Ekaristi adalah ‘dekapan’ Allah yang menyatukan
Jika anda sudah menikah dan punya anak-anak kecil, anda pasti dapat memahami perasaan indah yang tak terlukiskan ini: Anak anda menghampiri anda, tanpa rengekan, tanpa tangisan, memeluk dan mencium anda. Anda akan merasakan kasih yang begitu dekat yang mempersatukan anda berdua. Jika suatu hari anda mengalami hal ini, entah dengan anak anda, keponakan atau cucu anda, bayangkanlah bahwa Tuhan sengaja memberikan pengalaman tersebut, supaya anda dapat sedikit membayangkan bagaimana perasaan Tuhan jika anda datang kepada-Nya seperti anak kecil itu. Hati-Nya melimpah dengan kasih dan suka cita, karena memang Dia selalu menantikan kesempatan ini; yaitu membawa anda ke dalam dekapan-Nya untuk bersatu dengan Dia. Oleh kuasa Roh Kudus, dekapan ini mempersatukan kita dengan Allah sendiri, seperti yang terjadi di dalam Ekaristi, saat Ia, Sang Ilahi, merendahkan diri untuk merangkul dan mengangkat kita, manusia yang dari ‘debu’ ini, agar kita beroleh hidup ilahi. Kita manusia yang berdosa tidak dapat, oleh usaha sendiri, menjadi kudus, kalau bukan Allah sendiri yang menguduskan kita.
Ekaristi adalah sumber dan puncak Spiritualitas Kristiani
Ekaristi adalah sumber dan puncak Spiritualitas Kristiani. Pertumbuhan Spiritualitas Kristiani yang bergerak ke arah ‘persatuan yang semakin erat dengan Kristus’[1] akan mencapai puncaknya pada Ekaristi yang adalah Kristus sendiri. Kristus hadir di dalam Ekaristi, sesuai dengan janji-Nya pada saat meninggalkan warisan Ekaristi pada Perjamuan Terakhir sebelum sengsara-Nya. Ekaristi diberikan sebagai kurban Tubuh dan Darah-Nya, agar dengan mengambil bagian di dalamnya, kita dapat bersatu dengan-Nya dan menjadi satu Tubuh.[2] Jadi, Ekaristi merupakan Perjanjian Baru dan Kekal yang menjadi dasar pembentukan Umat pilihan yang baru, yaitu Gereja.[3] Di dalam Ekaristi kita melihat cerminan liturgi surgawi dan kehidupan kekal di mana Allah meraja di dalam semua.[4] Dengan menerima Ekaristi, kita dipersatukan dengan Kristus dan melalui Dia, kepada Allah Tritunggal, sebab Ekaristi adalah kenangan kurban Yesus dalam ucapan syukur kepada Allah Bapa, oleh kuasa Roh Kudus.[5] Jadi dengan menerima Ekaristi, Tuhan tidak saja hanya hadir, tetapi ‘tinggal’ di dalam kita sehingga kita mengambil bagian di dalam kehidupan Ilahi, kehidupan yang memberikan kita kekuatan untuk mencapai kesempurnaan kasih yang diajarkan oleh spiritualitas Kristiani, yaitu ‘mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama’.
Baca lengkap di : www.katolisitas.org
1 komentar:
Maaf sebelumnya krn pasti ini salah tempat tapi saya tidak tahu harus memberikan beberapa pertanyaan atau hal lainnya dimana.
Saya hanya ingin bertanya mengenai usaha dan dana pembelian tanah depan gereja.
apakah dana yg terkumpul meman sudah mencukupi? terus terang selama beberapa bulan (semenjak saya kerja di luar Smg) saya jarang mendengar mengenai dana pembelian tanah tersebut yg biasanya diumumkan melalui pengumuman saat misa.
jika sudah kira-kira langkah selanjutnya dari dewan dan segenap aktifis/elemen gereja apa ya?
jika belum kira-kira langkah selanjutnya dari dewan dan segenap aktifis/elemen gereja apa ya?
ini hanya sekedar paparan atas beberapa pertanyaan di hati dan pikiran seorang Katolik yang (kebetulan masih) peduli terhadap gereja di paroki tempat saya tinggal saat ini selama ini. maaf jika ada kesalahan kata atau lainnya
terima kasih
Kristus memberkati
Posting Komentar