lain, kita sedang memenuhi hasrat kita yang terdalam dan menjadi lebih sungguh manusia. Pada dasarnya, mengasihi adalah hal yang dikehendaki oleh Sang Pencipta. Dalam hal ini, Saya tidak berbicara tentang hubungan sekilas dan dangkal, tetapi tentang kasih yang sesungguhnya, yang menjadi inti ajaran moral Yesus: "Kasihilah TuhanAllahmu dengan sepenuh hati, dengan seluruh jiwa raga, dengan seluruh akal budimu dan dengan seluruh kekuatanmu" dan " kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri" (bdk. Mrk 12:30-31). Dalam terang pemahaman ini, merenungi makna teknologi baru sungguh penting, agar kita tidak sekadar menaruh pehatian pada kemampuannya yang tak dapat diragukan itu, tetapi terutama pada kwalitas isi yang disebarkan melalui media tersebut. Saya ingin mendorong semua orang yang berkehendak baik yang sedang bergiat di lingkungan komunikasi digital masa kini untuk sungguh membaktikan diri dalam memajukan budaya menghomati, dialog dan persahabatan.
Oleh karena itu, mereka yang bergiat dalam pembuatan dan penyebaran isi media baru harus benar-benar menghormati martabat dan nilai pribadi manusia. Apabila teknologi baru dipergunakan untuk melayani kebaikan pribadi dan masyarakat, semua penggunanya akan mengelakkan tukar menukar kata dan gambar yang merendahkan umat manusia, keintiman hubungan seksual, atau yang mengeksploitasi orang lemah dan menderita.
( Media baru sebagai gelanggang berdialog)
5. Teknologi baru juga membuka jalan untuk dialog di antara orang-orang dari berbagai negara, budaya dan agama. Gelanggang digital baru yang disebut jagat maya, memungkinkan mereka untuk bertemu dan saling mengenal kebiasaan dan nilai-nilai mereka masing-masing. Perjumpaan-perjumpa an yang demikian, jika ingin berhasil guna, menuntut bentuk pengungkapan bersama yang jujur dan tepat disertai sikap mendengar dengan penuh perhatian dan penghargaan. Bila dialog bertujuan untuk memajukan pertumbuhan pengertian dan sikap setia kawan, ia harus berakar pada ikhtiar mencari kebenaran sejati dan bersama. Hidup bukanlah sekadar rangkaian peristiwa dan pengalaman. Hidup adalah sebuah pencarian kebenaran, kebaikan dan keindahan. Untuk maksud inilah maka kita membuat pilihan; untuk maksud inilah maka kita meragakan kebebasan kita, dengan maksud inilah-yakni dalam kebenaran, dalam kebaikan dan dalam keindahan-kita menemukan kebahagiaan dan sukacita. Kita tidak boleh membiarkan diri diperdaya oleh orang-orang yang memandang kita semata-mata sebagai konsumen sebuah pasar, yang dijejali dengan aneka ragam kemungkinan, yang mengubah pilihan menjadi barang, kebaruan mengganti keindahan dan pengalaman sukyektif menggantikan kebenaran.
(Persahabatan 'on-line' dan persahabatan riil)
6. Gagasan tentang persahabatan telah mendapat pemahaman baru oleh munculnya kosa kata jaringan sosial digital dalam beberapa tahun belakangan ini. Gagasan ini merupakan suatu pencapaian yang paling luhur dalam budaya manusia. Dalam dan melalui persahabatan, kita bertumbuh dan berkembang sebagai manusia. Karena itu, persahabatan yang benar harus selalu dilihat sebagai kekayaan paling besar yang dapat dialami oleh pribadi manusia. Dengan ini, kita mestinya hati-hati memandang remeh gagasan atau pengalaman persahabatan. Sungguh menyedihkan apabila hasrat untuk mempertahankan dan mengembangkan persahabatan 'on-line' mengorbankan kesempatan untuk keluarga, tetangga serta mereka yang kita jumpai dalam keseharian di tempat kerja, di tempat pendidikan dan tempat rekreasi. Apabila hasrat akan jalinan maya berubah menjadi obsesi, maka hasrat itu akan memarjinalkan pribadi dari interaksi sosial sehari-hari sekaligus menghambat pola istirahat, keheningan dan permenungan yang berguna bagi perkembangan kesehatan manusia.
7. Persahabatan adalah kekayaan terbesar manusia, tetapi nilai ulungnya bisa hilang apabila persahabatan itu dipahami sebagai tujuan itu sendiri. Sahabat harus saling mendukung dan saling memberi dorongan dalam mengembangkan bakat dan pembawaan mereka serta memanfaatkannya demi pelayanan umat manusia. Dalam konteks ini, sungguh membanggakan bila jejaring digital baru beriktiar memajukan kesetiakawanan umat manusia, damai dan keadilan, hak asasi manusia dan penghargaan terhadap hidup manusia serta kebaikan ciptaan. Jejaring ini dapat mempermudah bentuk-bentuk kerjasama antar manusia dari konteks geografis dan budaya yang berbeda serta membuat mereka mampu memperdalam rasa sepenanggungan demi kebaikan untuk semua. Karena itu, secara tegas kita harus menjamin bahwa dunia digital, dimana jejaring serupa itu dapat dibangun, adalah dunia yang sungguh terbuka untuk semua orang. Sungguh menjadi tragedi masa depan umat manusia apabila sarana baru komunikasi yang memungkinkan orang berbagi pengetahuan dan informasi dengan cara yang lebih cepat dan berdayaguna, tidak terakses oleh mereka yang terpinggirkan secara ekonomi dan sosial, atau apabila ia hanya membantu memperbesar kesenjangan yang memisahkan orang miskin dari jejaringan baru itu yang justru dikembangkan bagi pelayanan sosialisasi manusia dan penyebaran informasi.
(Pesan khusus untuk kaum muda: menginjil di dunia digital)
8. Saya bermaksud menyimpulkan pesan ini dengan menyampaikan secara khusus kepada orang muda katolik untuk mendorong mereka memberikan kesaksian iman dalam dunia digital. Saudara dan Saudari terkasih, Saya meminta kepada anda sekalian untuk memperkenalkan nilai-nilai yang melandasi hidup anda ke dalam lingkungan budaya baru yakni budaya teknologi komunikasi dan informasi. Pada awal kehidupan gereja, para rasul bersama murid-muridnya mewartakan kabar gembira tentang Yesus kepada dunia orang Yunani dan Romawi. Sudah sejak masa itu, keberhasilan karya evangelisasi menuntut perhatian yang seksama dalam memahami kebudayaan dan kebiasaan bangsa-bangsa kafir sehingga kebenaran Injil dapat menjamah hati dan pikiran mereka. Demikian juga pada masa kini, karya pewartaan Kristus dalam dunia teknologi baru menuntut suatu pengetahuan yang mendalam tentang dunia jika teknologi itu dipergunakan untuk melayani perutusan kita secara berdayaguna.
9. Kepada anda kalian, orang-orang muda, yang memiliki hubungan spontan terhadap sarana baru komunikasi, supaya bertanggungjawab terhadap evangelisasi 'benua digital' ini. Pastikan untuk mewartakan Injil ke dalam dunia jaman sekarang dengan penuh semangat. Kamu mengetahui kecemasan dan harapan mereka, cita-cita dan kekecewaan mereka. Hadiah terbesar yang dapat kalian berikan kepada mereka adalah berbagi dengan mereka "kabar gembira" Allah yang telah menjadi manusia, yang menderita, wafat dan bangkit kembali untuk menyelamatkan semua orang. Hati umat manusia sedang haus akan sebuah dunia dimana kasih meraja, dimana anugerah dibagikan dan dimana jati diri ditemukan dalam bentuk persekutuan yang saling menghargai. Iman kita mampu menjawab harapan-harapan itu. Semoga kamu menjadi bentaraNya! Ketahuilah, Bapa Suci memberkati anda dengan doa dan berkatnya
Vatikan, 24 Januari 2009, pesta Santo Fransiskus de Sales
Paus Benediktus XVI
Jumat, 15 Mei 2009
Chatting dengan Tuhan
Diambil dari Milis KAS
Sign in......
TUHAN : Kamu memanggilKu?
AKU : Memanggilmu? Tidak... Ini siapa ya?
TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.
AKU : Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN : Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.
AKU : Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikitpun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.
TUHAN : Benar sekali. Aktivitas memberimu kesibukan Tapi produktivitas memberimu hasil. Aktivitas memakan waktu, produktivitas membebaskan waktu.
AKU : Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghindarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.
TUHAN : Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu beberapa petunjuk. Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.
AKU : OKE, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisalah yang membuatnya jadi rumit.
AKU : Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?
TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
AKU : Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyak ketidakpastian.
TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.
AKU : Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.
TUHAN : Rasa sakit tidak bisa dihindari, tetapi penderitaan adalah sebuah pilihan.
AKU : Jika penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu menderita?
TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat dimurnikan tanpa api. Orang baik melewati rintangan, tanpa menderita. Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik, bukan sebaliknya.
AKU : Maksudnya pengalaman pahit itu berguna?
TUHAN : Ya. Dari segala sisi, pengalaman adalah guru yang keras. Guru pengalaman memberi ujian dulu, baru pemahamannya.
AKU : Tetapi, mengapa kami harus melalui semua ujian itu? Mengapa kami tidak dapat hidup bebas dari masalah?
TUHAN : Masalah adalah rintangan yang ditujukan untuk meningkatkan kekuatan mental. Kekuatan dari dalam diri bisa keluar melalui perjuangan dan rintangan, bukan dari berleha-leha.
AKU : Sejujurnya, di tengah segala persoalan ini, kami tidak tahu kemana harus melangkah...
TUHAN : Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah . Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi. Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati memberimu arah.
AKU : Kadang-kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan?
TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain. Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain berkejaran dengan waktu.
AKU : Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?
TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada masih berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau syukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.
AKU : Apa yang menarik dari manusia?
TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya, "Mengapa harus aku?". Jika mereka bahagia, tidak ada yang bernah bertanya, "Mengapa harus aku?"
AKU : Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya ada disini?
TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya disini. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.
AKU : Bagaimana saya bisa mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini?
TUHAN : Hadapilah masa lalumu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.
AKU : Pertanyaan terakhir, Tuhan. Seringkali saya merasa doa-doaku tidak dijawab.
TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab. Seringkali jawabannya adalah TIDAK.
AKU : Terimakasih Tuhan atas chatting yang indah ini.
TUHAN : Oke... Teguhlah dalam iman, dan buanglah rasa takut. Hidup adalah misteri untuk dipecahkan, bukan masalah untuk diselesaikan. Percayalah padaKu. Hidup itu indah jika kamu tahu cara untuk hidup.
.........TUHAN has signed out
Sign in......
TUHAN : Kamu memanggilKu?
AKU : Memanggilmu? Tidak... Ini siapa ya?
TUHAN : Ini TUHAN. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.
AKU : Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN : Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.
AKU : Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikitpun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.
TUHAN : Benar sekali. Aktivitas memberimu kesibukan Tapi produktivitas memberimu hasil. Aktivitas memakan waktu, produktivitas membebaskan waktu.
AKU : Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghindarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.
TUHAN : Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu beberapa petunjuk. Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.
AKU : OKE, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisalah yang membuatnya jadi rumit.
AKU : Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?
TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
AKU : Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyak ketidakpastian.
TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.
AKU : Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.
TUHAN : Rasa sakit tidak bisa dihindari, tetapi penderitaan adalah sebuah pilihan.
AKU : Jika penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu menderita?
TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat dimurnikan tanpa api. Orang baik melewati rintangan, tanpa menderita. Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik, bukan sebaliknya.
AKU : Maksudnya pengalaman pahit itu berguna?
TUHAN : Ya. Dari segala sisi, pengalaman adalah guru yang keras. Guru pengalaman memberi ujian dulu, baru pemahamannya.
AKU : Tetapi, mengapa kami harus melalui semua ujian itu? Mengapa kami tidak dapat hidup bebas dari masalah?
TUHAN : Masalah adalah rintangan yang ditujukan untuk meningkatkan kekuatan mental. Kekuatan dari dalam diri bisa keluar melalui perjuangan dan rintangan, bukan dari berleha-leha.
AKU : Sejujurnya, di tengah segala persoalan ini, kami tidak tahu kemana harus melangkah...
TUHAN : Jika kamu melihat keluar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah . Lihatlah ke dalam. Melihat keluar, kamu bermimpi. Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati memberimu arah.
AKU : Kadang-kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan?
TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain. Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain berkejaran dengan waktu.
AKU : Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?
TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada masih berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau syukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.
AKU : Apa yang menarik dari manusia?
TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya, "Mengapa harus aku?". Jika mereka bahagia, tidak ada yang bernah bertanya, "Mengapa harus aku?"
AKU : Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya ada disini?
TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu. Berhentilah mencari mengapa saya disini. Ciptakan tujuan itu. Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.
AKU : Bagaimana saya bisa mendapatkan yang terbaik dalam hidup ini?
TUHAN : Hadapilah masa lalumu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.
AKU : Pertanyaan terakhir, Tuhan. Seringkali saya merasa doa-doaku tidak dijawab.
TUHAN : Tidak ada doa yang tidak dijawab. Seringkali jawabannya adalah TIDAK.
AKU : Terimakasih Tuhan atas chatting yang indah ini.
TUHAN : Oke... Teguhlah dalam iman, dan buanglah rasa takut. Hidup adalah misteri untuk dipecahkan, bukan masalah untuk diselesaikan. Percayalah padaKu. Hidup itu indah jika kamu tahu cara untuk hidup.
.........TUHAN has signed out
Jumat, 01 Mei 2009
PANGGILAN, INISIATIF ALLAH DAN JAWABAN MANUSIA
"PANGGILAN, INISIATIF ALLAH DAN JAWABAN MANUSIA"
Ditulis Oleh Paus Benediktus XVI.
