DOA UNTUK PAUS DAN GEREJA
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Ya Allah, Engkaulah Allah yang dengan perantaraan Santo Petrus bertitah, “Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri” (1Petrus 5:2).
Kami semua terkejut, merasa kehilangan, ketika mendengar dan membaca Paus Benediktus XVI mengumumkan keputusan untuk meletakkan jabatannya sebagai Uskup Roma, pengganti Santo Petrus, mulai 28 Pebruari 2013 ini. Kami merenungkan setiap kata yang dipilih oleh Paus ketika menyampaikan rencana pengunduran dirinya. Hati kami digetarkan oleh perasaan kagum dan hormat pada Paus, akan kebebasan batinnya, kerendahan hati, dan rasa cintanya yang mendalam pada Gereja.
Kami kenang dalam gambar, pada 19 April 2005, ketika Kardinal Angelo Sodano – Dekan Kolegium Kardinal – dalam pelantikan Kardinal Joseph Ratzinger menjadi Paus baru, bertanya, “Apakah Anda menerima pilihan
kanonis untuk mengemban Takhta Suci ini?”. Yakin, tetapi dengan suara bergetar, dia menjawab: “Ya”. Bukan “ya” dari seorang yang menganggap sebentar lagi akan menjadi sang penguasa. Melainkan “ya” dari seorang Bunda Maria ketika menerima kabar dari Malaikat Gabriel: tidak pantas, tetapi tetap
menerimanya karena Tuhan sendiri yang akan menyelenggarakan. Atau lebih spesifik, menyerupai gejolak perasaan Petrus nelayan sederhana dari Galilea yang ditatap dengan cermat penuh selidik tetapi dengan sikap percaya oleh Tuhan Yesus Sang Guru, yang kemudian memberinya berkat pengutusan,
“Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh 21:17).
Kami percaya bahwa Paus sudah memimpin Gereja Katolik ini dengan sangat
baik selama delapan tahun. Bukan dengan pendekatan kekuasaan, melainkan dengan semangat servus servorum Dei, “hamba dari para hamba Tuhan”, yang pernah Kau wariskan lewat hamba-Mu Santo Gregorius Agung (590-604) yang kemudian digunakan terus menjadi pilar spirit sejak Paus
Gregorius VII (1073-1085). Keyakinan dan sikap kerendahan hati yang mengajari kami apa arti menjadi pengikut Kristus yang hidup di tengah-tengah
budaya yang mengagung-agungkan kekuasaan ini. Dengan demikian kami percaya bahwa setelah pengundurannya, dalam kesunyian dan keheningan doa, Paus tetap mendedikasikan hidupnya untuk Gereja.
Bersama dengan seluruh umat Allah, kami ingin berdoa untuk Gereja dan mereka yang diberi hak dan kewajiban memilih pengganti Santo Petrus yang ke-266 untuk mengandalkan Roh Kudus yang menjadi sumber terang dan arah. Di tengah-tengah Masa Puasa dan Pantang Pra-Paskah ini kami juga
tetap berharap kiranya Tuhan yang bangkit tetap setia pada Gereja sebagaimana yang dijanjikan-Nya.
Ya Allah, kami mohon semua doa-doa ini demi Kristus Sang Pemimpin sejati, yang menjadi pengantara kami, yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
Sumber:HIDUPKATOLIK.Com