Thursday, 30 April 2009
Pesan Paus Benediktus XVI
Hari Minggu Doa Panggilan Sedunia ke-46
Mei 2009
Saudara-saudariku terkasih,
Bertepatan dengan Hari Doa untuk Panggilan Sedunia yang akan berlangsung pada Hari Minggu ke-4 Masa Paska, tanggal 3 Mei 2009, izinkanlah saya mengajak seluruh umat kristiani untuk merenungkan tema: "Panggilan, Inisiatif Allah dan Jawaban Manusia". Ajakan Yesus kepada murid-murid- Nya akan senantiasa berkumandang dalam Gereja, "Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Mat 9:38).
Mintalah! (Berdoalah!) . Perintah Tuhan untuk berdoa menandakan bahwa doa untuk panggilan harus dilakukan secara terus-menerus dan dengan penuh harapan. Hanya melalui doa, umat kristiani dapat "memiliki iman dan harapan yang semakin besar kepada penyelenggaraan Allah."(Sacramentum Caritatis 26).
Panggilan untuk menjalani Imamat dan Hidup Bakti merupakan anugerah Ilahi khusus di dalam rencana kasih dan penyelamatan Allah bagi seluruh umat manusia. Rasul Paulus, yang sekarang ini kita peringati 2000 tahun kelahirannya, menulis kepada umat di Efesus, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. "(Ef 1:3-4). Allah memanggil semua orang untuk menjadi kudus. Namun dalam panggilan umum kepada kekudusan itu, Allah mengundang secara khusus dan memilih beberapa orang agar hidup lebih dekat dengan Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk dijadikan pelayan dan saksi-Nya. Sang Guru Ilahi memanggil para rasul satu per satu, "untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan." (Mrk 3:14-15); dan pada gilirannya mereka memanggil murid-murid yang lain sebagai rekan yang setia dalam pelayanan Injil. Dengan cara demikian, terjadilah bahwa sepanjang perjalanan waktu, sejumlah orang yang sudah tak terhitung banyaknya, telah menanggapi panggilan Yesus dan membuka diri terhadap dorongan Roh Kudus, menjadi imam, biarawan-biarawati dan menjadi pelayan Injil seutuhnya dalam Gereja. Marilah kita bersyukur, sebab pada zaman ini pun, Tuhan masih berkenan menghimpun para pekerja untuk kebun anggur-Nya. Harus kita akui bahwa daerah-daerah tertentu di dunia ini mengalami kekurangan tenaga imam yang cukup memprihatinkan, dan aneka ragam rintangan yang menghadang Gereja. Namun kita diteguhkan oleh keyakinan bahwa yang memimpin Gereja adalah Dia, Tuhan, dan Dia mengantar Gereja menuju kepenuhan Kerajaan Allah. Dialah juga yang dengan bebas memilih dan mengajak manusia dari pelbagai budaya dan usia untuk mengikuti-Nya. Ini merupakan rahasia cinta kasih-Nya yang tak terselami.
Tugas pertama kita adalah berdoa dengan tekun sambil berikhtiar agar prakarsa ilahi yang memanggil manusia mendapat lahan yang subur dalam keluarga, dalam paroki, dalam gerakan-gerakan dan perhimpunan- perhimpunan yang aktif dalam kerasulan, dalam komunitas-komunitas religius dan dalam semua jejaring keuskupan. Kita berdoa juga agar seluruh umat kristiani semakin percaya bahwa Tuhan, `Sang Empunya Tuaian', akan terus mengundang para pekerja yang bersedia mengabdikan diri mereka seutuhnya demi keselamatan umat manusia. Sedangkan tugas orang-orang yang terpanggil ialah tetap peka terhadap suara Tuhan dan mencermati betul kehendak Allah dalam dirinya; siap mengabdikan diri pada rencana ilahi, dan memahami secara benar tuntutan panggilan Imamat dan Hidup Bakti serta menghayatinya dengan penuh rasa tanggung jawab dan penuh keyakinan.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) dengan tepat mengingatkan bahwa prakarsa bebas dari Allah membutuhkan tanggapan bebas pula dari manusia. Jawaban manusia yang positif terhadap inisiatif Allah yang memanggil, mengandaikan kesadaran manusia akan rencana Allah bagi setiap orang dan jawaban manusia atas prakarsa kasih Tuhan. Kemudian tanggapan itu bertumbuh dan berkembang hingga menjadi suatu kewajiban moral, dan suatu persembahan penuh syukur kepada Allah yang memanggil demi pelaksanaan rencana-Nya dalam sejarah manusia (bdk KGK 2062).
Melalui misteri Ekaristilah, kita memahami bagaimana prakarsa Allah yang memanggil membentuk jawaban manusia. Sebab Ekaristi, pada satu pihak, menyatakan puncak inisiatif Allah Bapa yang menganugerahkan Putra-Nya demi keselamatan manusia dan di pihak lain juga merupakan puncak dari sikap kepatuhan dan kerelaan penuh dari Yesus untuk minum `piala' kehendak Allah Bapa (Mat 26:39). Ekaristi adalah anugerah sempurna yang mewujudkan rencana kasih Allah bagi manusia sebab dalam Ekaristi, Yesus mempersembahkan diri-Nya secara bebas demi keselamatan umat manusia. Pendahulu saya yang terkasih Paus Yohanes Paulus II menulis, "Gereja telah menerima Ekaristi dari Kristus, Tuhannya, bukan sebagai salah satu dari sekian banyak pemberian, betapa pun berharganya, melainkan sebagai anugerah unggulan sebab merupakan penyerahan diri, pribadi-Nya sendiri dari kemanusiaan- Nya yang suci, di samping sebagai hadiah karya penyelamatan- Nya." (Ecclesia de Eucharistia, 11). Dan para imam telah dikaruniai tugas perutusan untuk mempersembahkan Ekaristi sepanjang zaman sebagai misteri penyelamatan sampai Tuhan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Dalam Ekaristi para imam dapat menghadirkan contoh unggul suatu "dialog panggilan" antara inisiatif bebas dari Allah Bapa dan jawaban Yesus, yang dengan penuh kepercayaan menyerahkan seluruh diri kepada kehendak Bapa-Nya. Dalam Perayaan Ekaristi itu, Kristus sendiri hadir dalam diri mereka yang Dia pilih sebagai pelayan-pelayan- Nya. Dia meneguhkan mereka agar jawaban mereka bertumbuh menjadi penyerahan dan ucapan syukur yang melenyapkan rasa takut, terutama ketika pengalaman negatif rasa takut menjadi sekian besar (bdk. Rm 8:26-30), atau ketika mereka tidak dimengerti, bahkan ketika menghadapi penganiayaan (bdk.Rm 8 :35-39).
Setiap Perayaan Ekaristi membangkitkan kesadaran dalam hati kaum beriman, terutama dalam hati para imam bahwa mereka diselamatkan oleh kasih Kristus, dan karena itu mereka memenuhi hati dengan ketaatan Kristus, yang telah menyerahkan diri bagi kita. Percaya pada Tuhan dan membuka hati untuk menerima anugerah-Nya mendorong kita menyerahkan diri kepada-Nya dengan penuh syukur sambil ikut mengambil bagian pada rencana penyelamatan. Kalau pengalaman itu terjadi, maka `orang yang terpanggil' dengan sukarela meninggalkan segalanya dan mengikut Sang Guru Ilahi, dan terjadilah dialog kasih yang mendalam antara Allah dan manusia, suatu perjumpaan yang penuh misteri antara kasih Tuhan dan kebebasan manusia, sehingga manusia menjawab dengan penuh rasa syukur, sambil mengingat sabda Yesus, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap."(Yoh 15:16).
Pengalaman kasih yang timbal balik itu antara inisiatif Allah dan tanggapan manusia menjadi nyata pula secara mengagumkan dalam panggilan untuk Hidup Bakti. Nasihat-nasihat Injil tentang kemurnian yang dipersembahkan kepada Allah, kemiskinan dan ketaatan, didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan Yesus, dan diwariskan oleh para Rasul, para Bapa Gereja, para Pengajar Iman serta Gembala Gereja. Maka nasihat-nasihat Injil itu merupakan karunia ilahi, yang oleh Gereja diterima dari Tuhannya dan selalu dipelihara dengan bantuan rahmat-Nya. (Lumen Gentium 43). Sekali lagi Yesus adalah teladan penyerahan total penuh pasrah kepada kehendak Bapa. Kepada-Nyalah hati setiap orang yang menjalani Hidup Bakti harus diarahkan. Sejak awal masa Kekristenan, banyak lelaki dan perempuan telah meninggalkan keluarga, harta milik, segala kepunyaan, dan juga cita-cita pribadinya karena tertarik oleh Yesus, dan mengikut Kristus dengan sepenuh hati dan menghayati Injil tanpa kompromi. Nasihat Injil itu bagi mereka menjadi pedoman atau tuntunan untuk menghayati hidup suci secara radikal.
Dewasa ini pun banyak orang mengambil jalan hidup menurut kesempurnaan Injili yang penuh tuntutan dan mewujudkan panggilan mereka dengan mengikrarkan nasihat-nasihat Injil. Kesaksian semua saudara-saudari kita itu, baik yang hidup dalam biara kontemplatif maupun dalam lembaga-lembaga dan kongregasi-kongrega si yang aktif dalam kerasulan, menyatakan kepada seluruh umat Allah "misteri kerajaan Allah yang tetap berkarya dalam sejarah manusia, sambil menantikan kepenuhannya di surga" (Vita Consecrata 1).
Siapakah yang merasa pantas menjadi imam? Siapakah yang dapat menjalankan cara Hidup Bakti hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri? Kalau kita sadar bahwa Allahlah yang pertama mengambil inisiatif dan Dialah yang akan menyelesaikan rencana penyelamatan, maka jawaban manusia tidak akan berupa perasaan takut seperti hamba yang malas yang karena ketakutan menguburkan talenta dalam tanah (bdk. Mat 25:14-30). Sebaliknya, dengan segera ia memenuhi panggilan Tuhan, seperti Petrus yang tanpa ragu-ragu menebarkan jala sekali lagi dengan mengandalkan sabda-Nya, sekali pun sepanjang malam ia telah bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa (Luk5:5). Itu tidak berarti melepaskan tanggung jawab pribadi. Sebaliknya jawaban bebas manusia kepada Allah merupakan suatu kerja sama yang artinya, bahwa manusia turut bertanggung jawab dalam Kristus dan bersama Kristus, dan berkat penguatan dari Roh Kristus, jawaban bebas manusia itu dijalani dalam persatuan dengan Dia yang memampukan kita menghasilkan banyak buah (bdk. Yoh 15:5).
Satu contoh jawaban yang paling tepat terhadap prakarsa panggilan dari Allah adalah "Amin" "Jadilah" yang diucapkan Perawan Maria dari Nazaret. Suatu keputusan yang bulat sekaligus penuh kerendahan hati untuk mengambil bagian pada rencana Allah yang disampaikan kepadanya oleh utusan surgawi (Luk 1:38). Berkat jawaban `ya'-nya itu, Ia telah menjadi Bunda Allah, Bunda Penebus kita. Jawaban `ya' yang pertama itu kemudian disusul oleh banyak jawaban `ya' lainnya dan kemudian berpuncak pada jawaban `ya' ketika Maria "berdiri' di bawah kaki salib Yesus" sebagaimana dicatat oleh Penginjil Yohanes. Di situ Maria menjadi `peserta" dalam penderitaan Putranya yang tak berdosa itu. Dari salib itulah, Yesus, menjelang wafat-Nya, menganugerahkan Maria menjadi Bunda kita, dan kepadanyalah Yesus mempercayakan kita sebagai putra-putrinya. (bdk. Yoh 19: 26-27), terutama sebagai Bunda para imam dan biarawan-biarawati. Kepada Bunda Maria pulalah aku ingin mempercayakan semua orang yang merasa terpanggil oleh Allah dalam menjalani hidup Imamat atau Hidup Bakti.
Sahabat-sahabatku yang terkasih, janganlah putus asa bila dihadang oleh rintangan dan keragu-raguan; serahkanlah diri kalian kepada Allah, ikutilah Yesus dengan setia, dan kalian akan menjadi saksi kebahagiaan yang terpancar dari persatuan yang mesra dengan-Nya. Maria disebut bahagia oleh sekalian bangsa karena ia telah percaya (bdk.Luk 1:48). Seturut teladannya bulatkanlah tekadmu untuk mewujudkan rencana penyelamatan Bapa yang ada di surga. Seperti Maria, peliharalah dalam hati kalian rasa hormat dan sikap menyembah kepada Dia yang berkuasa melakukan "hal-hal yang besar", sebab kuduslah nama-Nya! (bdk. Luk. 1,49).
Dari Vatikan, 20 Januari 2009.
Pemutakhiran Terakhir ( Thursday, 30 April 2009 )
Ditulis Oleh Paus Benediktus XVI.
Thursday, 30 April 2009
Pesan Paus Benediktus XVI
Hari Minggu Doa Panggilan Sedunia ke-46
Mei 2009
Saudara-saudariku terkasih,
Bertepatan dengan Hari Doa untuk Panggilan Sedunia yang akan berlangsung pada Hari Minggu ke-4 Masa Paska, tanggal 3 Mei 2009, izinkanlah saya mengajak seluruh umat kristiani untuk merenungkan tema: "Panggilan, Inisiatif Allah dan Jawaban Manusia". Ajakan Yesus kepada murid-murid- Nya akan senantiasa berkumandang dalam Gereja, "Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu." (Mat 9:38).
Mintalah! (Berdoalah!) . Perintah Tuhan untuk berdoa menandakan bahwa doa untuk panggilan harus dilakukan secara terus-menerus dan dengan penuh harapan. Hanya melalui doa, umat kristiani dapat "memiliki iman dan harapan yang semakin besar kepada penyelenggaraan Allah."(Sacramentum Caritatis 26).
Panggilan untuk menjalani Imamat dan Hidup Bakti merupakan anugerah Ilahi khusus di dalam rencana kasih dan penyelamatan Allah bagi seluruh umat manusia. Rasul Paulus, yang sekarang ini kita peringati 2000 tahun kelahirannya, menulis kepada umat di Efesus, "Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. "(Ef 1:3-4). Allah memanggil semua orang untuk menjadi kudus. Namun dalam panggilan umum kepada kekudusan itu, Allah mengundang secara khusus dan memilih beberapa orang agar hidup lebih dekat dengan Putra-Nya, Yesus Kristus, untuk dijadikan pelayan dan saksi-Nya. Sang Guru Ilahi memanggil para rasul satu per satu, "untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan." (Mrk 3:14-15); dan pada gilirannya mereka memanggil murid-murid yang lain sebagai rekan yang setia dalam pelayanan Injil. Dengan cara demikian, terjadilah bahwa sepanjang perjalanan waktu, sejumlah orang yang sudah tak terhitung banyaknya, telah menanggapi panggilan Yesus dan membuka diri terhadap dorongan Roh Kudus, menjadi imam, biarawan-biarawati dan menjadi pelayan Injil seutuhnya dalam Gereja. Marilah kita bersyukur, sebab pada zaman ini pun, Tuhan masih berkenan menghimpun para pekerja untuk kebun anggur-Nya. Harus kita akui bahwa daerah-daerah tertentu di dunia ini mengalami kekurangan tenaga imam yang cukup memprihatinkan, dan aneka ragam rintangan yang menghadang Gereja. Namun kita diteguhkan oleh keyakinan bahwa yang memimpin Gereja adalah Dia, Tuhan, dan Dia mengantar Gereja menuju kepenuhan Kerajaan Allah. Dialah juga yang dengan bebas memilih dan mengajak manusia dari pelbagai budaya dan usia untuk mengikuti-Nya. Ini merupakan rahasia cinta kasih-Nya yang tak terselami.
Tugas pertama kita adalah berdoa dengan tekun sambil berikhtiar agar prakarsa ilahi yang memanggil manusia mendapat lahan yang subur dalam keluarga, dalam paroki, dalam gerakan-gerakan dan perhimpunan- perhimpunan yang aktif dalam kerasulan, dalam komunitas-komunitas religius dan dalam semua jejaring keuskupan. Kita berdoa juga agar seluruh umat kristiani semakin percaya bahwa Tuhan, `Sang Empunya Tuaian', akan terus mengundang para pekerja yang bersedia mengabdikan diri mereka seutuhnya demi keselamatan umat manusia. Sedangkan tugas orang-orang yang terpanggil ialah tetap peka terhadap suara Tuhan dan mencermati betul kehendak Allah dalam dirinya; siap mengabdikan diri pada rencana ilahi, dan memahami secara benar tuntutan panggilan Imamat dan Hidup Bakti serta menghayatinya dengan penuh rasa tanggung jawab dan penuh keyakinan.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) dengan tepat mengingatkan bahwa prakarsa bebas dari Allah membutuhkan tanggapan bebas pula dari manusia. Jawaban manusia yang positif terhadap inisiatif Allah yang memanggil, mengandaikan kesadaran manusia akan rencana Allah bagi setiap orang dan jawaban manusia atas prakarsa kasih Tuhan. Kemudian tanggapan itu bertumbuh dan berkembang hingga menjadi suatu kewajiban moral, dan suatu persembahan penuh syukur kepada Allah yang memanggil demi pelaksanaan rencana-Nya dalam sejarah manusia (bdk KGK 2062).
Melalui misteri Ekaristilah, kita memahami bagaimana prakarsa Allah yang memanggil membentuk jawaban manusia. Sebab Ekaristi, pada satu pihak, menyatakan puncak inisiatif Allah Bapa yang menganugerahkan Putra-Nya demi keselamatan manusia dan di pihak lain juga merupakan puncak dari sikap kepatuhan dan kerelaan penuh dari Yesus untuk minum `piala' kehendak Allah Bapa (Mat 26:39). Ekaristi adalah anugerah sempurna yang mewujudkan rencana kasih Allah bagi manusia sebab dalam Ekaristi, Yesus mempersembahkan diri-Nya secara bebas demi keselamatan umat manusia. Pendahulu saya yang terkasih Paus Yohanes Paulus II menulis, "Gereja telah menerima Ekaristi dari Kristus, Tuhannya, bukan sebagai salah satu dari sekian banyak pemberian, betapa pun berharganya, melainkan sebagai anugerah unggulan sebab merupakan penyerahan diri, pribadi-Nya sendiri dari kemanusiaan- Nya yang suci, di samping sebagai hadiah karya penyelamatan- Nya." (Ecclesia de Eucharistia, 11). Dan para imam telah dikaruniai tugas perutusan untuk mempersembahkan Ekaristi sepanjang zaman sebagai misteri penyelamatan sampai Tuhan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Dalam Ekaristi para imam dapat menghadirkan contoh unggul suatu "dialog panggilan" antara inisiatif bebas dari Allah Bapa dan jawaban Yesus, yang dengan penuh kepercayaan menyerahkan seluruh diri kepada kehendak Bapa-Nya. Dalam Perayaan Ekaristi itu, Kristus sendiri hadir dalam diri mereka yang Dia pilih sebagai pelayan-pelayan- Nya. Dia meneguhkan mereka agar jawaban mereka bertumbuh menjadi penyerahan dan ucapan syukur yang melenyapkan rasa takut, terutama ketika pengalaman negatif rasa takut menjadi sekian besar (bdk. Rm 8:26-30), atau ketika mereka tidak dimengerti, bahkan ketika menghadapi penganiayaan (bdk.Rm 8 :35-39).
Setiap Perayaan Ekaristi membangkitkan kesadaran dalam hati kaum beriman, terutama dalam hati para imam bahwa mereka diselamatkan oleh kasih Kristus, dan karena itu mereka memenuhi hati dengan ketaatan Kristus, yang telah menyerahkan diri bagi kita. Percaya pada Tuhan dan membuka hati untuk menerima anugerah-Nya mendorong kita menyerahkan diri kepada-Nya dengan penuh syukur sambil ikut mengambil bagian pada rencana penyelamatan. Kalau pengalaman itu terjadi, maka `orang yang terpanggil' dengan sukarela meninggalkan segalanya dan mengikut Sang Guru Ilahi, dan terjadilah dialog kasih yang mendalam antara Allah dan manusia, suatu perjumpaan yang penuh misteri antara kasih Tuhan dan kebebasan manusia, sehingga manusia menjawab dengan penuh rasa syukur, sambil mengingat sabda Yesus, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap."(Yoh 15:16).
Pengalaman kasih yang timbal balik itu antara inisiatif Allah dan tanggapan manusia menjadi nyata pula secara mengagumkan dalam panggilan untuk Hidup Bakti. Nasihat-nasihat Injil tentang kemurnian yang dipersembahkan kepada Allah, kemiskinan dan ketaatan, didasarkan pada sabda dan teladan Tuhan Yesus, dan diwariskan oleh para Rasul, para Bapa Gereja, para Pengajar Iman serta Gembala Gereja. Maka nasihat-nasihat Injil itu merupakan karunia ilahi, yang oleh Gereja diterima dari Tuhannya dan selalu dipelihara dengan bantuan rahmat-Nya. (Lumen Gentium 43). Sekali lagi Yesus adalah teladan penyerahan total penuh pasrah kepada kehendak Bapa. Kepada-Nyalah hati setiap orang yang menjalani Hidup Bakti harus diarahkan. Sejak awal masa Kekristenan, banyak lelaki dan perempuan telah meninggalkan keluarga, harta milik, segala kepunyaan, dan juga cita-cita pribadinya karena tertarik oleh Yesus, dan mengikut Kristus dengan sepenuh hati dan menghayati Injil tanpa kompromi. Nasihat Injil itu bagi mereka menjadi pedoman atau tuntunan untuk menghayati hidup suci secara radikal.
Dewasa ini pun banyak orang mengambil jalan hidup menurut kesempurnaan Injili yang penuh tuntutan dan mewujudkan panggilan mereka dengan mengikrarkan nasihat-nasihat Injil. Kesaksian semua saudara-saudari kita itu, baik yang hidup dalam biara kontemplatif maupun dalam lembaga-lembaga dan kongregasi-kongrega si yang aktif dalam kerasulan, menyatakan kepada seluruh umat Allah "misteri kerajaan Allah yang tetap berkarya dalam sejarah manusia, sambil menantikan kepenuhannya di surga" (Vita Consecrata 1).
Siapakah yang merasa pantas menjadi imam? Siapakah yang dapat menjalankan cara Hidup Bakti hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri? Kalau kita sadar bahwa Allahlah yang pertama mengambil inisiatif dan Dialah yang akan menyelesaikan rencana penyelamatan, maka jawaban manusia tidak akan berupa perasaan takut seperti hamba yang malas yang karena ketakutan menguburkan talenta dalam tanah (bdk. Mat 25:14-30). Sebaliknya, dengan segera ia memenuhi panggilan Tuhan, seperti Petrus yang tanpa ragu-ragu menebarkan jala sekali lagi dengan mengandalkan sabda-Nya, sekali pun sepanjang malam ia telah bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa (Luk5:5). Itu tidak berarti melepaskan tanggung jawab pribadi. Sebaliknya jawaban bebas manusia kepada Allah merupakan suatu kerja sama yang artinya, bahwa manusia turut bertanggung jawab dalam Kristus dan bersama Kristus, dan berkat penguatan dari Roh Kristus, jawaban bebas manusia itu dijalani dalam persatuan dengan Dia yang memampukan kita menghasilkan banyak buah (bdk. Yoh 15:5).
Satu contoh jawaban yang paling tepat terhadap prakarsa panggilan dari Allah adalah "Amin" "Jadilah" yang diucapkan Perawan Maria dari Nazaret. Suatu keputusan yang bulat sekaligus penuh kerendahan hati untuk mengambil bagian pada rencana Allah yang disampaikan kepadanya oleh utusan surgawi (Luk 1:38). Berkat jawaban `ya'-nya itu, Ia telah menjadi Bunda Allah, Bunda Penebus kita. Jawaban `ya' yang pertama itu kemudian disusul oleh banyak jawaban `ya' lainnya dan kemudian berpuncak pada jawaban `ya' ketika Maria "berdiri' di bawah kaki salib Yesus" sebagaimana dicatat oleh Penginjil Yohanes. Di situ Maria menjadi `peserta" dalam penderitaan Putranya yang tak berdosa itu. Dari salib itulah, Yesus, menjelang wafat-Nya, menganugerahkan Maria menjadi Bunda kita, dan kepadanyalah Yesus mempercayakan kita sebagai putra-putrinya. (bdk. Yoh 19: 26-27), terutama sebagai Bunda para imam dan biarawan-biarawati. Kepada Bunda Maria pulalah aku ingin mempercayakan semua orang yang merasa terpanggil oleh Allah dalam menjalani hidup Imamat atau Hidup Bakti.
Sahabat-sahabatku yang terkasih, janganlah putus asa bila dihadang oleh rintangan dan keragu-raguan; serahkanlah diri kalian kepada Allah, ikutilah Yesus dengan setia, dan kalian akan menjadi saksi kebahagiaan yang terpancar dari persatuan yang mesra dengan-Nya. Maria disebut bahagia oleh sekalian bangsa karena ia telah percaya (bdk.Luk 1:48). Seturut teladannya bulatkanlah tekadmu untuk mewujudkan rencana penyelamatan Bapa yang ada di surga. Seperti Maria, peliharalah dalam hati kalian rasa hormat dan sikap menyembah kepada Dia yang berkuasa melakukan "hal-hal yang besar", sebab kuduslah nama-Nya! (bdk. Luk. 1,49).
Dari Vatikan, 20 Januari 2009.
Pemutakhiran Terakhir ( Thursday, 30 April 2009 )
Rabu, 29 April 2009
ADA ULAT, KEPOMPONG DAN KUPU-KUPU DI DALAM GEREJA
Label:
peristiwa
ADA ULAT, KEPOMPONG DAN KUPU-KUPU DI DALAM GEREJA
Pagi itu matahari bersinar dengan indahnya menyambut Kebangkitan Tuhan Yesus. Wajah anak-anak pun terlihat sangat gembira.
Ya…. Karena hari itu adalah Perayaan Paskah Anak-anak 2009. Tema Paskah Anak-anak kali ini adalah : Ayo Bangkit Bersama Kristus
Sebelum misa dimulai, pukul 07.10 WIB Kak Lina meyapa dan mengajak anak-anak untuk duduk di bangku yang bertuliskan “ untuk anak”, kemudian tiba-tiba dari arah pintu sakristi muncullah tokoh karun idola anak-anak yaitu Donald Bebek dan anak-anak pun segera berebutan enyalami. Lalu Kak Lina memberitahukan kepada anak-anak bahwa sebentar lagi 2 orang Frater yaitu Frater Budi dan Frater Sipri beserta 2 orang Kakak Mudika yaitu Kak Maxi dan Kak Gayuh akan bercerita mengenai persahabata dengan boneka tangan.
Kira-kiran pukul 07.25 WIB misa pun dimulai dipimpin oleh Rm. Albertus Agus Ariestyanto, MSF. Diawali dengan 4 penari dari Lingkungan St. Philipus I mulai dari depan Perpustakaan diikuti oleh rombongan perarakan menuju ke altar. Para penari adlaah Adik Ana, Tika, Sherly dan Chika. Lagu pembukaan oleh SD Sang Timur.Setelah doa pembukaan, adik Anna Marchelia dari Lingkungan aria Goretti II Wil. G bertugas sebagai lektor bacaan I dan sebagai pemazmur adalah adik Auryn Putri Catherina dari Lingkungan St. Linus II Wil. D.
Sebelu homili, adik Hendra dari lingkungan St. Linus II Wil. D dengan suara cukup lantang membaca puisi dengan judul ”Dunia Anak Bukan Dunia Dewasa”, yang menceritakan tentang dunia anak yang penuh dengan kepolosan, fantasi, kasih sayang, biarlah anak berkembang sesuai dengan usianya, jangan hitamkan dunia anak dengan rasa ego, kekerasan dan kebohongan. Setelah itu adik Hendra dengan suara emasnya menyanyikan lagu ” Semua Baik”
Dala homili 2 orang anak dari lingkuangn Philipus I yaitu Brigitta dan Vento bertanya kepada Frater : Mengapa Paskah selalu ada telur? Dan Frater pun menjawab : Kulit telur biasanya mudah pecah itu diibaratkan hati kita yang selalu mudah tergoda untuk berbuat dosa, sedangkan putih dan kuning telur diibaratkan lambang kehidupan, maksudnya Tuhan Yesus telah menebus dosa kita dengan wafat di kayu salib sehingga kita pun lahir menjadi penggati Yesus? Petrus artinya Batu Karang, ia dipilih karena mempunyai sifat ketegasan yang sesuai sebagai pemimpin. Kemudian Rm. Agus emberikan kesipulannya : Kita diibaratkan seperti ulat yang penuh dengan dosa : Jelek, merusak tanaman dan menjijikan lalu Tuhan Yesus enebus semuanya dan jadilah kita seperti kupu-kupu yang indah. Itulah sebabnya mengapa gereja kita dihiasi dengan ulat, kepopong dan kupu-kupu. Pada akhir homili Rm. Agus mengajak anak-anak untuk bersama-sama enyanyikan lagu Kepompong dan anak-anakpun antusiasbernyanyi bersama.
Sesudah syahadat, doa umat dibacakan oleh 2 orang anak dari Wilayah G, Cosmas dan Tasya, mereka membacanya bukan di atas podium melainkan di depan podium. Petugas persembahan terdiri dari 7 anak dari lingkungan St. Yusuf Liman Wil. G dengan pembaca doa adik Andini dan diawali dengan tarian persembahan. Semua anak yang bertugas sebagai lektor sampai tarian persembahan memakai adat Jawa, sehingga mereka pun terlihat cakep dan manis.
Setelah misa selesai, Kak Nona dari PIA mengajak anak-anak agar mengikutiRm. Agus bersaa Donald Bebek enuju ke labirin Kejujuran untuk mendapatkan paket Paskah. Adapun labirin kejujuran adalah untuk mengajarkan anak agar berbuat jujur dengan mendapatkan paket paskah tiap anak diberi satu, dan setelah mendapatkan paket Paskah anak-anak pun tangannya dicap seperti jika hendak masuk Dufan. Sisa paket Paskah dihadiakan ke PantiASuhan supaya mereka juga merasakan Paskahan bersama.
Oya, Kak Ria lupa....., ada yang ketinggalan nich,a da kelompok Drum Band dari TK Fatima yang menghibur kita semua sewaktu anak-anak enuju ke labirin, permainan mereka sangat memukau dan luar biasa.
Setelah anak-anak mendapatkan paket Paskah, sebagian anak-anak menuju ke FUN GAME EASTER mereka akan mengikuti loba. Lobanya ada 3 yaitu memancing telur, makan telur dan Puzzle.
Naah itulah sekelumit cerita tentang Paskah Anak-Anak 2009, tak lupa kami pengurus PIA mengucapakan terimakasih kepada :
Rm. Albertus Agus Ariestyanto, MSF. ;Fr. Budi, MSF. ; Fr. Sipri, SF. Dewan Paroki, para donatur, Bapak dan Ibu Sutedjo selaku pimpinan Cake and Bakery Virgin, dalam kerjasaanya membantu PIA, teman-teman Mudika, Koor SD Sang Timur, Drum Band TK Fatima serta adik-adik yang bertugas dalam liturgi, semoga Tuhan Yesus selalu memberkati serta membalas budi baik Anda semua.
Tuhan Yesus memberkati, Shallom....
Kak Ria...
DUNIA ANAK, BUKAN DUNIA DEWASA
DUNIA ANAK, BUKAN DUNIA DEWASA
BUKAN DUNIA YANG PENUH TIPU MUSLIHAT
BUKAN DUNIA YANG PENUH AMARAH
BUKAN DUNIA YANG PENUH PERILAKU SETAN
DUNIA ANAK, BUKAN DUNIA DEWASA
DUNIA YANG PENUH KEPOLOSAN
DUNIA YANG PENUH FANTASI
DUNIA YANG PENUH KASIH SAYANG
DUNIA ANAK, BUKAN DUNIA DEWASA
JANGAN RASUKI DUNIA ANAK DENGAN DUNIA DEWASA
JANGAN PAKSAKAN DUNIA ANAK DENGAN EGO DEWASA
JANGAN LUNTURKAN DUNIA ANAK DENGAN KEKERASAN
JANGAN HITAMKAN DUNIA ANAK DENGAN KEBOHONGAN
DUNIA ANAK ADALAH WARNA DUNIA DEWASA KELAK
BILA DUNIA ANAK TERLUMURI DUNIA DEWASA YANG KELABU
BILA DUNIA ANAK TERPAPAR DUNIA DEWASA YANG KEJAM
BILA DUNIA ANAK TERNODAI DUNIA DEWASA YANG PICIK
KELAK WARNA DUNIANYA AKAN TERUS SURAM
*****
Pagi itu matahari bersinar dengan indahnya menyambut Kebangkitan Tuhan Yesus. Wajah anak-anak pun terlihat sangat gembira.
Ya…. Karena hari itu adalah Perayaan Paskah Anak-anak 2009. Tema Paskah Anak-anak kali ini adalah : Ayo Bangkit Bersama Kristus
Sebelum misa dimulai, pukul 07.10 WIB Kak Lina meyapa dan mengajak anak-anak untuk duduk di bangku yang bertuliskan “ untuk anak”, kemudian tiba-tiba dari arah pintu sakristi muncullah tokoh karun idola anak-anak yaitu Donald Bebek dan anak-anak pun segera berebutan enyalami. Lalu Kak Lina memberitahukan kepada anak-anak bahwa sebentar lagi 2 orang Frater yaitu Frater Budi dan Frater Sipri beserta 2 orang Kakak Mudika yaitu Kak Maxi dan Kak Gayuh akan bercerita mengenai persahabata dengan boneka tangan.
Kira-kiran pukul 07.25 WIB misa pun dimulai dipimpin oleh Rm. Albertus Agus Ariestyanto, MSF. Diawali dengan 4 penari dari Lingkungan St. Philipus I mulai dari depan Perpustakaan diikuti oleh rombongan perarakan menuju ke altar. Para penari adlaah Adik Ana, Tika, Sherly dan Chika. Lagu pembukaan oleh SD Sang Timur.Setelah doa pembukaan, adik Anna Marchelia dari Lingkungan aria Goretti II Wil. G bertugas sebagai lektor bacaan I dan sebagai pemazmur adalah adik Auryn Putri Catherina dari Lingkungan St. Linus II Wil. D.
Sebelu homili, adik Hendra dari lingkungan St. Linus II Wil. D dengan suara cukup lantang membaca puisi dengan judul ”Dunia Anak Bukan Dunia Dewasa”, yang menceritakan tentang dunia anak yang penuh dengan kepolosan, fantasi, kasih sayang, biarlah anak berkembang sesuai dengan usianya, jangan hitamkan dunia anak dengan rasa ego, kekerasan dan kebohongan. Setelah itu adik Hendra dengan suara emasnya menyanyikan lagu ” Semua Baik”
Dala homili 2 orang anak dari lingkuangn Philipus I yaitu Brigitta dan Vento bertanya kepada Frater : Mengapa Paskah selalu ada telur? Dan Frater pun menjawab : Kulit telur biasanya mudah pecah itu diibaratkan hati kita yang selalu mudah tergoda untuk berbuat dosa, sedangkan putih dan kuning telur diibaratkan lambang kehidupan, maksudnya Tuhan Yesus telah menebus dosa kita dengan wafat di kayu salib sehingga kita pun lahir menjadi penggati Yesus? Petrus artinya Batu Karang, ia dipilih karena mempunyai sifat ketegasan yang sesuai sebagai pemimpin. Kemudian Rm. Agus emberikan kesipulannya : Kita diibaratkan seperti ulat yang penuh dengan dosa : Jelek, merusak tanaman dan menjijikan lalu Tuhan Yesus enebus semuanya dan jadilah kita seperti kupu-kupu yang indah. Itulah sebabnya mengapa gereja kita dihiasi dengan ulat, kepopong dan kupu-kupu. Pada akhir homili Rm. Agus mengajak anak-anak untuk bersama-sama enyanyikan lagu Kepompong dan anak-anakpun antusiasbernyanyi bersama.
Sesudah syahadat, doa umat dibacakan oleh 2 orang anak dari Wilayah G, Cosmas dan Tasya, mereka membacanya bukan di atas podium melainkan di depan podium. Petugas persembahan terdiri dari 7 anak dari lingkungan St. Yusuf Liman Wil. G dengan pembaca doa adik Andini dan diawali dengan tarian persembahan. Semua anak yang bertugas sebagai lektor sampai tarian persembahan memakai adat Jawa, sehingga mereka pun terlihat cakep dan manis.
Setelah misa selesai, Kak Nona dari PIA mengajak anak-anak agar mengikutiRm. Agus bersaa Donald Bebek enuju ke labirin Kejujuran untuk mendapatkan paket Paskah. Adapun labirin kejujuran adalah untuk mengajarkan anak agar berbuat jujur dengan mendapatkan paket paskah tiap anak diberi satu, dan setelah mendapatkan paket Paskah anak-anak pun tangannya dicap seperti jika hendak masuk Dufan. Sisa paket Paskah dihadiakan ke PantiASuhan supaya mereka juga merasakan Paskahan bersama.
Oya, Kak Ria lupa....., ada yang ketinggalan nich,a da kelompok Drum Band dari TK Fatima yang menghibur kita semua sewaktu anak-anak enuju ke labirin, permainan mereka sangat memukau dan luar biasa.
Setelah anak-anak mendapatkan paket Paskah, sebagian anak-anak menuju ke FUN GAME EASTER mereka akan mengikuti loba. Lobanya ada 3 yaitu memancing telur, makan telur dan Puzzle.
Naah itulah sekelumit cerita tentang Paskah Anak-Anak 2009, tak lupa kami pengurus PIA mengucapakan terimakasih kepada :
Rm. Albertus Agus Ariestyanto, MSF. ;Fr. Budi, MSF. ; Fr. Sipri, SF. Dewan Paroki, para donatur, Bapak dan Ibu Sutedjo selaku pimpinan Cake and Bakery Virgin, dalam kerjasaanya membantu PIA, teman-teman Mudika, Koor SD Sang Timur, Drum Band TK Fatima serta adik-adik yang bertugas dalam liturgi, semoga Tuhan Yesus selalu memberkati serta membalas budi baik Anda semua.
Tuhan Yesus memberkati, Shallom....
Kak Ria...
DUNIA ANAK, BUKAN DUNIA DEWASA
DUNIA ANAK, BUKAN DUNIA DEWASA
BUKAN DUNIA YANG PENUH TIPU MUSLIHAT
BUKAN DUNIA YANG PENUH AMARAH
BUKAN DUNIA YANG PENUH PERILAKU SETAN
DUNIA ANAK, BUKAN DUNIA DEWASA
DUNIA YANG PENUH KEPOLOSAN
DUNIA YANG PENUH FANTASI
DUNIA YANG PENUH KASIH SAYANG
DUNIA ANAK, BUKAN DUNIA DEWASA
JANGAN RASUKI DUNIA ANAK DENGAN DUNIA DEWASA
JANGAN PAKSAKAN DUNIA ANAK DENGAN EGO DEWASA
JANGAN LUNTURKAN DUNIA ANAK DENGAN KEKERASAN
JANGAN HITAMKAN DUNIA ANAK DENGAN KEBOHONGAN
DUNIA ANAK ADALAH WARNA DUNIA DEWASA KELAK
BILA DUNIA ANAK TERLUMURI DUNIA DEWASA YANG KELABU
BILA DUNIA ANAK TERPAPAR DUNIA DEWASA YANG KEJAM
BILA DUNIA ANAK TERNODAI DUNIA DEWASA YANG PICIK
KELAK WARNA DUNIANYA AKAN TERUS SURAM
*****
Selasa, 21 April 2009
Agenda Bulan Mei 2009
Label:
program
Tanggal - Hari - Acara
2 - Sabtu-Minggu -- MINGGU PANGGILAN
3 - Minggu -- Pertemuan Bidang Yanmas, Bangsal, 10.00
-- Rapat Dewan Harian, Bangsal, 19.00
4 - Senin -- Pertemuan Ibu-ibu Paroki
-- Novena Santo Paulus, Gereja, 17.30
5 - Selasa -- Pertemuan Prodiakon Bangsal
6 - Rabu -- Pertemuan KKS, Bangsal, 19.00
-- Latihan Rutin Lektor, Gereja, 19.00
7 - Kamis -- Pertemuan Timja Promosi Panggilan, Bangsal, 19.00
8 - Jumat
9 - Sabtu -- Jalan sehat pembukaan HUT
Gereja
10- Minggu
11- Senin -- Novena Santo Paulus, Gereja, 17.30
12- Selasa
13- Rabu -- Latihan Rutin Lektor, Gereja, 19.00
14- Kamis
15- Jumat -- Pertemuan Bidang Litbang, Bangsal, 19.00
16- Sabtu -- Out bond PIR
17- Minggu -- Out bond PIR
-- Pertemuan Warakawuri Bangsal
18- Senin -- Novena Santo Paulus, Gereja, 17.30
19- Selasa
20- Rabu -- Latihan Rutin Lektor, Gereja, 19.00
21- Kamis -- Kenaikan Tuhan Yesus Misa seperti hari minggu
-- Pertemuan Ketua Wilayah Bangsal, 19.00
22- Jumat -- Pertemuan Katekis Bangsal, 19.00
23- Sabtu
24- Minggu -- Misa Anak Gereja 07.30
-- Ziarah Ibu-ibu Paroki
25- Senin -- Novena Santo Paulus 6 Gereja, 17.30
26- Selasa
27- Rabu -- Latihan Rutin Lektor, Gereja, 19.00
28- Kamis
29- Jumat
30- Sabtu -- Hari Raya Pentakosta
31- Minggu -- Misa Kaum Muda
2 - Sabtu-Minggu -- MINGGU PANGGILAN
3 - Minggu -- Pertemuan Bidang Yanmas, Bangsal, 10.00
-- Rapat Dewan Harian, Bangsal, 19.00
4 - Senin -- Pertemuan Ibu-ibu Paroki
-- Novena Santo Paulus, Gereja, 17.30
5 - Selasa -- Pertemuan Prodiakon Bangsal
6 - Rabu -- Pertemuan KKS, Bangsal, 19.00
-- Latihan Rutin Lektor, Gereja, 19.00
7 - Kamis -- Pertemuan Timja Promosi Panggilan, Bangsal, 19.00
8 - Jumat
9 - Sabtu -- Jalan sehat pembukaan HUT
Gereja
10- Minggu
11- Senin -- Novena Santo Paulus, Gereja, 17.30
12- Selasa
13- Rabu -- Latihan Rutin Lektor, Gereja, 19.00
14- Kamis
15- Jumat -- Pertemuan Bidang Litbang, Bangsal, 19.00
16- Sabtu -- Out bond PIR
17- Minggu -- Out bond PIR
-- Pertemuan Warakawuri Bangsal
18- Senin -- Novena Santo Paulus, Gereja, 17.30
19- Selasa
20- Rabu -- Latihan Rutin Lektor, Gereja, 19.00
21- Kamis -- Kenaikan Tuhan Yesus Misa seperti hari minggu
-- Pertemuan Ketua Wilayah Bangsal, 19.00
22- Jumat -- Pertemuan Katekis Bangsal, 19.00
23- Sabtu
24- Minggu -- Misa Anak Gereja 07.30
-- Ziarah Ibu-ibu Paroki
25- Senin -- Novena Santo Paulus 6 Gereja, 17.30
26- Selasa
27- Rabu -- Latihan Rutin Lektor, Gereja, 19.00
28- Kamis
29- Jumat
30- Sabtu -- Hari Raya Pentakosta
31- Minggu -- Misa Kaum Muda
Senin, 23 Maret 2009
Pandanglah Wajah Allah!
Label:
bina iman
Kotbah Minggu Prapaskah IV
Bacaan I : 2 Tawarikh 36 : 14-16,19-23.
“Murka dan belas kasih Tuhan dinyatkan dalam pembuangan dan pembebasan Israel”
Bacaan II : Efesus 2: 4-10
“Kita mati karena dosa, tetapi diselamatkan oleh rahmat”
Bacaan Injil : Yohanes 3: 14-21.
Allah mengutus PuteranNya untuk menyelamatkan dunia”
Judul Kotbah : Pandanglah Wajah Allah!
A.Ilustrasi:
Dua orang tukang bangunan pada hari itu mendapat tempat tugas yang berbeda. Yang satu bekerja di bawah: mengaduk semen, menyiapkan batu bata, kayu dll. Sedangkan yang ke dua bekerja diatas: memasang kuda-kuda, genting dll. Nah suatu ketika tukang yang bekerja diatas pingin memotong kayu tetapi gergajinya ketinggalan dibawah. Maka dia ingin minta bantuan temannya yang ada di bawah. Maka dia teriak-teriak dari atas minta tolong supaya temannya itu mengambilkan gergaji. Tetapi karna teman yang dibawah terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia tidak mendengar suara teman yang ada diatas itu. Tukang yang diatas tidak putus asa. Dia coba berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian temannya yang ada dibawah tersebut. Maka dia pikir “ Ah aku lemparkan saja uang didekat temanku itu. Kalau ia tahu ada uang jatuh didekatnya, dia pasti akan mencari tahu dari mana jatuhnya uang itu” Maka dengan penuh keyakinan dia melemparkan uang kedekat temannya itu. Tetapi apa yang terjadi. Ketika teman yang dibawah itu menemukan uang itu, ia bukannya mencari tahu siapa pemilik uang itu, dari mana asalnya. Eh malah… dengan diam-diam dimasukan dalam uang sakunya. Dia makin menyibukan diri supaya tidak ada yang mengira bahwa ia telah menemukan uang. Dalam hati ia berkata “lumayan nemu uang moga-moga tidak ada yang mencari…. Asyik”. Nah melihat hal ini tukang yang diatas jengkel, wah gimana ya caranya supaya ia mau mendengarkan suaraku. Dia tiba-tiba dapat ide. Dilemparnya tukang yang dibawah dengan pecahan genting. Dan melemparnya persis diarahkan kebagian kepala. Dan betul lemparan itu kena sasaran. Kena kepala tukang yang dibawah. Tukang yang dibawah begitu kena lemparan dikepala langsung bereaksi marah-marah. “Kurang ajar… siapa yang melempar kepalaku dengan batu. Awas tak sikat. Sambil nyari dari mana arah lemparan batu itu dan siapa yang melempar batu itu. Dan setelah ketemu, Ia teriak Eh brengsek lu ya…! Kurang kerjaan. Ngapain lu lempar batu ke kepalaku….Hah?? Pokoknya emosi banget. Tetapi teman yang diatas malah ketawa… Ha..ha… akhirnya aku berhasil menarik perhatianmu. Dari tadi aku mau minta tolong supaya kamu mengambilkan gergaji. Tetapi kamu terlalu sibuk dengan urusanmu. Berbagai macam cara sudah kutempuh untuk menarik perhatianmu. Aku teriak kamu tidak dengar. Kulempar dengan uang juga tidak berhasil. Setelah kulempar dengan batu kamu baru memalingkan mukamu kepada ku.
B.Pesan Ilustrasi:
Demikian juga dengan hidup kita. Betapa Allah ingin menyapa kita, mengungkapkan cintanya kepada kita. Tapi kerap kali kita tidak mau mendengarnya. Kita lebih suka sibuk dengan diri kita sendiri, dengan kesenangan-kesenangan kita. Kita baru memalingkan muka kepada Tuhan ketika kepala kita dilempar batu. Ketika kita kesakitan, menderita, mengalami kesulitan.
C.Relevansinya dengan bacaan-bacaan hari ini
Hal yang sama juga dialami oleh bangsa Israel, seperti yang dikisahkan dalam bacaan pertama. Disana dikatakan “ Tuhan, Allah nenek moyang mereka berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusanNya, karna Ia sayang kepada umatNya dan tempat kediamanNya. Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firmaNya dan mengejek nabi-nabinya.” Allah sangat menyayangi mereka, tetapi mereka tidak mau menganggapi cinta kasih Allah. Maka Allah menempuh cara lain untuk menarik perhatian Israel. Allah menggunakan musuh Israel untuk memukul Israel. Tembok Yerusalem dirobohkan, isi kota dibakar dan dimusnahkan, penduduknya dibuang dan ditawan dinegara asing, dijadikan budak. Cara ini rupanya sangat mujarab untuk membuat Israel kembali berpaling kepada Allah. Betapa sering dalam hidup kita, kita seperti Israel. Kita baru berpaling dan bertobat setelah hidup kita “dilempar oleh Allah”. Yang jelas kisah Israel ini memberi pesan pokok betapa Allah ingin supaya umatNya selalu memandang cinta kasihNya. Allah tidak ingin umat berpaling daripadanya. Memandang cinta kasih Allah adalah keselamatan dan memalingkan wajah dari Allah adalah kehancuran. Oleh karena itupulalah maka Allah berkenan untuk meninggikan PutraNya, supaya orang yang memandang dan percaya kepadaNya akan memperoleh hidup yang kekal. Dengan memandang Putranya, Allah ingin supaya manusia hidup dalam terang dan tidak hidup dalam kegelapan.Inilah pesan pokok yang disampaikan oleh Yohanes dalam bacaan Injil.
D.Relevansinya bagi hidup kita.
Masa Prapaskah ini adalah masa yang istimewa bagi kita untuk mengarahkan atau memfokuskan perhatian kita kepada Allah. 40 hari diberikan kepada kita, supaya kita eling betapa Allah itu mencintai hidup kita. Maka selama masa prapaskah ini ada jalan saib, Pengakuan dosa, Pertemuan APP, Pantang dan Puasa. Sudahkah kita menggunakan semua kesempatan ini untuk mengembangkan kesadaran akan cinta Allah dalam hidup kita. Atau Kita malah menyia-nyiakannya, tetap sibuk dengan kesenangan diri kita? Atau barangkali kita menunggu sampai Allah melempar kepala kita sehingga kita baru memalingkan wajah kita kepadaNya. Tuhan memberkati.
Romo Agus Ariestiyanto, MSF
Bacaan I : 2 Tawarikh 36 : 14-16,19-23.
“Murka dan belas kasih Tuhan dinyatkan dalam pembuangan dan pembebasan Israel”
Bacaan II : Efesus 2: 4-10
“Kita mati karena dosa, tetapi diselamatkan oleh rahmat”
Bacaan Injil : Yohanes 3: 14-21.
Allah mengutus PuteranNya untuk menyelamatkan dunia”
Judul Kotbah : Pandanglah Wajah Allah!
A.Ilustrasi:
Dua orang tukang bangunan pada hari itu mendapat tempat tugas yang berbeda. Yang satu bekerja di bawah: mengaduk semen, menyiapkan batu bata, kayu dll. Sedangkan yang ke dua bekerja diatas: memasang kuda-kuda, genting dll. Nah suatu ketika tukang yang bekerja diatas pingin memotong kayu tetapi gergajinya ketinggalan dibawah. Maka dia ingin minta bantuan temannya yang ada di bawah. Maka dia teriak-teriak dari atas minta tolong supaya temannya itu mengambilkan gergaji. Tetapi karna teman yang dibawah terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Dia tidak mendengar suara teman yang ada diatas itu. Tukang yang diatas tidak putus asa. Dia coba berpikir apa yang bisa dilakukan untuk menarik perhatian temannya yang ada dibawah tersebut. Maka dia pikir “ Ah aku lemparkan saja uang didekat temanku itu. Kalau ia tahu ada uang jatuh didekatnya, dia pasti akan mencari tahu dari mana jatuhnya uang itu” Maka dengan penuh keyakinan dia melemparkan uang kedekat temannya itu. Tetapi apa yang terjadi. Ketika teman yang dibawah itu menemukan uang itu, ia bukannya mencari tahu siapa pemilik uang itu, dari mana asalnya. Eh malah… dengan diam-diam dimasukan dalam uang sakunya. Dia makin menyibukan diri supaya tidak ada yang mengira bahwa ia telah menemukan uang. Dalam hati ia berkata “lumayan nemu uang moga-moga tidak ada yang mencari…. Asyik”. Nah melihat hal ini tukang yang diatas jengkel, wah gimana ya caranya supaya ia mau mendengarkan suaraku. Dia tiba-tiba dapat ide. Dilemparnya tukang yang dibawah dengan pecahan genting. Dan melemparnya persis diarahkan kebagian kepala. Dan betul lemparan itu kena sasaran. Kena kepala tukang yang dibawah. Tukang yang dibawah begitu kena lemparan dikepala langsung bereaksi marah-marah. “Kurang ajar… siapa yang melempar kepalaku dengan batu. Awas tak sikat. Sambil nyari dari mana arah lemparan batu itu dan siapa yang melempar batu itu. Dan setelah ketemu, Ia teriak Eh brengsek lu ya…! Kurang kerjaan. Ngapain lu lempar batu ke kepalaku….Hah?? Pokoknya emosi banget. Tetapi teman yang diatas malah ketawa… Ha..ha… akhirnya aku berhasil menarik perhatianmu. Dari tadi aku mau minta tolong supaya kamu mengambilkan gergaji. Tetapi kamu terlalu sibuk dengan urusanmu. Berbagai macam cara sudah kutempuh untuk menarik perhatianmu. Aku teriak kamu tidak dengar. Kulempar dengan uang juga tidak berhasil. Setelah kulempar dengan batu kamu baru memalingkan mukamu kepada ku.
B.Pesan Ilustrasi:
Demikian juga dengan hidup kita. Betapa Allah ingin menyapa kita, mengungkapkan cintanya kepada kita. Tapi kerap kali kita tidak mau mendengarnya. Kita lebih suka sibuk dengan diri kita sendiri, dengan kesenangan-kesenangan kita. Kita baru memalingkan muka kepada Tuhan ketika kepala kita dilempar batu. Ketika kita kesakitan, menderita, mengalami kesulitan.
C.Relevansinya dengan bacaan-bacaan hari ini
Hal yang sama juga dialami oleh bangsa Israel, seperti yang dikisahkan dalam bacaan pertama. Disana dikatakan “ Tuhan, Allah nenek moyang mereka berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusanNya, karna Ia sayang kepada umatNya dan tempat kediamanNya. Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firmaNya dan mengejek nabi-nabinya.” Allah sangat menyayangi mereka, tetapi mereka tidak mau menganggapi cinta kasih Allah. Maka Allah menempuh cara lain untuk menarik perhatian Israel. Allah menggunakan musuh Israel untuk memukul Israel. Tembok Yerusalem dirobohkan, isi kota dibakar dan dimusnahkan, penduduknya dibuang dan ditawan dinegara asing, dijadikan budak. Cara ini rupanya sangat mujarab untuk membuat Israel kembali berpaling kepada Allah. Betapa sering dalam hidup kita, kita seperti Israel. Kita baru berpaling dan bertobat setelah hidup kita “dilempar oleh Allah”. Yang jelas kisah Israel ini memberi pesan pokok betapa Allah ingin supaya umatNya selalu memandang cinta kasihNya. Allah tidak ingin umat berpaling daripadanya. Memandang cinta kasih Allah adalah keselamatan dan memalingkan wajah dari Allah adalah kehancuran. Oleh karena itupulalah maka Allah berkenan untuk meninggikan PutraNya, supaya orang yang memandang dan percaya kepadaNya akan memperoleh hidup yang kekal. Dengan memandang Putranya, Allah ingin supaya manusia hidup dalam terang dan tidak hidup dalam kegelapan.Inilah pesan pokok yang disampaikan oleh Yohanes dalam bacaan Injil.
D.Relevansinya bagi hidup kita.
Masa Prapaskah ini adalah masa yang istimewa bagi kita untuk mengarahkan atau memfokuskan perhatian kita kepada Allah. 40 hari diberikan kepada kita, supaya kita eling betapa Allah itu mencintai hidup kita. Maka selama masa prapaskah ini ada jalan saib, Pengakuan dosa, Pertemuan APP, Pantang dan Puasa. Sudahkah kita menggunakan semua kesempatan ini untuk mengembangkan kesadaran akan cinta Allah dalam hidup kita. Atau Kita malah menyia-nyiakannya, tetap sibuk dengan kesenangan diri kita? Atau barangkali kita menunggu sampai Allah melempar kepala kita sehingga kita baru memalingkan wajah kita kepadaNya. Tuhan memberkati.
Romo Agus Ariestiyanto, MSF
Senin, 16 Maret 2009
DARI LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN
Label:
peristiwa
LATIHAN DASAR KEPEMIMPINAN / LDK
(7 – 8 Maret 2009 di SMA Theresiana 2 )
Panitia Tetap ( PANTAP ) Kaum Muda 2009
Paroki St. Paulus Sendangguwo
ORANG MUDA KATOLIK BANGKIT DAN BERGERAK
Aku murid Yesus
Selalu siap diutus
seperti Santo Paulus
Mewartakan Yesus Kristus…………..
Ini adalah lagu yang dinyanyikan Rm. Agus bersama teman-teman peserta LDK saat Sesi Doktrin Spiritualitas.
Latar Belakang Pantap Kaum Muda melaksanakan LDK karena 4 alasan utama yaitu :
1.Sesuai Nota Pastoral KAS 2009 ditetapkan sebagai Tahun Kaum Muda.
2.PANTAP Kaum Muda ( terbentuk dari 3 bidang : Pewartaan, liturgi, persaudaraan ) memfasilitasi kegiatan2 yang berkaitan dengan Orang Muda Katolik.
3.Ada 3 peristiwa penting di dalam Paroki : Tahun Paulus, HUT Paroki ke 20, Tahun Anak Remaja 2008 dan Tahun Kaum Muda 2009.
4.Membutuhkan orang-orang muda yang siap menjadi penggerak / pemimpin.
Spirit Dasar Orang Muda Katolik ( OMK ) Paroki St. Paulus Sendangguwo adalah : ” Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah Keuntungan ”. ( Fil 1 : 21 )
Mungkin teman-teman muda banyak yang bertanya kenapa tidak disebut MUDIKA tapi Orang Muda Katolik ??? kalau boleh kami menjawab, Mudika adalah salah satu komunitas orang muda yang biasanya anggotanya berumur 16 thn keatas.
Sedangkan OMK adalah wadah berkumpulnya semua Orang muda dari berbagai komunitas ( di Paroki St. Paulus Sendangguwo ada Komunitas Lektor, PD Vessel, Perpustakaan, Mudika Paroki, Mudika Lingkungan / wilayah, Koor Kaum muda ) dan sesuai Nota Pastoral 2009 bahwa usia Kaum muda 13 – 35 tahun ( belum menikah ). Dan satu tahun ini PANTAP kaum muda yang akan menjadi wadah OMK.
Tapi apapun namanya kami berharap Orang Muda Katolik Paroki Sendangguwo dapat bekerjasama dalam setiap event kegiatan di Paroki untuk mewujudkan Visi OMK : Tahun 2011 ” Gereja Kaum Muda ”.
Cerita saat LDK.................
Tanggal 7 maret 2009, sesuai jadwal bahwa pukul 16.00 – 17.00 pendaftaran ulang untuk peserta dan welcome drink, dari 93 peserta yang daftar ulang 67 peserta. Alasan yang tidak mendaftar ulang ada berbagai macam : alasan acara keluarga, orangtuanya mengatakan anaknya membelot tidak mau pergi, dan yang lebih parah lagi ada yang ijin mengatakan pada orang tua ikut LDK tapi malah pergi ke tempat lain ( hasil Croscek Panitia LDK ).
Pukul 17.00 acara dibuka dengan sesi I : Perkenalan dan penjelasan tentang maksud dan tujuan LDK. Perkenalan diisi oleh Ade, Lina dan Doni dengan permainan flip flop ( masing-masing peserta harus mengenal temannya dari nama, rumah dimana, sekolah dll ) setelah itu penjelasan tentang LDK oleh ketua Panitia : Nona Theresia , menjelaskan pentingnya mengikuti LDK.
Dengan mengikuti LDK kita bisa menganalisa kebutuhan, merumuskan tujuan, menyusun program, pelaksanaan program, evaluasi program.
Tujuan LDK :
1.Menjadikan orang muda sebagai pelaku / subyek sekaligus sebagai yang dipersiapkan untuk menjadi rasul seperti Paulus. ( sesuai spirit dasar OMK ).
2.Orang muda menemukan jati diri.
3.Orang muda memiliki sikap hidup seperti St. Paulus , total dalam pelayanan dan dalam memimpin umatnya.
4.menghasilkan pemimpin atau orang-orang muda yang militan.
5.Terlibat aktif dalam pengembangan umat.
Lalu memperkenalkan panitia LDK :
Ketua : Nona Theresia
Sekretaris / Editor Notulensi : Riana , Tina
Sie. Acara : Rio, Ade, Rengga, Doni
Sie. Konsumsi : Unik
Sie. Kesehatan : Hanik
Pendamping Putri : Lina, Unik
Pendamping Putra : Pak Tri , Galih
Tepat pukul 18.30 semua peserta dan panitia makan malam menu nasi rawon komplit. Doa makan oleh Yudi dari lingk Stefanus I / C.
Pukul 19.15 – 21.15 Sesi II , oleh Rm. Alb Agus Ariestyanto, MSF dengan tema yang sesuai dengan spirit dasar OMK yaitu : Karena bagiku hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan.
Romo Agus membuka dengan memberi tantangan untuk menghitung jumlah huruf F dalam satu kalimat dalam waktu 10 detik. Hanya beberapa peserta yang dapat menjawab dengan tepat. Maksud dari permainan tersebut adalah agar peserta mampu mengambil keputusan berdasarkan perhitungan yang cermat. Karena dengan begitu dapat menjadi kenyataan dimasa yang akan datang. Sosok yang dapat dijadikan insprasi adalah St. Paulus, sosok yang loyal dan militan, dan salah satu peserta bernama Agsen ( Lektor ) menambahkan bahwa St. Paulus menempatkan dirinya sebagai abdi Allah yang siap dibentuk oleh Allah dan merasa diri bukan apa-apa dimata Tuhan sehingga tidak memerlukan pengakuan atau penghargaan dari manusia.
Global OMK :
1.Situasi sosial yang tidak sehat, KKN, sara, kerusakan lingkungan, krisis moneter.
2.kemorosotan moral dan etika yang menimbulkan sikap individual, material, eksklusif, apatis.
3.Globalisasi dan kemajuan Tehnologi komunikasi memberikan berbagai kemudahan namun dampak negatifnya membuat OMK individualis konsumtif dan tidak kritis. Dan mengurangi aktivitas untuk spiritual.
4.banyak ancaman besar sedang menghadang, mereka yang tidak menyiapkan diri akan kurang beruntung jiwanya.
Oleh karena itu janganlah hanya merawat dan menjagai badan atau tubuh tapi juga harus menyelamatkan jiwa.
Hendaklah kamu sekalian makin maju dan bersuka cita dalam iman.
Hendaklah hidupmu berpadanan dengan injil Kristus.
Teguh berdiri dala satu Roh. ( spirit dari St. Paulus ).
Dari beberapa pertanyaan peserta tentang spiritualitas St. Paulus, bagaimana mengaplikasikan Tema LDK, bagaimana mengatasi kemorosotan moral dan bagaimana agar saat ikut misa dapat nyambung dengan Tuhan.
Jawaban Romo Agus :
Spirit Paulus dan harus menjadi spirit OMK : harus berani malu, minder dan melawan arus karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Berani berubah dengan 3 M : mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan sederhana dan mulai dari sekarang juga.
Cara mengaplikasikan tema LDK ” OMK bangkit dan bergerak ” : berdoa, hidup persaudaraan / paguyuban dan pelayanan.
Resep untuk menjadi militan ( mengatasi kemerosotan moral ) di zaman sekarang ini : komitmen dari diri sendiri, berani memutuskan menjadi pribadi yang handal ( mentalitas tangguh, menghidupi jiwa dengan laku rohani dan kreatif ).
Mau nyambung dengan Tuhan saat misa : jangan Misa dianggap hanya sebagai kewajiban, harus diubah Misa sebagai kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan ( caranya : datang lebih awal, menbaca bacaan terlebih dahulu, berdoan mohon Tuhan melembutkan hati, membaca buku Rome Sweet Home mengetahui kedalaman dan keindahan Ekaristi ).
Pesan Romo Agus jadilah manusia pembelajar, yang selalu siap untuk berubah dan berkembang.
Pukul 21.15 diselingi tea break ( tahu Bakso, bolu mandarin dan wedang jahe )
Pukul 21.30 – 22.45 Sesi III : Orang Muda Katolik Takut ( ber ) Politik oleh Galih dan Pak Tri. Mereka berdua memaparkan dengan ringan dan menarik menurut peserta. Pada awalnya kami sedikit takut apakah orang-orang muda kita mau mendengar / menerima penjelasan tentang politik??? Lalu kami kemas sedemikian rupa konsepnya yang penting orang muda mengenal dulu apa itu politik, lalu sekilas sejarah OMK dalam Politik seperti Rm. Van Lith, SJ mendirikan HIK , Pater Beek merintis kaderisasi pemuda katolik yang disebut KASBUL ( kaderisasi sebulan ), PMKRI bersama HMI melawan komunisme tahun 1965, partai Katolik membentuk front Pancasila, WKRI memotori KAWI, tahun 90-an OMK ikut berperan dalam gerakan reformasi secara individual, tahun 2000 komersialisasi pendidikan.
Keterlibatan dalam politik adalah suatu panggilan ( Paus Yohanes Paulus II ) dan Politik adalah sesuatu yang dibutuhkan sebagai komitmen dalam melayani sesama ( Ensiklik Paus Paulus VI Octogenisme Adveniens... ) dan dikuatkan dalam bacaan Injil Lukas 4 : 18 – 19 ( tidak kami tulis agar teman2 mau membuka dan membaca kitab suci ).
” Politik Katolik ” = Politik kebaikan bersama
Politik tidak bisa lepas dengan moralitas.
Yang patut diperjuangkan adalah : keadilan, kebebasan. Kesejahteraan, nilai sosial dan kemanusiaan yang lain.
Yang dibutuhkan : Iman katolik ( moralitas yang baik, tanggung jawab, hati dan sikap yang melayani, solidaritas ) dan ilmu. Ilmu OMK yaitu Fil 1 : 21.
Pukul 22.45 – 23.45 Sesi IV Pemaparan Program kerja PANTAP Kaum muda 2009. oleh Ketua PANTAP Kaum Muda 2009, disini juga kami memaparkan program- program kerja dari Bidang Liturgi ( Lektor dan Koor ), dari Bidang Pewartaan ( PIR, Promosi Panggilan ) Dan Bidang Persaudaraan ( Mudika dan Perpustakaan. Untuk Proker, kami rasa tidak perlu kami tulis lagi disini karena sudah ada di blog, silahkan melihatnya. Yang utama dalam waktu dekat ini kami akan ada kegiatan Misa Kaum muda tanggal 29 Maret 2009 di Gereja St. Paulus pukul 07.30 ( misa ke 2 ), mengunjungi lingkungan / wilayah yang memiliki komunitas kaum muda dan berkunjung/ berdoa bersama di LP ataupun Panti Asuhan setelah misa Kaum muda Tanggal 29 Maret 2009 pukul 10.00, Kirab Salib ( melibatkan semua Orang Muda Dimasing2 wilayah untuk mengirim utusan menampilkan kreatifitasnya di JUMAT AGUNG pagi ), Temu Akbar OMK tanggal 9 – 10 mei 2009, outbound PIR tanggal 16 – 17 Mei 2009.
Kami berharap agar peserta LDK dapat mengikuti dan mengambil bagian didalamnya.
Pukul 24.00 Ibadat Taize oleh Daru dan Doni. Kami mengadakan Taize dilapangan dengan menyiapkan Altar sederhana dengan nyala lilin. Cuaca yang mendukung, membuat ibadat ini menjadi luar biasa, ada saat hening dimana sudah jarang orang muda melakukannya. Kami mengucapkan syukur pada Tuhan yang selalu menyertai kami dalam kehidupan kami.
Pujilah tuhan
Pujilah nama-Nya
Pujilah Tuhan
Sumber kehidupan
Selamat tidur..........................................................................................................................
Minggu, 8 Maret 2009
Pukul 06.00 – 08.00 bangun, Senam pagi bersama Nona, lina dan semua peserta mendapat giliran membuat 2 gerakan dan wajib diikuti peserta lainnya. Lalu ada yang sepak bola, basket dan futsal sambil menunggu giliran mandi ( maklum antri ), yang sudah mandi bisa langsung sarapan ( Soto ayam komplit dan teh ).
Pukul 08.00 – 13.00 Sesi V OUTBOUND. Dibagi menjadi 2 waktu : yang pertama dibawakan oleh Ade dibantu Doni, Rengga, Andi, Nona, Daru, Galih. Kami mengadakan 4 permainan dan inti dari semua permainan adalah jangan hanya terpaku pada profesi tapi juga harus menyadari potensi diri yang lain, pemimpin harus bisa mengamati secara detail kondisi yang dialami melihat, menganalisa, memanage dan mampu melatih insting, mampu bekerjasama ( team work ). Permainan-permainannya sbb :
Help me
Pengamatan suatu tempat / ruang
Sungai buaya
Lilin kehidupan
Sambil tea break ( kue Risoles, nagasari dan teh ).
Lalu selanjutnya Outbound diisi oleh Rio Usro , kali ini permainan sangat sederhana tapi memberi shock therapy yang sangat baik untuk para peserta dan juga panitia. Rio meminta para peserta untuk mengingat point-point penting dari semua sesi yang sudah dijalani dalam waktu 3 menit, lalu dalam waktu 3 detik peserta harus menyebutkan secara detail alasan dan dalam sesi apa. Yang menarik disini ada satu peserta bernama TATAG, yang awalnya tidak memperhatikan. Lewat permainan ini ia seperti dipaksa mengulang kembali memori atau apa yang ia tangkap selama LDK berlangsung. Akhirnya ia dapat menjawab ( walau harus berulang kali ) dan harus berjanji dalam 2 hari merubah sikap hidup ( misal tidak telat datang misa dll ).
Dari permainan ini Rio Usro mengajak kita semua bahwa ada hal-hal penting yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu :
1.Visioner : harus pandangan jauh ke depan.
2.sinergi : saling berkesinambungan, kerjasama ( menciptakan team yang solid )
3.Inspirator dan motivator.
4.mencapai Hasil yang signifikan ( nyata, beda jelas ) membuat hasil yang berbeda / nilai tambah.
Pukul 13.00 – 13.30 makan siang ( nasi gudangan, ayam bakar, peyek teri , teh ) lumayan habis outbound yang menguras otak diisi dengan makanan bergizi.
Pukul 13.30 – 14.45 Sesi VI Sharing Pengalaman Dewan Paroki St. Paulus oleh Bp. AY. Hari Susilo.
Diawali dengan menampilkan biografi dari Pak Hari , menceritakan pengalaman waktu menjadi mudika dan seterusnya. Jika ingin menjadi pengurus dewan Paroki tidak cukup hanya mau, tapi perlu dipersiapkan sejak dari keluarga, lingkungan dan wilayah.
Harapan Gereja terhadap kaum muda :
1.Sebagai anggota Gereja kaum muda mempersiapkan diri dengan mengenal dan melibatkan diri secara aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan Gereja dari tingkat lingkungan maupun wilayah.
2.potensi cukup baik, perlu diinventarisasi dan dapat dikelola sesuai talenta masing-masing agar dapat muncul kader-kader muda.
3.Kepemimpinan Kristiani selalu pelayanan. Jadilah pelayan Gereja yang baik untuk Tuhan dan sesama.Kepemimpinan Kristiani memberi keteladanan hidup dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Ada pertanyaan yang mungkin sudah lama ingin ditanyakan langsung pada Dewan dan baru pada saat LDK dapat tersampaikan yaitu : dari Gayuh bertanya boleh tidaknya ada acara pembubaran panitia dengan makan2? Dijawab oleh Pak Hari : boleh dilaksanakan selama sudah dicantumkan saat mengajukan proposal. Jadi kalau tidak dimasukkan dalam rencana anggaran ya jangan dilaksanakan. Apalagi tentang pembubaran panitia ( lihat dulu kepentingannya ). Jawaban ini sangat memuaskan untuk semua kaum muda. Kami harapkan hal ini membuka jalur komunikasi yang lebih baik antara kegiatan OMK dengan anggota Dewan Paroki.
Pak Hari menutup dengan kata-kata bijak :
Pemimpin yang paling baik yakin akan dirinya sendiri, sadar akan apa yang dapat disajikan dan sadar akan apa yang jangan dilaksanakan.
Pukul 14.45 – 16.15 Sesi VII Character Building Pemimpin Visioner oleh Elizabeth W M Indira ( Lembaga Psikologi Terapan Talenta ).
Pemimpin itu harus punya karakter yang membawa keberhasilan yaitu :
Empati ( mengasihi sesama seperti dirinya sendiri )
Tahan uji ( tetap tabah dan ambil hikmah kehidupan, dengan cara bersyukur dalam keadaan apapun ).
Beriman ( percaya bahwa Tuhan terlibat dalam kehidupan kita ).
Karakter dibentuk ( melalui proses ), tidak diciptakan. Memang ada karakter dasar yang memunculkan kekuatan dan kelebihan kita, namun untuk mengembangkannya kita membutuhkan ” Character coach ”/ ” Character mentoring ” yang akan membimbing kita , memberitahu kelemahan-kelemahan kita dan dengan begitu kita mampu menjadi pemimpin yang diharapkan.
Pukul 16.15 – 16.30 Promosi Panggilan meminta waktu sedikit untuk menjelaskan secara singkat ttg kegiatan yang akan diadakan. Dan berharap ada dari peserta LDK yang mau menjadi sukarelawan, disampaikan oleh Sr. Rini. Diisi juga dengan permainan kerjasama dan sekaligus tes kebugaran tubuh, menyangkut kegiatan Long marc.
Pukul 16.30 – selesai Misa Perutusan oleh Rm. Alb. Agus Ariestyanto, MSF. Teks misa disusun oleh Doni.
HOMILI :
Fil 1 : 21 Spirit OMK. Orang muda yang militan :
setia mendengar suara / perkataan Tuhan Yesus. Dicermati, proses menjernihkan suara hati.
Membedakan suara Tuhan dan suara Setan sangat sukar untuk dipilih, contoh saja pilih nonton Jacky Chan atau pilih mendengar kotbah. Kita harus bisa memilih yang baik, karena walau menjauh dari Gereja tapi kalau kalian ditangkap oleh Tuhan, kalian tidak akan bisa melepaskannya, dan Dia tidak akan melepasmu.
Kerelaan dan resiko / konsekuensi yang berat harus dijalani ketika mendengar suara Tuhan.
Suara Tuhan tidak akan menyesatkan, suara Tuhan membawa berkat.
Dan berkat Allah pun melimpah, karena engkau mendengar firmanku maka engkau mendapat berkat.
Musuh terbesar adalah diri sendiri, jika percaya pada suara Tuhan dan menjadi militan Tuhan pasti ada dipihak kita. ( Rm : 31b )
Mendengar suara Tuhan MILITAN Hidup yang terberkati. Amin.
Sebelum berkat ada pembagian secara simbolis Sertifikat LDK kepada 2 peserta oleh Romo Agus.
Setelah misa semua peserta dibagikan sertifikat, mengumpulkan kesan pesan, visi dan motivasi yang ditulis dikertas dan dimasukkan dalam amplop.
Semua peserta membersihkan ruang kelas yang dijadikan ruang tidur dan berkumpul kembali, dapat pengarahan dan doa pulang.
Setelah semua peserta pulang, kami panitia LDK berkumpul bersama Romo Agus langsung evaluasi kegiatan dan juga evaluasi kepanitiaan. Hasil evaluasi semua berjalan lancar, walau outbound sedikit molor waktunya ( maklum hujan dan peserta harus mandi dan berganti baju lagi ), seluruh materi acara bersinergi. Untuk pengisi acara sesuai dengan kemampuannya, walau ada yang kurang menggigit ( Character building ) belum langsung mengena sasaran ( mungkin karena waktu terbatas ). Kami pada hari pertama kurang tegas dalam hal disiplin, pada esok harinya baru kami berlakukan kedisiplinan mengingat ini merupakan latihan kepemimpinan, komunikasi antara panitia harus ditingkatkan mengingat banyak hal yang harus dikoordinasikan. Pada prinsipnya Team work berjalan baik, jika ada salah atau kekurangan, kami akan memperbaikinya.
Penuhi kami ya Tuhan,
Dengan damai-Mu,
Penuhi kami ya Tuhan , Alleuia !
Terima kasih kami ucapkan pada semua teman panitia yang dengan sungguh bekerja, Romo Agus sebagai moderator Pantap Kaum Muda, Dewan Paroki yang sangat mendukung kegiatan ini, semua peserta LDK dan tidak lupa pada pihak sekolah SMA Theresiana 2 yang bersedia memberi pinjaman tempat dengan segala fasilitasnya.
Semoga kerja keras dan kerjasama semua akan semakin tampak dalam mewujudkan visi OMK.Sampai ketemu lagi di kaderisasi lanjutan dan kegiatan-kegiatan PANTAP Kaum muda lainnya. Berkah Dalem.
Oleh : Nona Theresia Distress R.
Ketua PANTAP Kaum Muda 2009
(7 – 8 Maret 2009 di SMA Theresiana 2 )
Panitia Tetap ( PANTAP ) Kaum Muda 2009
Paroki St. Paulus Sendangguwo
ORANG MUDA KATOLIK BANGKIT DAN BERGERAK
Aku murid Yesus
Selalu siap diutus
seperti Santo Paulus
Mewartakan Yesus Kristus…………..
Ini adalah lagu yang dinyanyikan Rm. Agus bersama teman-teman peserta LDK saat Sesi Doktrin Spiritualitas.
Latar Belakang Pantap Kaum Muda melaksanakan LDK karena 4 alasan utama yaitu :
1.Sesuai Nota Pastoral KAS 2009 ditetapkan sebagai Tahun Kaum Muda.
2.PANTAP Kaum Muda ( terbentuk dari 3 bidang : Pewartaan, liturgi, persaudaraan ) memfasilitasi kegiatan2 yang berkaitan dengan Orang Muda Katolik.
3.Ada 3 peristiwa penting di dalam Paroki : Tahun Paulus, HUT Paroki ke 20, Tahun Anak Remaja 2008 dan Tahun Kaum Muda 2009.
4.Membutuhkan orang-orang muda yang siap menjadi penggerak / pemimpin.
Spirit Dasar Orang Muda Katolik ( OMK ) Paroki St. Paulus Sendangguwo adalah : ” Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah Keuntungan ”. ( Fil 1 : 21 )
Mungkin teman-teman muda banyak yang bertanya kenapa tidak disebut MUDIKA tapi Orang Muda Katolik ??? kalau boleh kami menjawab, Mudika adalah salah satu komunitas orang muda yang biasanya anggotanya berumur 16 thn keatas.
Sedangkan OMK adalah wadah berkumpulnya semua Orang muda dari berbagai komunitas ( di Paroki St. Paulus Sendangguwo ada Komunitas Lektor, PD Vessel, Perpustakaan, Mudika Paroki, Mudika Lingkungan / wilayah, Koor Kaum muda ) dan sesuai Nota Pastoral 2009 bahwa usia Kaum muda 13 – 35 tahun ( belum menikah ). Dan satu tahun ini PANTAP kaum muda yang akan menjadi wadah OMK.
Tapi apapun namanya kami berharap Orang Muda Katolik Paroki Sendangguwo dapat bekerjasama dalam setiap event kegiatan di Paroki untuk mewujudkan Visi OMK : Tahun 2011 ” Gereja Kaum Muda ”.
Cerita saat LDK.................
Tanggal 7 maret 2009, sesuai jadwal bahwa pukul 16.00 – 17.00 pendaftaran ulang untuk peserta dan welcome drink, dari 93 peserta yang daftar ulang 67 peserta. Alasan yang tidak mendaftar ulang ada berbagai macam : alasan acara keluarga, orangtuanya mengatakan anaknya membelot tidak mau pergi, dan yang lebih parah lagi ada yang ijin mengatakan pada orang tua ikut LDK tapi malah pergi ke tempat lain ( hasil Croscek Panitia LDK ).
Pukul 17.00 acara dibuka dengan sesi I : Perkenalan dan penjelasan tentang maksud dan tujuan LDK. Perkenalan diisi oleh Ade, Lina dan Doni dengan permainan flip flop ( masing-masing peserta harus mengenal temannya dari nama, rumah dimana, sekolah dll ) setelah itu penjelasan tentang LDK oleh ketua Panitia : Nona Theresia , menjelaskan pentingnya mengikuti LDK.
Dengan mengikuti LDK kita bisa menganalisa kebutuhan, merumuskan tujuan, menyusun program, pelaksanaan program, evaluasi program.
Tujuan LDK :
1.Menjadikan orang muda sebagai pelaku / subyek sekaligus sebagai yang dipersiapkan untuk menjadi rasul seperti Paulus. ( sesuai spirit dasar OMK ).
2.Orang muda menemukan jati diri.
3.Orang muda memiliki sikap hidup seperti St. Paulus , total dalam pelayanan dan dalam memimpin umatnya.
4.menghasilkan pemimpin atau orang-orang muda yang militan.
5.Terlibat aktif dalam pengembangan umat.
Lalu memperkenalkan panitia LDK :
Ketua : Nona Theresia
Sekretaris / Editor Notulensi : Riana , Tina
Sie. Acara : Rio, Ade, Rengga, Doni
Sie. Konsumsi : Unik
Sie. Kesehatan : Hanik
Pendamping Putri : Lina, Unik
Pendamping Putra : Pak Tri , Galih
Tepat pukul 18.30 semua peserta dan panitia makan malam menu nasi rawon komplit. Doa makan oleh Yudi dari lingk Stefanus I / C.
Pukul 19.15 – 21.15 Sesi II , oleh Rm. Alb Agus Ariestyanto, MSF dengan tema yang sesuai dengan spirit dasar OMK yaitu : Karena bagiku hidup adalah Kristus, mati adalah keuntungan.
Romo Agus membuka dengan memberi tantangan untuk menghitung jumlah huruf F dalam satu kalimat dalam waktu 10 detik. Hanya beberapa peserta yang dapat menjawab dengan tepat. Maksud dari permainan tersebut adalah agar peserta mampu mengambil keputusan berdasarkan perhitungan yang cermat. Karena dengan begitu dapat menjadi kenyataan dimasa yang akan datang. Sosok yang dapat dijadikan insprasi adalah St. Paulus, sosok yang loyal dan militan, dan salah satu peserta bernama Agsen ( Lektor ) menambahkan bahwa St. Paulus menempatkan dirinya sebagai abdi Allah yang siap dibentuk oleh Allah dan merasa diri bukan apa-apa dimata Tuhan sehingga tidak memerlukan pengakuan atau penghargaan dari manusia.
Global OMK :
1.Situasi sosial yang tidak sehat, KKN, sara, kerusakan lingkungan, krisis moneter.
2.kemorosotan moral dan etika yang menimbulkan sikap individual, material, eksklusif, apatis.
3.Globalisasi dan kemajuan Tehnologi komunikasi memberikan berbagai kemudahan namun dampak negatifnya membuat OMK individualis konsumtif dan tidak kritis. Dan mengurangi aktivitas untuk spiritual.
4.banyak ancaman besar sedang menghadang, mereka yang tidak menyiapkan diri akan kurang beruntung jiwanya.
Oleh karena itu janganlah hanya merawat dan menjagai badan atau tubuh tapi juga harus menyelamatkan jiwa.
Hendaklah kamu sekalian makin maju dan bersuka cita dalam iman.
Hendaklah hidupmu berpadanan dengan injil Kristus.
Teguh berdiri dala satu Roh. ( spirit dari St. Paulus ).
Dari beberapa pertanyaan peserta tentang spiritualitas St. Paulus, bagaimana mengaplikasikan Tema LDK, bagaimana mengatasi kemorosotan moral dan bagaimana agar saat ikut misa dapat nyambung dengan Tuhan.
Jawaban Romo Agus :
Spirit Paulus dan harus menjadi spirit OMK : harus berani malu, minder dan melawan arus karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Berani berubah dengan 3 M : mulai dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil dan sederhana dan mulai dari sekarang juga.
Cara mengaplikasikan tema LDK ” OMK bangkit dan bergerak ” : berdoa, hidup persaudaraan / paguyuban dan pelayanan.
Resep untuk menjadi militan ( mengatasi kemerosotan moral ) di zaman sekarang ini : komitmen dari diri sendiri, berani memutuskan menjadi pribadi yang handal ( mentalitas tangguh, menghidupi jiwa dengan laku rohani dan kreatif ).
Mau nyambung dengan Tuhan saat misa : jangan Misa dianggap hanya sebagai kewajiban, harus diubah Misa sebagai kerinduan untuk bertemu dengan Tuhan ( caranya : datang lebih awal, menbaca bacaan terlebih dahulu, berdoan mohon Tuhan melembutkan hati, membaca buku Rome Sweet Home mengetahui kedalaman dan keindahan Ekaristi ).
Pesan Romo Agus jadilah manusia pembelajar, yang selalu siap untuk berubah dan berkembang.
Pukul 21.15 diselingi tea break ( tahu Bakso, bolu mandarin dan wedang jahe )
Pukul 21.30 – 22.45 Sesi III : Orang Muda Katolik Takut ( ber ) Politik oleh Galih dan Pak Tri. Mereka berdua memaparkan dengan ringan dan menarik menurut peserta. Pada awalnya kami sedikit takut apakah orang-orang muda kita mau mendengar / menerima penjelasan tentang politik??? Lalu kami kemas sedemikian rupa konsepnya yang penting orang muda mengenal dulu apa itu politik, lalu sekilas sejarah OMK dalam Politik seperti Rm. Van Lith, SJ mendirikan HIK , Pater Beek merintis kaderisasi pemuda katolik yang disebut KASBUL ( kaderisasi sebulan ), PMKRI bersama HMI melawan komunisme tahun 1965, partai Katolik membentuk front Pancasila, WKRI memotori KAWI, tahun 90-an OMK ikut berperan dalam gerakan reformasi secara individual, tahun 2000 komersialisasi pendidikan.
Keterlibatan dalam politik adalah suatu panggilan ( Paus Yohanes Paulus II ) dan Politik adalah sesuatu yang dibutuhkan sebagai komitmen dalam melayani sesama ( Ensiklik Paus Paulus VI Octogenisme Adveniens... ) dan dikuatkan dalam bacaan Injil Lukas 4 : 18 – 19 ( tidak kami tulis agar teman2 mau membuka dan membaca kitab suci ).
” Politik Katolik ” = Politik kebaikan bersama
Politik tidak bisa lepas dengan moralitas.
Yang patut diperjuangkan adalah : keadilan, kebebasan. Kesejahteraan, nilai sosial dan kemanusiaan yang lain.
Yang dibutuhkan : Iman katolik ( moralitas yang baik, tanggung jawab, hati dan sikap yang melayani, solidaritas ) dan ilmu. Ilmu OMK yaitu Fil 1 : 21.
Pukul 22.45 – 23.45 Sesi IV Pemaparan Program kerja PANTAP Kaum muda 2009. oleh Ketua PANTAP Kaum Muda 2009, disini juga kami memaparkan program- program kerja dari Bidang Liturgi ( Lektor dan Koor ), dari Bidang Pewartaan ( PIR, Promosi Panggilan ) Dan Bidang Persaudaraan ( Mudika dan Perpustakaan. Untuk Proker, kami rasa tidak perlu kami tulis lagi disini karena sudah ada di blog, silahkan melihatnya. Yang utama dalam waktu dekat ini kami akan ada kegiatan Misa Kaum muda tanggal 29 Maret 2009 di Gereja St. Paulus pukul 07.30 ( misa ke 2 ), mengunjungi lingkungan / wilayah yang memiliki komunitas kaum muda dan berkunjung/ berdoa bersama di LP ataupun Panti Asuhan setelah misa Kaum muda Tanggal 29 Maret 2009 pukul 10.00, Kirab Salib ( melibatkan semua Orang Muda Dimasing2 wilayah untuk mengirim utusan menampilkan kreatifitasnya di JUMAT AGUNG pagi ), Temu Akbar OMK tanggal 9 – 10 mei 2009, outbound PIR tanggal 16 – 17 Mei 2009.
Kami berharap agar peserta LDK dapat mengikuti dan mengambil bagian didalamnya.
Pukul 24.00 Ibadat Taize oleh Daru dan Doni. Kami mengadakan Taize dilapangan dengan menyiapkan Altar sederhana dengan nyala lilin. Cuaca yang mendukung, membuat ibadat ini menjadi luar biasa, ada saat hening dimana sudah jarang orang muda melakukannya. Kami mengucapkan syukur pada Tuhan yang selalu menyertai kami dalam kehidupan kami.
Pujilah tuhan
Pujilah nama-Nya
Pujilah Tuhan
Sumber kehidupan
Selamat tidur..........................................................................................................................
Minggu, 8 Maret 2009
Pukul 06.00 – 08.00 bangun, Senam pagi bersama Nona, lina dan semua peserta mendapat giliran membuat 2 gerakan dan wajib diikuti peserta lainnya. Lalu ada yang sepak bola, basket dan futsal sambil menunggu giliran mandi ( maklum antri ), yang sudah mandi bisa langsung sarapan ( Soto ayam komplit dan teh ).
Pukul 08.00 – 13.00 Sesi V OUTBOUND. Dibagi menjadi 2 waktu : yang pertama dibawakan oleh Ade dibantu Doni, Rengga, Andi, Nona, Daru, Galih. Kami mengadakan 4 permainan dan inti dari semua permainan adalah jangan hanya terpaku pada profesi tapi juga harus menyadari potensi diri yang lain, pemimpin harus bisa mengamati secara detail kondisi yang dialami melihat, menganalisa, memanage dan mampu melatih insting, mampu bekerjasama ( team work ). Permainan-permainannya sbb :
Help me
Pengamatan suatu tempat / ruang
Sungai buaya
Lilin kehidupan
Sambil tea break ( kue Risoles, nagasari dan teh ).
Lalu selanjutnya Outbound diisi oleh Rio Usro , kali ini permainan sangat sederhana tapi memberi shock therapy yang sangat baik untuk para peserta dan juga panitia. Rio meminta para peserta untuk mengingat point-point penting dari semua sesi yang sudah dijalani dalam waktu 3 menit, lalu dalam waktu 3 detik peserta harus menyebutkan secara detail alasan dan dalam sesi apa. Yang menarik disini ada satu peserta bernama TATAG, yang awalnya tidak memperhatikan. Lewat permainan ini ia seperti dipaksa mengulang kembali memori atau apa yang ia tangkap selama LDK berlangsung. Akhirnya ia dapat menjawab ( walau harus berulang kali ) dan harus berjanji dalam 2 hari merubah sikap hidup ( misal tidak telat datang misa dll ).
Dari permainan ini Rio Usro mengajak kita semua bahwa ada hal-hal penting yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu :
1.Visioner : harus pandangan jauh ke depan.
2.sinergi : saling berkesinambungan, kerjasama ( menciptakan team yang solid )
3.Inspirator dan motivator.
4.mencapai Hasil yang signifikan ( nyata, beda jelas ) membuat hasil yang berbeda / nilai tambah.
Pukul 13.00 – 13.30 makan siang ( nasi gudangan, ayam bakar, peyek teri , teh ) lumayan habis outbound yang menguras otak diisi dengan makanan bergizi.
Pukul 13.30 – 14.45 Sesi VI Sharing Pengalaman Dewan Paroki St. Paulus oleh Bp. AY. Hari Susilo.
Diawali dengan menampilkan biografi dari Pak Hari , menceritakan pengalaman waktu menjadi mudika dan seterusnya. Jika ingin menjadi pengurus dewan Paroki tidak cukup hanya mau, tapi perlu dipersiapkan sejak dari keluarga, lingkungan dan wilayah.
Harapan Gereja terhadap kaum muda :
1.Sebagai anggota Gereja kaum muda mempersiapkan diri dengan mengenal dan melibatkan diri secara aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan Gereja dari tingkat lingkungan maupun wilayah.
2.potensi cukup baik, perlu diinventarisasi dan dapat dikelola sesuai talenta masing-masing agar dapat muncul kader-kader muda.
3.Kepemimpinan Kristiani selalu pelayanan. Jadilah pelayan Gereja yang baik untuk Tuhan dan sesama.Kepemimpinan Kristiani memberi keteladanan hidup dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Ada pertanyaan yang mungkin sudah lama ingin ditanyakan langsung pada Dewan dan baru pada saat LDK dapat tersampaikan yaitu : dari Gayuh bertanya boleh tidaknya ada acara pembubaran panitia dengan makan2? Dijawab oleh Pak Hari : boleh dilaksanakan selama sudah dicantumkan saat mengajukan proposal. Jadi kalau tidak dimasukkan dalam rencana anggaran ya jangan dilaksanakan. Apalagi tentang pembubaran panitia ( lihat dulu kepentingannya ). Jawaban ini sangat memuaskan untuk semua kaum muda. Kami harapkan hal ini membuka jalur komunikasi yang lebih baik antara kegiatan OMK dengan anggota Dewan Paroki.
Pak Hari menutup dengan kata-kata bijak :
Pemimpin yang paling baik yakin akan dirinya sendiri, sadar akan apa yang dapat disajikan dan sadar akan apa yang jangan dilaksanakan.
Pukul 14.45 – 16.15 Sesi VII Character Building Pemimpin Visioner oleh Elizabeth W M Indira ( Lembaga Psikologi Terapan Talenta ).
Pemimpin itu harus punya karakter yang membawa keberhasilan yaitu :
Empati ( mengasihi sesama seperti dirinya sendiri )
Tahan uji ( tetap tabah dan ambil hikmah kehidupan, dengan cara bersyukur dalam keadaan apapun ).
Beriman ( percaya bahwa Tuhan terlibat dalam kehidupan kita ).
Karakter dibentuk ( melalui proses ), tidak diciptakan. Memang ada karakter dasar yang memunculkan kekuatan dan kelebihan kita, namun untuk mengembangkannya kita membutuhkan ” Character coach ”/ ” Character mentoring ” yang akan membimbing kita , memberitahu kelemahan-kelemahan kita dan dengan begitu kita mampu menjadi pemimpin yang diharapkan.
Pukul 16.15 – 16.30 Promosi Panggilan meminta waktu sedikit untuk menjelaskan secara singkat ttg kegiatan yang akan diadakan. Dan berharap ada dari peserta LDK yang mau menjadi sukarelawan, disampaikan oleh Sr. Rini. Diisi juga dengan permainan kerjasama dan sekaligus tes kebugaran tubuh, menyangkut kegiatan Long marc.
Pukul 16.30 – selesai Misa Perutusan oleh Rm. Alb. Agus Ariestyanto, MSF. Teks misa disusun oleh Doni.
HOMILI :
Fil 1 : 21 Spirit OMK. Orang muda yang militan :
setia mendengar suara / perkataan Tuhan Yesus. Dicermati, proses menjernihkan suara hati.
Membedakan suara Tuhan dan suara Setan sangat sukar untuk dipilih, contoh saja pilih nonton Jacky Chan atau pilih mendengar kotbah. Kita harus bisa memilih yang baik, karena walau menjauh dari Gereja tapi kalau kalian ditangkap oleh Tuhan, kalian tidak akan bisa melepaskannya, dan Dia tidak akan melepasmu.
Kerelaan dan resiko / konsekuensi yang berat harus dijalani ketika mendengar suara Tuhan.
Suara Tuhan tidak akan menyesatkan, suara Tuhan membawa berkat.
Dan berkat Allah pun melimpah, karena engkau mendengar firmanku maka engkau mendapat berkat.
Musuh terbesar adalah diri sendiri, jika percaya pada suara Tuhan dan menjadi militan Tuhan pasti ada dipihak kita. ( Rm : 31b )
Mendengar suara Tuhan MILITAN Hidup yang terberkati. Amin.
Sebelum berkat ada pembagian secara simbolis Sertifikat LDK kepada 2 peserta oleh Romo Agus.
Setelah misa semua peserta dibagikan sertifikat, mengumpulkan kesan pesan, visi dan motivasi yang ditulis dikertas dan dimasukkan dalam amplop.
Semua peserta membersihkan ruang kelas yang dijadikan ruang tidur dan berkumpul kembali, dapat pengarahan dan doa pulang.
Setelah semua peserta pulang, kami panitia LDK berkumpul bersama Romo Agus langsung evaluasi kegiatan dan juga evaluasi kepanitiaan. Hasil evaluasi semua berjalan lancar, walau outbound sedikit molor waktunya ( maklum hujan dan peserta harus mandi dan berganti baju lagi ), seluruh materi acara bersinergi. Untuk pengisi acara sesuai dengan kemampuannya, walau ada yang kurang menggigit ( Character building ) belum langsung mengena sasaran ( mungkin karena waktu terbatas ). Kami pada hari pertama kurang tegas dalam hal disiplin, pada esok harinya baru kami berlakukan kedisiplinan mengingat ini merupakan latihan kepemimpinan, komunikasi antara panitia harus ditingkatkan mengingat banyak hal yang harus dikoordinasikan. Pada prinsipnya Team work berjalan baik, jika ada salah atau kekurangan, kami akan memperbaikinya.
Penuhi kami ya Tuhan,
Dengan damai-Mu,
Penuhi kami ya Tuhan , Alleuia !
Terima kasih kami ucapkan pada semua teman panitia yang dengan sungguh bekerja, Romo Agus sebagai moderator Pantap Kaum Muda, Dewan Paroki yang sangat mendukung kegiatan ini, semua peserta LDK dan tidak lupa pada pihak sekolah SMA Theresiana 2 yang bersedia memberi pinjaman tempat dengan segala fasilitasnya.
Semoga kerja keras dan kerjasama semua akan semakin tampak dalam mewujudkan visi OMK.Sampai ketemu lagi di kaderisasi lanjutan dan kegiatan-kegiatan PANTAP Kaum muda lainnya. Berkah Dalem.
Oleh : Nona Theresia Distress R.
Ketua PANTAP Kaum Muda 2009
Langganan:
Postingan (Atom)